Anda di halaman 1dari 14

MATKUL

KETAMANSISWAAN
KONDISI KELUARGA KI HAJAR
DEWANTARA
Di susun oleh:
1. Muhammad Irzan Khairul (2020012051)
2. Alvito Shultan Alfiansyah (2020012052)
3. Rusman Payong (2020012053)
4. Yoga Dwi Suma Aji (2020012054)
5. Moh.Fadil Al Afgani (2020012055)

KELOMPOK 4
Pribadinya :
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (SS) lahir pada hari Kamis Legi pada tanggal 2
Mei 1889 di Yogyakarta. Ayahnya bernama Gusti Pangeran Haryo Soerjaningrat,
kakeknya bernama KGPAA Paku Alam III. (ss) merupakan anak ke 5 dari 9 bersaudara
Soewardi Soeryaningrat (SS) menikah dengan saudara sepupunya yaitu RA.
Soetartinah, putri dari GPH. Sasraningrat (adik Soeryaningrat) pada tanggal 4
Novembar 1907. Dikaruniai 6 orang anak, 4 putra dan 2 putri yakni: Ni Astiwandansari,
Ki Soebroto Aryo Mataram, Nyi Ratih Soleh Lahade, Ki Ontowiryo Adimurtopo, Ki
Bambang Sukowati, dan Syailendra Wijaya.
Pada tanggal 4 November 1907, SS menikah dengan R.Aj. Sutartinah, putri dari GPH.
Sasraningrat. Dikaruniai
Pada usia 40 tahun berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara, sehingga beliau
dijuluki masyarakat sebagai bangsawan yang merakyat.
Beragama Islam, berjiwa nasionalis, patriotis, herois, serta berwawasan Bhinneka
Tunggal Ika.
Pendidikannya :

• Tamat SD orang Eropa (Europees Lagere School) di Yogyakarta.


• Tamat sekolah guru Pemerintah Hindia Belanda (Kweek School=SPG).
• Drop out pada tingkat II Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta (STOVIA) dengan sertifikat
Istimewa karena kemampuannya berbahasa Belanda.
• Tamat Akta Mengajar di Nederland tahun 1915 melalui kursus tertulis.
• Otodidak dengan mendapat gelar Doktor Honoris Causa di bidang kebudayaan dari
Universitas Gajah Mada tahun 1956.
Masa Kecilnya :
Kecilnya bernama Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Karena kedudukan ayah dan kakeknya , maka SS (nama
panggilan semasa masih muda) tergolong keluarga bangsawan. Semasa kecil SS selalu di asuh (diamong)
Pengasuh tersebut selalu bersikap membimbing dengan keteladanan (ing ngarsa sung tuladha) membina
dengan membangun kemauan (ing madya mangun karsa) dan memerdekakan kreatifitas dengan memberi
kekuatan (tut wuri handayani) dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan keraton.
Setelah masuk sekolah di ELS, SS bertambah kegiatannya dengan memahami, menghayati dan mengamalkan
kebudayaan barat, khususnya kebudayaan Belanda. SS juga harus memecahkan persoalan, mengapa begitu
banyak anak-anak pribumi yang tidak boleh belajar di sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah? Dan
mengapa keluarga kerajaan diistimewakan?.

SS kecil sudah mengambil keputusan apa yang akan dilaksanakan setelah besar nanti :
• Sifat-sifat kebangsawanan keraton sangat baik bila digunakan untuk kepentingan membela nasib rakyat.
• Ia jenuh dengan sistem pendidikan di ELS (Europees Lagere School) yang hanya mengajarkan kebudayaan
barat dan hanya dapat diikuti oleh anak-anak Eropa dan anak-anak bangsawan. Kalau besar nanti ia akan
mendirikan sekolah yang berbasis kebudayaan bangsa sendiri dan dapat diikuti oleh semua rakyat.
• Metode belajar di ELS (Europees Lagere School) yang bersifat memerintah, memaksa, dan menghukum
sangat bertentangan dengan cara mengasuh dilingkungan keraton yang bersifat ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa dan tut wuri handayani.
• Kalau tamat ELS nanti akan melanjutkan kesekolah guru agar kelak dapat mengajar dan/atau mendirikan
sekolah kebangsaan.
Masa Remaja dan/atau Pemuda
masa remaja dan pemudanya digunakan untuk membela nasib rakyat dengan
dasar sifat-sifat kebangsawanannya. Dimulai dengan hidup mandiri, yaitu hidup dengan
ikatan dinas di sekolah guru, beasiswa di STOVIA, dan bekerja sebagai analis di pabrik
gula Kalibagor Banyumas, serta di apotik Rathkamp Yogyakarta. SS mengunakan sifat-
sifat kebangsawanannya (jujur, benar, baik dan adil) untuk memperjuangkan nasib
rakyat yang bodoh, miskin, dan tertindas. SS berjuang di kalangan pers, di kalangan
politik, dan di kalangan pendidikan.
Setelah remaja dan pemuda SS mengamalkan sifat-sifat kebangsawanannya untuk
berjuang membela rakyat yang ditindas oleh penjajah. SS berusaha mengangkat
derajat, harkat dan martabat rakyat agar terbebas dari penjajahan dan merdeka pikiran
serta perbuatannya. SS muda berjuang di kalangan pers, politik, kebudayaan, dan
pendidikan dengan menegakkan kejujuran, kebaikan, kebenaran, dan keadilan. SS
muda dijuluki oleh masyarakat sebagai Satria Pinandita (membela rakyat dengan sifat
kebangsawanan).
Di Tengah-Tengah Keluarganya
Keluarga batih Ki Hadjar Dewantara terdiri atas Ki dan Nyi Hadjar dan enam orang
putera. Dua diantarnya, yang pertama seorang puteri dan yang kedua seorang pria,
lahir di Negeri Belanda, pada waktu orangtuanya sedang menjalani hukuman
pengasingan. Empat orang lainnya diantaranya terdapat seorang puteri, adalah seorang
kelahiran Indonesia.
Ki Hadjar dan Nyi Hadjar merupakan pasangan yang sangat harmonis. Nyi Hadjar
adalah seorang istri yang setia, menjadi pendorong dan membatu perjuangan
suaminya. Mereka bersatu hati dalam suka dan duka, dalam falsafah hidupnya dan
dalam tekad mengamalkan baktinya untuk kepentingan Nusa dan bangsanya. Mereka
melakukan tugas dan panggilan tersebut menurut kodrat mereka masing-masing.
Walaupun Ki hadjar mempunyai tugas-tugas di luar rumah-tangga yang banyak,
namun kepentingan pendidikan di dalam keluarga tidaklah diabaikan. Maka selalu
diusahakan adanya waktu berbincang-bincang dengan anggota keluarga, makan
bersama dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak kenal pada adat istiadat
kebangsaannya, sehingga hidupnya tidak Nampak kaku dan dangkal. Selain itu juga
diharapkan agar anak-anak itu suka melakukan cara hidup yang lazim terpakai,
sehingga mereka tidak hanya dapat hidup untuk dirinya sendiri,akan tetapi tertarik
pada masalah kemasyarakatan. Dengan demikian apabila mereka menjadi orang
dewasa dan harus masuk ke masyarakat, mereka tidak kelihatan “mentah” dan “kaku”
dalam sikapnya dan tingkahnya terhadap masyarakat. Untuk kepentingan tersebut
diatas, maka Ki Hadjar menyerukan kepada orang tua agar ada perhatian kepada
keluarganya dengan menyediakan waktu tertentu. “serahkan hari libur ahad kepada
hidup keluarga. Jangan merampas anak dari keluarganya”. Sebab itu Ki Hadjar
menyarankan agar segala pertemuan, kepanduan lain-lainnya jangan diberikan pada
hari ahad.
Setelah Indonesia merdeka
Setelah Indonesia merdeka, dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar
Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia yang pertama. Pada
tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan atau doktor honoris causa
dari Universitas Gadjah Mada. Karena Ki Hajar Dewantara sangatlah berjasa
dalam merintis pendidikan umum. Selain itu, beliau dinyatakan sebagai Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya pada tanggal 2 Mei
dijadikan Hari Pendidikan Nasional diperingati tiap tahun. Ki Hajar Dewantara
diangkat menjadi pahlawan nasional yang kedua oleh Presiden RI yang pertama,
Sukarno, pada tanggal 28 November 1959 menurut Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959.
Ki Hajar meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di
Wiyata Brata sedangkan Nyi Hadjar Dewantara wafat pada 16 April 1971.
jenazahnya setelah disemayamkan di Pendapa Agung Tamansiswa kemudian
dimakamkam di samping makam Ki Hajar Dewantara , di Tamana Wijaya Brata
TERIMAKASIH

Bila ada pertanyaan, saran, maupun pertanyan

Anda mungkin juga menyukai