Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN PROGRAM GIZI

Kelompok 3:

1. Alvira Sulastiyo (20170302002)

2. Elsa Luciana Utami (20170302072)

3. Hanifah Azari(20170302004)

4. Lely Elyana (20170302066)

5. Rizka Widyasari (20170302053)

6. Safira Rizki Amalia (20170302073)


LANSIA
Latar Belakang
• Lansia adalah penduduk yang mencapai usia 60 tahun keatas. Dengan

bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penururan akibat proses


degenerative (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
pada usia lanjut. Penyakit tidak menular pada lansia salah satunya
adalah hipertensi, salah satu faktor penyebab penyakit berat yang paling
sering di temukan adalah pola makan. Lansia sangat menyukai makanan
asin atau gurih, terutama makanan cepat saji yang memicu timbulnya
kolesterol tinggi.
• Penyakit hipertensi di DKI Jakarta masih menunjukan prevalensi yang

tinggi sesuai dengan usia, terlihat mulai dari pralansia berumur 45 tahun
dengan prevalensi 31,95%. Dan prevalensi di Jakarta Pusat memiliki
angka yang paling tinggi dari wilayah DKI Jakarta lainnya yaitu 20,0%.
Problem Tree
Jantung Gagal Ginjal Stroke

Hipertensi

Pola hidup yang tidak Rendahnya pengetahuan


Tingkat kecukupan gizi
sehat tentang hipertensi
 
   

Kebiasaan pola hidup


yang buruk dimasa lalu Tingkat pendidikan Kecukupan gizi makro
yang rendah dan mikro
 
Objective Tree
Mengurangi kejadian Mengurangi kejadian Mengurangi kejadian
terjadinya Jantung terjadinya Gagal Ginjal terjadinya Stroke

Mengurangi prevalensi terjadinya


hipertensi terhadap lansia

Memperbaiki pola Meningkatkan


Meningkatkan
hidup agar menjadi pengetahuan tentang
kecukupan gizi
lebih sehat hipertensi
 
   

Tidak mengulangi
Memperbaiki
kesalahan pola hidup yang Memperbaiki kecukupan gizi
buruk dimasa lalu tingkat pengetahuan makro dan mikro
 
IBU HAMIL
Latar Belakang
• Di Indonesia masih banyak ibu hamil mengalami masalah gizi

terutama Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia serta


masalah gizi lainnya seperti Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY). Masalah-masalah gizi tesrsebut dapat menyebabkan
abortus, lahir mati, kelainan bawaan, BBLR dan lain-lain
• Menurut Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (Dinas Kesehatan DKI

Jakarta, 2014) ibu hamil yang mengalami anemia sebesar 37,1%,


dan menurut Riskesdas 2013, di Jakarta ibu hamil yang mengalami
KEK sebesar 17,6%.
Problem Tree
ANEMIA
Keguguran BBLR Kematian Ibu Bayi Kretin Kelainan pada bayi

Akibat

Sebab

Anemia Ibu Hamil

Pendidikan rendah Usia saat hamil < 20 Kurang dukungan Antenatal Care Status Paritas
tahun / >35 tahun Keluarga/suami Tidak rutin tinggi

Pengetahuan
Ketidakpatuhan konsumsi Terkena Penyakit
rendah table Fe Infeksi

Status Sosial Ekonomi


dan budaya rendah

Daya beli rendah

Kebutuhan zat besi tidak


mencukupi
Problem Tree
KEK
Pendidikan
Rendah
Asupan makan
/ energi tidak
Faktor Sosial
mencukupi
Ekonomi
Pendapatan Daya beli
Rendah rendah
Kekurangan
Energi Kronis
(KEK)
Usia <20 tahun Hamil muda/
Faktor Ibu atau >35 tahun hamil tua

Kadar Fe Anemia
Status Paritas
rendah
>4 orang

Asupan makan Cadangan energi


/ energi tidak dan zat gizi lain
mencukupi tidak mencukupi

BBLR Anak Kematian Sulit Kelahiran


stunting/wasting bayi persalinan prematur
Objective Tree
Bayi sehat
ANEMIA BB Lahir Ibu sehat dan normal
Normal

Zat Besi dan hemoglobim tercukupi

Pendidikan cukup/tinggi Usia saat hamil 20- Didukung keluarga dan Antenatal Care Status Paritas
35 tahun suami rutin rendah

Pengetahuan
Rutin mengonsumsi table Terhindar Penyakit
cukup/tinggi Fe Infeksi

Status Sosial Ekonomi


dan budaya cukup/tinggi

Daya beli cukup/tinggi

Kebutuhan zat besi


tercukupi
Object Tree
Pendidikan Pengetahuan
KEK cukup/tinggi cukup/tinggi
Asupan makan
/ energi
Faktor Sosial
tercukupi
Ekonomi
Pendapatan Daya beli
cukup/tinggi cukup/tinggi
Kebutuhan
energi ibu
tercukupi
Usia ibu 20-35 Usia ibu siap
Faktor Ibu tahun untuk hamil

Kadar Fe
Status Paritas
tercukupi
<4 orang

Asupan makan Cadangan energi


/ energi dan zat gizi lain
tercukupi tercukupi

BB bayi Bayi sehat Persalinan Kelahiran


normal lebih mudah tepat waktu
ANAK USIA SEKOLAH
Latar Belakang
• Menurut Data Riskesdas tahun 2013 prevalensi kurus (menurut IMT/U) adalah 11,2%, terdiri

dari 4% sangat kurus dan 7,2% kurus, prevalensi gemuk masih tinggi yaitu 18,8%, terdiri dari
10% gemuk dan 8,8% sangat gemuk (obesitas), dimana prevalensi pendek yaitu 30,7%
diantaranya 12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek dan prevalensi anemia secara global
menujukan angka yang tinggi yaitu 37% sedangkan di Indonesia menujukan sebanyak 20-
25%.

• Data Riskesdas 2010 menujukan bahwa status gizi anak usia sekolah (6-12 tahun)

berdasarkan TB/U menujukan bahwa 35,6% anak sekolah dalam kategori sangat pendek
dan pendek. Distribusi anak usia sekolah usia 6-12 tahun menurut jenis kelamin, laki-laki
(36,5%) lebih tinggi dibanding perempuan (34,5%) sedangkan menurut tempat tinggal,
prevalensi anak kependekan di perkotaan (29,3%) lebih rendah dari anak di pedesaan
(41,5%). Prevalensi kependekan terlihat semakin rendah dengan meningkatnya pendidikan
kepala rumahtangga. Pada pendidikan rendah (SD dan tidak pernah sekolah) prevalensi
kependekan lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi kependekan pada kepala rumah
tangga yang berpendidikan SLTP ke atas.
Problem Tree
PENYAKIT KRONIS

TERGANGGUNYA PERKEMBANGAN
OTAK MUDAH TERSERANG PENYAKIT

STUNTING

FAKTOR EKONOMI PENDIDIKAN ORANG TUA

POLA ASUH FAKTOR LINGKUNGAN


Objective Tree
Mengurangi kejadian Penyakit
Kronis

Bisa Dapat Memajukan kualitas Sumber


Anak Tumbuh Dengan sehat dan normal
Daya Manusianya

BERKURANGNYA PREVALENSI
STUNTING

Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Meningkatkan Akses Terhadap Air


bersih serta kebersihan linkungan

Memberikan ASI Eklusif sampai


berumur 6 bulan Memantau Pertumbuhan Saat Usia Balita
BALITA
Latar Belakang

Balita memiliki periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, namun rawan
terjadi masalah gizi.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa 17,7% bbalita mengalai masalah gizi, gizi
buruk sebesar 3,9% dan gizi kurang sebanyak 13,8%.

Wilayah Jakarta Pusat terdapat 0,5% balita gisi kurang (BB/U), 2,4% balita pendek (TB/U),
0,6% balita kurus (BB/TB). Masalah gizi akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan balita untuk itu kita membuat Perencanaan Program Gizi untuk memperbaiki
status gizi balita di wilayah Jakarta Pusat.
Problem Tree
KEK Berat Badan Lahir Anak Penyakit Infeksi

Malnutrisi

Status Ekonomi Rendah   Tingkat Pendidikan Rendah   Jarak Kelahiran Anak  

Pendapatan Rendah mmpengaruhi


Jarak Kelahiran Anak yang Satu
Ketersediaan Pangan yang Tidak Tingkat Pengetahuan rendah
dan yang lainnya terlalu cepat
Beragam  
Object Tree
Mengurangi kejadian KEK
Memperhatikan beart badan Memperhatikan Hygiene
(memenuhi asupan dengan gizi
anak saat kandungan sanitasi
seimbang)

Berukarangnya kejadian Malnutrisi pada wanita

Meningkatkan Status Ekonomi  Meningkatkan Tingkat Pendidikan  Jarak Kelahiran Anak  

Memperhatikan Jarak Kelahiran


Meningkatkan Tingkat Anak yang Satu dan yang
Meningkatkan Pendapatan 
Pengetahuan
lainnya
Latar Belakang

Wanita Usia Subur sangat rawan menderita defisiensi zat gizi seperti anemia, KEK dan
obesitas. Obesitas yang dialami oleh Wanita Usia Subur (WUS) merupakan prioritas dalam
Program Perencanaan Gizi,
Data Riskesdas 2018 prevalensi status gizi dengan kategori obesitas pada penduduk dewasa
(>18 tahun) di Indnesia adalah 21,8%, di DKI Jakarta adalah 29,8%.
DiIndonesia yang mengalami obesitas lebih banyak adalah wanita dengan persentase 29,3%.
Sedangkan di wilayah Jakarta Pusat presentase wanita yang mengalami obesitas berjumlah
11,67%.
Problem Tree
JANTUNG
HIPERTENSI STROKE
KORONER

OBESITAS

PERILAKU MAKAN AKTIFITAS FISIK


BERLEBIH  

Kebiasaan pola hidup


Pengetahuan tentang asupan buruk sehari hari
zat gizi yang kurang
Objective tree

Mengurangi Mengurangi kejadian Mengurangi kejadian


kejadian Hipertensi Jantung Koroner Stroke

Berkurangnya
Prevelensi Obesitas

Mengurangi perilaku Meningkatkan Aktifitas


konsumsi makanan fisik dan berolahraga
berlebih

Meningkatkan kebiasaan
Meningkatkan pengetahuan hidup sehat
tentang asupan zat gizi

Anda mungkin juga menyukai