Anda di halaman 1dari 55

MATERI DASAR

KEBIJAKAN
TATALAKSANA ANAK GIZI
BURUK

DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT


DEPARTEMEN KESEHATAN RI

1
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum:
Pada akhir sesi peserta memahami kebijakan Tatalaksana Anak
Gizi Buruk

Tujuan Khusus:
Pada akhir sesi peserta mampu;
1. menjelaskan latar belakang terjadinya masalah anak gizi buruk
2. menjelaskan kebijakan operasional Tatalaksana Anak Gizi Buruk
3. menjelaskan strategi operasional Tatalaksana Anak Gizi Buruk
4. menjelaskan tujuan, sasaran dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Tatalaksana Anak Gizi Buruk
5. menjelaskan alur pelayanan anak gizi buruk
6. menjelaskan tim pelaksana Tatalaksana Anak Gizi Buruk
7. menjelaskan pemantauan dan evaluasi kegiatan
Tatalaksana Anak Gizi Buruk

2
POKOK BAHASAN
1. Latar belakang terjadinya masalah anak gizi buruk
2. Kebijakan operasional Tatalaksana Anak Gizi Buruk
3. Strategi operasional Tatalaksana Anak Gizi Buruk
4.Tujuan, sasaran dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tatalaksana Anak Gizi Buruk
5. Alur pelayanan anak gizi buruk
6. Tim pelaksana Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
7. Pemantauan dan evaluasi kegiatan Tatalaksana Anak
Gizi Buruk

3
POKOK BAHASAN 1

LATAR BELAKANG TERJADINYA


MASALAH ANAK GIZI BURUK

4
LATAR BELAKANG
 Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi
berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah masalah
kurang gizi
 Timbulnya masalah kurang gizi pada anak dipengaruhi
status gizi ibunya, serta mempengaruhi status gizi
pada usia dewasa (inter-generation impact of malnutrition)
 Kurangnya konsumsi makanan & penyakit infeksi merupakan
penyebab langsung, kemiskinan dan pendidikan yang rendah
sebagai masalah utama yang harus ditanggulangi (Unicef,
1998)
Gizi Lebih

Gizi Kurang
MASALAH GIZI

Stunted/Wasted

• E.MALAYSIA KVA & AKB INDONESIA:


• TIMOR

 KEP (Pendek/Kurus)
•CAMBODIA
LAOS
• PHILIPPINES • THAILAND  KVA (Kurang vit A)
• MYANMAR
•  AKB (Anemia Kurang
Besi)
• INDONESIA
 GAKY (Gangguan
Akibat Kurang Yodium)
 Kurang zat gizi mikro
• CHINA
lain (Zn, Se)
overweight  Overweight (BB lebih)

Source: World Bank 2006: Reposition Nutrition as Central to Development


MASALAH GIZI DALAM
SIKLUS KEHIDUPAN
Anemia
Kurang Besi
Usila
Anemia Kurang
Besi & KEK
Ibu Hamil

lu a rga, gahan
G izi Ke , Pence
an RT us
Asuh Pangan tkan stat
sed iaan eningka
r
Kete nfeksi, M esehatan
I K
Remaja (Putri) &
WUS
Bayi baru Anemia Kurang
Lahir Besi & KEK
BBLR
Anak Usia
-Gizi Buruk, Anemia Sekolah
Kurang Besi, Kurang
Vitamin A Pendek , Anemia Kurang
Besi, GAKY
BALITA
PENYEBAB MASALAH GIZI
Status Gizi

ASUPAN INFEKSI Penyebab


GIZI PENYAKIT LANGSUNG

Ketersediaan Perilaku/asuhan Penyebab


Pelayanan
Pangan tingkat Ibu dan Anak TAK
kesehatan
Rumah Tangga LANGSUNG

KEMISKINAN, PENDIDIKAN RENDAH, Masalah


KETERSEDIANAN PANGAN, KESEMPATAN KERJA UTAMA

Masalah
KRISIS POLITIK DAN EKONOMI DASAR

Sumber : The State of the World Children , UNICEF, 1998


PENYEBAB KEMATIAN BAYI & ANAK
Malaria
ISPA 5%
Diarea
19%
19%

Undernutrition
Campak
54%
7%
Lain-lain
32%
Perinatal
18%

54 % Gizi Kurang & gizi buruk  “underlying” faktor dari


kematian bayi & anak
LATAR BELAKANG MASALAH ANAK
GIZI BURUK

 Cacat bawaan dan kelainan congenital cenderung


sebagai “Underlying” faktor  anak menjadi gizi buruk
(belum ada data survei atau kajian)
 Hasil pengamatan di sarana pelayanan kesehatan :
- penyakit jantung bawaan
- “Hidrocephalus”
- “Cereberal Palsy”
- “Labio/palato schisis” (Bibir Sumbing)
- Thalasemia
- Tumor atau keganasan
- Bayi dengan Berat lahir Rendah/BBLR  “Failure to thrive”
Komitmen Global dan
Nasional Perbaikan Gizi
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
(MDGs) 1990-2015

MDG 1 MDG 2

Menanggulangi kemiskinan & Mencapai pendidikan dasar untuk


kelaparan  ½ nya semua
Target: Target: semua anak (laki-laki &
-prevalensi balita gizi kurang perempuan) dapat menyelesaikan
(BB/U < - 2 SD) : 18%. Pendidikan Dasar.
-Prevalensi gizi buruk (BB/U <
- 3SD) : 3,3%
-Proporsi penduduk defisit
energi : 5 %
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
(MDGs) 1990-2015

MDG 3 MDG 4
Mendorong kesetaraan gender Menurunkan angka kematian
& pemberdayaan perempuan. anak
Target Menghilangkan AKB dan AKBAL turun menjadi
ketimpangan gender di semua 2/3
jenjang pendidikan.

Target Angka Kematian Balita


32/1000 kelahiran hidup
MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
(MDGs) 1990-2015

MDG 5 MDG 6
Meningkatkan kesehatan ibu Memerangi HIV & AIDS, malaria,
penyakit menular lainnya.
Menurunkan Angka Kematian Target mengendalikan penyebaran
Ibu (AKI) sebesar 3/4 nya. penyakit dan mulai menurunnya
jumlah kasus baru.
Target AKI menjadi
102/100.000 kelahiran hidup

MDG 7 MDG 8
Memastikan kelestarian Membangun kemitraan global untuk
lingkungan hidup pembangunan
Menurunkan prevalen Gizi kurang (BB/U < -2 SD,
WHO-NCHS, 1983) pada balita

-RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Mid-term)


-MDG : Millenium Development Goal
-RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang (Long-term)
BESARAN MASALAH GIZI KURANG & BURUK
PADA BALITA DI INDONESIA (1989-2005)

(BB/U < -2 SD, WHO-NCHS, 1983)


40 37,5 35,6
35 (BB/U < -3 SD, WHO-NCHS, 1983)
31,6
29,5 28
30 26,4 26,1 27,3 27,5
24,7
25
20
15 11,6
10,1 8,8
10 7,2 8,1 7,5 6,3 8 8,55
6,3
5
0

Sumber Susenas
PREVALENSI GIZI KURANG PADA BALITA
MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA, 2005

< 20 % (Rendah dan Sedang)  74


88 Kab
Kab

20 – 29 % (Tinggi)  122
191Kab
Kab

30 - 40 % (Sangat Tinggi)  109


75 Kab
Kab

> 40 % (Sangat Tinggi)  42


35 Kab
Kab

Catatan: Susenas 2003, terdapat 110 kabupaten dengan kriteria sangat tinggi
Susenas 2005, terdapat 151 kabupaten dengan kriteria sangat tinggi
Sumber: Susenas, 18
HASIL RISKESDAS 2007

• Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita


adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita
adalah 13,0%.
• Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita
adalah 4,3%.
• Prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita
Sangat Pendek (stunting) adalah 36,8%
• Prevalensi nasional Balita Kurus adalah 7,4%
(wasting-serius) dan Balita Sangat Kurus
adalah 6,2% (wasting-kritis).
• Prevalensi nasional Balita Gemuk adalah
12,2%.
HASIL RISKESDAS 2007 (lanjutan …..)

• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus


(laki-laki) adalah 13,3%
• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus
(Perempuan) adalah 10,9%.
• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah
Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%
• Prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk
(Perempuan) adalah 6,4%.
• Prevalensi nasional Obesitas Pada Penduduk
Umur 15 Tahun adalah 10,3%.
HASIL RISKESDAS 2007 (lanjutan …..)

• Prevalensi nasional Kurang Energi Kronis


Pada Wanita Usia Subur (berdasarkan LILA
yang disesuaikan dengan umur) adalah
13,6%.
• Rerata nasional Konsumsi Energi per Kapita
per Hari adalah 1.735,5 kkal.
• Rerata nasional Konsumsi Protein per Kapita
per Hari adalah 55,5 gram.
• Secara nasional, sebanyak 62,3% rumah
tangga Indonesia mempunyai garam cukup
iodium.
GANGGUAN PERTUMBUHAN PADA BALITA

1.5

1
1999 2000 2002
Keadaan gizi menurut BB/U

0.5

0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60
-0.5

-1

-1.5

-2
Umur (bulan)

• Gangguan pertumbuhan telah terjadi sejak usia 4-6 bulan pertama


kehidupan bayi; terjadi baik di desa maupun kota
• Mulai umur 6 bulan gangguan pertumbuhan makin nyata dan
mencapai puncaknya pada umur 11 bulan
• Kurva pertumbuhan masih tetap menurun hingga umur 23 bulan
• Sesudah 23 bulan kurva pertumbuhan relatif mendatar
PROFIL PEMBERIAN ASI DI INDONESIA

100

80

60

40

20

0 Menyusui 1 JAM 4 BULAN 6 BULAN FORMULA


SDKI 1997 96.3 8 52 42.4 10.8
SDKI 2002 95.9 3.7 55.1 39.5 32.45

Sumber : Survei Demografi Kesehatan Indonesia


POKOK BAHASAN 2

KEBIJAKAN OPERASIONAL
TATALAKSANA ANAK GIZI
BURUK
DASAR HUKUM

 UU No 23 tahun 1992, tentang kesehatan


 UU no 23 tahun 2002: Perlindungan Anak
 SE Menkes No 1209/Menkes/X/1998: tentang Monitoring dan
penanggulangan krisis kesehatan (KLB Gizi buruk)
 SK Menkes No.: 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang
Kewenangann Wajib Standar Pelayanan Minimal
 SK Menkes No. 128/Menkes/SK/II/2004:Kebijakan dasar
Puskesmas (6 pokok program) yang harus dilakukan oleh
Puskesmas  Upaya perbaikan gizi masyarakat
 Menkes, Juli 2005: Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan
& Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009
Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal
(KW-SPM) SK Menkes
NO:1457/Menkes/SK/X/2003

 Pemantauan Pertumbuhan Balita


Balita BGM :<
5%
Balita yg naik BB nya : 80
%

 Pelayanan Gizi
Cakupan distribusi Vitamin A 2x/th : 90 %
Cakupan bumil mendapat Fe 90 tablet : 90 %
Cakupan MP-ASI pd bayi BGM dari Gakin : 100%
Balita gizi buruk mendapat perawatan sesuai standar : 100%

 Penyuluhan perilaku sehat


Bayi yg mendapat ASI-Eksklusif : 80
%
Desa dng garam beryodium baik : 90 %
Rumah tangga sehat : 65
%
Posyandu Purnama : 40 %
Kebijakan Operasional

Manajemen kasus : Terapi Gizi Medis


Tempat pelayanan : Puskesmas s/d rumah sakit serta rujukannya
Secara komprehensif : Tindakan, perawatan dan pengobatan
dari berbagai disiplin ilmu

Mengarah ke pelayanan gizi paripurna (Tim Asuhan Gizi)

Penyuluhan (Health Promotion)


Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Deteksi Dini (Early Detection)
Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
Mencegah Kecacatan (Disability Limitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation)
POKOK BAHASAN 3

STRATEGI OPERASIONAL
TATALAKSANA ANAK GIZI
BURUK
GRAND STRATEGI DEPKES 2005 - 2009

 Menggerakkan dan Memberdayakan masyarakat untuk


hidup sehat  Seluruh keluarga sadar gizi (Kadarzi)

 Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan


kesehatan yang berkualitas  Pelayanan Kesehatan di
RS, puskesmas & jaringannya memenuhi standar mutu

 Meningkatkan sistem surveilans, Monitoring dan


Informasi Kesehatan  Setiap KLB tertanggulangi
shg tidak menimbulkan dampak kpd masyarakat

 Meningkatnya Pembiayaan Kesehatan  Anggaran


kesehatan pemerintah terutama untuk promosi &
pencegahan
STRATEGI OPERASIONAL
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK

1. Me  kualitas dan kuantitas deteksi dini melalui


posyandu sebagai upaya pencegahan gizi buruk
2. Me kualitas dan akses yankes dan gizi
3. Me  Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Kejadian
Luar Biasa/KLB - Gizi Buruk dalam surveilans
kesehatan dan gizi

Memberdayakan keluarga utk me pengetahuan,


kesadaran & kemampuan keluarga untuk berperilaku
sadar gizi
STRATEGI OPERASIONAL
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK

4. Menyebar luaskan pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk dlm


pre service training: Fak Kedokteran, pendidikan dokter spesialis,
poltekes DAN akademi kesehatan lain.
5. Menggalang kerja sama dengan organisasi profesi dan lintas
program :
IDAI, PDGMI/PDGKI, PERSAGI/ASDI, PPNI, IBI
Program diare, imunisasi, ISPA/pneumonia, malaria, TBC,
HIV/AIDS
6. Meningkatkan dukungan dan peran serta Pemda dan lintas
sektor (Pertanian, sosial, Pemberdayaan Masyarakat Desa/PMD)
melalui kelembagaan Badan Ketahanan Pangan dan Gizi serta
Non Goverment Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)
POKOK BAHASAN 4

TUJUAN, SASARAN DAN STANDAR


OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK
TATALAKSANA ANAK GIZI BURUK

TUJUAN
 UMUM:
Menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk

 KHUSUS:
1. Mencegah kematian anak (Case Fatality Rate/CFR)
2. Mencegah gangguan tumbuh kembang
berkelanjutan (growth faltering)
3. Mencapai garis pertumbuhan (growth trajectory)
anak
SASARAN

 Anak Gizi Buruk (BB/TB-PB <- 3 SD baku


standard WHO-NCHS, 1983) dengan atau
tanpa gejala klinis (marasmus, kwashiokor &
marasmik-kwashiorkor)

 Anak gizi kurang (BB/TB-PB <- 2 SD baku


standard WHO-NCHS, 1983), dengan
penyakit
STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR

 10 (sepuluh) Langkah TataLaksana


Anak Gizi Buruk
 5 (lima) Kondisi Anak Gizi Buruk

Pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk


(Buku I & II)
POKOK BAHASAN 5

ALUR PELAYANAN
ANAK GIZI BURUK
gizi
ALUR PELAYANAN
Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan
KELUARGA MASYARAKAT dan LINTAS PELAYANAN
SEKTOR KESEHATAN

SELURUH KELUARGA Sehat, BB Naik (N)


1. Penyuluhan/Konseling Gizi;
a. ASI eksklusif dan MP-ASI
Intervensi b. Gizi seimbang
jangka c. Pola asuh ibu dan anak POSYANDU
menengah 2. Pemantauan pertumbuhan anak • Penimbangan
BGM, Gizi buruk, sakit
/ panjang 3. Penggunaan garam beryodium
4. Pemanfaatan pekarangan emua balita (D)
5. Peningkatan daya beli Balita • Konseling
BB Tidak
Punya• Suplementasi gizi
naik (T),
KELUARGA MISKIN KMS • Pelayanan
Intervensi kesehatan dasar Gizi
6. Bantuan pangan darurat; kurang Puskesmas
jangka
pendek, a. PMT balita, ibu hamil
b. Raskin CFC/PPG TFC/PtPG
darurat
• PMT Pemulihan Rumah Sakit
Sehat, BB Naik (N)
• Konseling
CFC: Pos Pemulihan Gizi
Sembuh, tidak perlu PMT Sembuh perlu PMT
TFC: Panti Pemulihan Gizi

Surveilens sosial, kesehatan, pangan dan gizi 37


POS PEMULIHAN GIZI/PPG 

 Pos Pemulihan Gizi (PPG) adalah posyandu plus

 Asuhan gizi pada:


- anak gizi kurang atau Bawah Garis Merah (BGM)
- anak dengan 1 kali T pada penimbangan rutin
- paska perawatan anak gizi buruk

 Kegiatan:
- Pemberian Makanan Tambahan/PMT-Pemulihan
- Penyuluhan gizi
PANTI PEMULIHAN GIZI/PtPG 
(Theurapeutic Feeding Center/TFC)

1. PtPG/TFC dikembangkan untuk:


- pelayanan anak gizi buruk
- dikelola oleh tenaga kesehatan dengan melibatkan
peran serta masyarakat.

2. PtPG/TFC lebih dilihat dari fungsinya sebagai


perawatan dan pengobatan anak gizi buruk di suatu
tempat/ ruangan khusus, dimana ibu ikut serta
merawat anaknya secara intensif.
PANTI PEMULIHAN GIZI/PtPG (lanjutan ….) 

3. PtPG /TFC dapat dikembangkan dengan membuat


bangunan khusus atau memanfaatkan RS/ Puskesmas
Perawatan

4. Pemda Kab/kota bertanggung jawab untuk tenaga,


sarana, prasarana dan biaya operasional

5. Dinas Kesehatan Kab/kota bertanggung jawab pada


peningkatan kualitas pelayanan dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
PRASYARAT PEMBENTUKAN
PANTI PEMULIHAN GIZI/PtPG /TFC 

1. Global Acute Malnutrition (GAM):


Jumlah balita gizi kurang ( BB/TB-PB <-2 SD): > 20%

2. GAM > 10 – 19,9 % + accurating factors


Balita gizi kurang ( BB/TB-PB < -2 SD )
Total Balita

Catatan:
- Balita gizi buruk (BB/TB-PB < - 3 SD)
- Balita gizi kurang (BB/TB-PB > - 3 SD – < - 2 SD)
 
Sumber : Proyek Sphere, Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum
dalam Respons Bencana, 2004
KETENAGAAN
PANTI PEMULIHAN GIZI/PtPG

Tenaga
Untuk Panti Pemulihan Gizi dgn kapasitas 20 tempat
Tidur dibutuhkan:

- Dokter : 1 orang
- Perawat supervisor (D3) : 1 orang
- Perawat (D3, SPK) : 3 orang
- Ahli Gizi (D3) : 1 orang
- Tenaga Pemasak : 1 orang

(Tenaga Kebersihan bisa tidak diperlukan karena ibu


yang anaknya dirawat, ikut bertanggungjawab untuk
kebersihan tempat perawatan)
KEGIATAN PtPG
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan Keperawatan
3. Pelayanan dan konseling gizi
4. Pendidikan kesehatan dan gizi
5. Rujukan ke posyandu/ puskesmas
pembantu/ puskesmas/ rumah sakit
6. Stimulasi pertumbuhan
7. Pencatatan dan pelaporan
8. Monitoring dan evaluasi
POKOK BAHASAN 6

TIM PELAKSANA
TATALAKSANA
ANAK GIZI BURUK
TIM ASUHAN GIZI
(fungsional)

1. DOKTER
2. PERAWAT/BIDAN
3. NUTRISIONIS/DIETISIEN
4. LABORATORIUM/RADIOLOGI
5. FARMASI
6. Dan lain2 sesuai kasus
PERAN DAN TUGAS
TIM DUKUNGAN GIZI

 DOKTER (Asuhan medis)


Anamnesa & pemeriksaan fisik  menentukan
diagnosa
Menentukan tindakan dan perawatan
Menentukan terapi obat dan terapi gizi
Memberikan konseling penyakit
Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
perkembangan medis dan status gizi pasien
Bertanggung jawab pada pasien secara
keseluruhan
PERAN DAN TUGAS
TIM DUKUNGAN GIZI

 PERAWAT (Asuhan keperawatan)


Kolaborasi dengan dokter dan nutrisionis/dietisien
Melakukan tindakan dan perawatan (infus, NGT,
pemberian obat, pemantauan medis)
Membantu distribusi makanan
Membantu pemantauan dan evaluasi
pemberian makan pada pasien
Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan :
SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis, Plan)
PERAN DAN TUGAS
TIM DUKUNGAN GIZI

 NUTRISIONIS/DIETISIEN (Asuhan gizi)

Membuat ReSoMal, formula WHO atau modisco


dan menyusun menu makanan
Melakukan anamnesa diet
Memberikan konseling gizi
Memantau dan evaluasi pemberian makan
pada pasien
Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
makanan
PERAN DAN TUGAS
TIM DUKUNGAN GIZI

 LABORATORIUM/RADIOLOGI

Memeriksa laboratorium sesuai kondisi pasien dan


sarana yang ada (Hb meter-cyanmeth, gula
darah, telur cacing, malaria dan lain-lain)

Memeriksa radiologi bila perlu (thorax foto, USG, dan


lain-lain )
PERAN DAN TUGAS
TIM DUKUNGAN GIZI

 FARMASI

Melaksanakan permintaan obat dan cairan


parenteral berdasarkan resep dokter

Menyediakan cairan Rehydration Solution for


Malnutrition/ReSoMal (oralit dan mineral-mix)

Mengawasi interaksi obat dan makanan

Membantu memantau dan evaluasi pemberian


obat kepada pasien
POKOK BAHASAN 7

PEMANTAUAN DAN EVALUASI


KEGIATAN TATALAKSANA
ANAK GIZI BURUK
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Di SARANA PELAYANAN KESEHATAN (Rumah
Sakit/Puskesmas)

 Peningkatan Berat Badan (> 50 g/


KgBB/ minggu selama 2 minggu berturut-
turut)
 CFR (Case Fatality Rate)
CFR < 5% msh bisa ditolerir, CFR >20% tidak
dapat diterima
 Lama hari rawat / lama berobat
 Kunjungan rumah (tindak lanjut perawatan)
 pos pemulihan gizi (PPG)
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Di WILAYAH KERJA (Kabupaten/Kota)

Pemantauan hasil kegiatan


Posyandu (SKDN)  Pemantauan Wilayah
Setempat/PWS - Gizi
 Laporan Kasus
 Sistim Kewaspadaan Dini/SKD dan
Kejadian Luar Biasa/KLB - Gizi Buruk
 Pemantauan Status Gizi /PSG Tahunan
di Tingkat Kecamatan
 Pemantauan Status Gizi Nasional
(3 tahun sekali melalui SUSENAS)
KESIMPULAN

 Anak gizi buruk masih menjadi masalah


 Anak gizi buruk karena kurangnya intake yang
umumnya disertai penyakit infeksi
 Cacat bawaan/kelainan congenital sebagai
“underlying” faktor (banyak ditemukan)
 Perlu tatalaksana kasus secara klinis
(salah satu kegiatan upaya perbaikan gizi
masyarakat)
 Perlu kesiapan tenaga kesehatan untuk
melakukan Tatalaksana Anak Gizi Buruk secara
profesional (Materi Inti I - V)
55

Anda mungkin juga menyukai