Anda di halaman 1dari 35

Minggu_3

Penyusunan Jadwal Induk


Produksi
Pendahuluan
Strategi Produksi
Pendekatan Agregat
Proses Agregasi
Metode Perencanaan Agregat
Metode Trial & Error
Pendekatan Empiris
Metode Linier Programming
Metode Transportasi
Proses Disagregasi
Jadwal Induk Produksi
1. Pendahuluan

Permintaan
Pasar
Kemampuan Produksi
- Kapasitas
Peramalan - Material
Permintaan

Perencanaan Jadwal
Produksi Induk
Produksi

2
2. Strategi Produksi
• Strategi murni:
 Mengubah tingkat persediaan (level production
strategy)
 Mengubah jumlah tenaga kerja (chase
strategy)
 Sub kontrak
 Mempengaruhi permintaan
• Strategi Campuran (Mixed Strategies):
dilakukan dengan mengkombinasi dua
atau lebih strategi murni di atas

3
3. Pendekatan Agregat

• Produk yang dibuat biasanya lebih dari satu.


• Merencanakan terpisah-pisah tidak efisien dan
mengakibatkan interaksi pemakaian kapasitas
oleh setiap produk tidak terlihat dengan baik.
• Digunakan konsep agregasi produk
• Produk-produk yang sejenis diagregasikan
menjadi satu
• Produk agregat ini yang dibuat rencananya
sehingga disebut Perencanaan Produksi
Agregat

4
Pendekatan…
• Dengan konsep agregasi, produk dapat
dinyatakan dalam hirarki produk
• Hirarki produk:
 Type: kelompok beberapa product families
 Product Family: kelompok beberapa items
 Item: produk akhir individual yang dipakai oleh
konsumen
• Biasanya dipakai family dan item saja
• Contoh 1: TV : Family; Model 14”, Model 20”, dst
adalah item-item
• Contoh 2: Baja: Family; plat, profil, rod, dst
adalah item-item
5
Pendekatan…
• Hirarki Produk
Type Tipe 1 Tipe 2 ………. Tipe n

Product
Family 21 Family 22 ….. Family 2m
Family

Item Produk X1 Produk X2 …..

Sub-
Subrakit X11 Subrakit X12 …..
Assembly

Component ….. Komponen ... Komponen ..

6
4. Proses Agregasi
• Proses agregasi dilakukan dengan
mengkonversikan semua produk menjadi
satu kesatuan
• Disebut unit agregat
• Unit agregat yang biasa dipakai adalah:
 Jam kerja buruh, mesin atau resource lainnya
 Waktu baku
 Harga jual, ongkos produksi

7
Contoh Proses Agregasi
• PT X membuat tiga macam item produk:
produk A, B, dan C. Harga jual produk
masing-masing Rp. 3000; Rp. 2000 dan Rp.
5000. Permintaan dan agregasi sbb:

• Periode 1 2 3 4 Total Persentase


• Produk A 200 220 240 230
• Produk B 600 650 700 690
• Produk C 50 55 60 58
• Agregat A 600 660 720 690 2670 29.45%
• Agregat B 1200 1300 1400 1380 5280 58.25%
• Agregat C 250 275 300 290 1115 21.30%
• Total 9065

8
5. Perencanaan Produksi Agregat
Marketing FORECASTING
Parameters

Product/Process CAPACITY/FACILITY WORKFORCE Labor


Parameters PLANNING PLANNING Policies

Capacity Personnel
Plan Plan

AGGREGATE
PLANNING

Aggregate
Plan Strategy

WIP/QUOTA Customer
SETTING Demands

Master DEMAND
Production MANAGEMENT
Schedule

WIP SEQUENCING &


Position SCHEDULING Tactics
REAL-TIME Work
SIMULATION Schedule

Work SHOP FLOOR


Forecast CONTROL

PRODUCTION Control
TRACKING

9
6. Metode Perencanaan Agregat
• Trial and error atau charting approach
atau disebut juga Spreadsheet Methods
(Sipper & Bulfin)
• Empirical approach: Model Bowman
• Analytical approach: Programa Linier dan
Goal Programming
• Simulasi

10
6.1. Pendekatan charting
Level Production
• Berangkat dari
konsep strategi Demand

Production

produksi.
Units

• Demand
berfluktuasi; Time

produksi bisa dibuat


level atau mengikuti Chase Demand
pola demand Demand

• Strategi Level Units

Production Production

• Strategi Chase Time

Demand
11
Pendekatan charting …..
• Strategi tersebut dilakukan dengan
mengendalikan faktor-faktor:
 Mengatur tingkat persediaan
 Mengatur jumlah tenaga kerja
 Mengatur Sub Kontrak
 Mempengaruhi permintaan

 Strategi dipilih berdasarkan konsekuensi biaya

12
Contoh 1: produksi konstan

• Menggunakan level Periode Permintaan Tingkat Sub- Biaya


production Produksi Kontrak (Rp juta)
• Digunakan permintaan 1 220 130 90 7.2
terkecil sebagai 2 170 130 40 3.2
tingkat level 3 400 130 270 21.6
production 4 600 130 470 37.6
• Kekurangan dilakukan 5 380 130 250 20.0
dengan subkontrak 6 200 130 70 5.6
(biaya sub kontrak Rp. 7 130 130 - -
80.000,-/unit)
8 300 130 170 13.6
Jumlah 108.88
biaya

13
Contoh 2:Chase demand
Period Demand Deviasi Biaya pe- Biaya Biaya
• Menggunakan strategi - ningkatan penurunan Total
chase demand
Produksi produksi produksi (Rp juta)
• Setiap kenaikan (Rp juta) (Rp juta)
permintaan diikuti
1 220 0 - - -
dengan penambahan
2 170 50 - 7.5 7.5
tenaga kerja
3 400 -230 23.0 - 23.0
• Jika ada penurunan
4 600 -200 20.0 - 20.0
permintaan dilakukan
5 380 220 - 33.0 33.0
pengurangan tenaga
6 200 180 - 27.0 27.0
kerja
7 130 70 - 10.5 10.5
• Biaya penurunan 8 300 -170 17.0 - 17.0
produksi Rp. 150.000,-
dan peningkatan Rp. Jumlah 148.0
biaya
100.000,-
Base Point
14
Contoh 3: Mix Strategy

• Produksi dibuat Per. Permin Produk Deviasi Perse- Biaya Sub Biaya Biaya
konstan pada rata- -taan -si diaan kontrak Total
rata permintaan 1 220 300 80 80 4.0 - - 4.0
• Kelebihan menjadi 2 170 300 130 210 10.5 - - 10.5
inventory 3 400 300 -100 110 5.5 - - 5.5
• Kekurangan 4 600 300 -300 - - 190 15.2 15.2
dipenuhi dengan 5 380 300 -80 - - 80 6.4 6.4
subkontrak 6 200 300 100 100 5.0 - - 5.0
7 130 300 170 270 13.5 - - 13.5
8 300 300 - 270 13.5 - - 13.5
Jumlah 69.6

15
Pembandingan Rencana
• Banyak faktor lain yang dapat dimasukkan
dengan mudah ke dalam model ini.
• Kelemahannya, hasil yang diperoleh
bergantung pada seberapa banyak trial
dilakukan sehingga optimalitas belum
tentu tercapai.
• Penggunaan spreadsheet memudahkan
perhitungan.
• Rencana-rencana yang dibuat
dibandingkan dan dicari yang memberikan
biaya termurah.
16
6.2. Pendekatan Empiris: Model
Bowman
• Disebut juga Pendekatan Koefisien Manajemen
• Asumsi: manajemen mengetahui dengan jelas
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
produksi.
• Persoalan yang sering timbul adalah manajemen
bisa tidak konsisten dalam membuat keputusan
rencana produksi
• Untuk memudahkan manajemen dalam membuat
keputusan perencanaan produksi dibuat model
sederhana yang diharapkan membantu
manajemen membuat keputusan secara
konsisten
17
Pendekatan empiris…
• Model terdiri dari model untuk• tenaga kerja dan model
Dimana:
tingkat produksi:
• Wt= jumlah tenaga kerja pd periode t
• Model Tenaga Kerja:
• Ft = jumlah permintaan yang diramalkan
• I*= jumlah persediaan yang diinginkan

Wt  f Ft , I * , I t 1 ,Wt 1  • Wt-1= jumlah tenaga kerja pd periode t-1
It-1= jumlah persediaan pd periode t-1
 

• t 0 1 t 1 2  I t 1   3 Ft
      *
W W I • Pt= tingkat produksi pd periode t
Model Tingkat Produksi: • ,  = koefisien manajemen


Pt  g Wt , I * , I t 1 , Ft , Ft 1 , Ft  2 
 1  
 
2
Pt   0  1Wt   2 I  I t 1   3    Ft 1 
*

i  0  1  i  

18
Pendekatan empiris…
• Model dibentuk berdasarkan data empiris masa
lalu.
• Data mengenai tingkat tenaga kerja dan tingkat
produksi masa lalu yang diputuskan beserta data
variabel independen yang dijadikan model
dikumpulkan dan dicari koefisien ,  dengan
teknik regresi
• Keputusan tingkat produksi dan jumlah tenaga
kerja yang direncanakan ditentukan dari
pemasukan variabel-variabel independen pada
model yang telah terbentuk

19
Pendekatan empiris…
• Model ini memiliki kelemahan pada:
 Formulasi model sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang diikutkan oleh pembuat
model.
 Situasi yang terjadi pada masa lalu belum
tentu tetap, misalkan kondisi ekonomi. Hal ini
sulit dimasukkan dalam model.
 Pemakaiannya harus dilakukan dengan hati-
hati, misalkan dengan menggunakannya
sebagai pembanding model atau cara
perencanaan produksi yang lain.

20
6.3. Model LP Sederhana
Notasi
t  periode waktu, t  1,......., t .
d t  demand pada periode t.
ct  kapasitas pada periode t.
r  unit keuntungan (tidak termasuk holding cost)
h  biaya menyimpan satu unit persediaan selama satu periode.
X t  jumlah yang diproduksi selama periode t.
St  jumlah dijual selama periode t.
I t  persediaan pada akhir periode t.

21
Jumlah sepanjang horizon perencanaan
Formulasi
max tt 1 rSt  hI t sales revenue - holding cost

subject to
St  d t t  1,.....t demand
X t  ct t  1,.....t capacity
I t  I t 1  X t  St , t  1,.....t inventory balance
X t , St , I t  0 t  1,.....t non-negativity

22
Contoh:

Data: r  $10
h  $1
I0 0
ct 100, t  1,....,6
dt  80, 100, 120, 140, 90, 140

Optimal Solution:
t 1 23456
X
t 1
0
0 1
0
0 1
0
0 1
2
0 1
1
0 1
2
0
S
t 8
010
012
012
0901
4
0
I
t 2
0200 02
00

23
Model LP - 2
• Model yang • Notasi yang dipakai:
• T= panjang horison perencanaan
mempertimbangka • t=1,2,…T, index horison
n untuk • Dt= peramalan demand pd periode t
memasukkan • nt= jumlah produk yg bisa dihasilkan
jumlah tenaga seorang pekerja pd periode t
• Ctp= biaya membuat 1 produk pd t
kerja, di samping • CtW=biaya 1 orang pekerja pd t
kapasitas dan • CtH=biaya menambah 1 pekerja pd t
jumlah persediaan • CtL= biaya memberhentikan 1 pekerja
• Fungsi tujuan pd periode t
• CtI= biaya menyimpan 1 unit
adalah biaya persediaan untuk periode t
• CtB= biaya untuk backorder 1 unit
untuk periode t

24
Model LP – 2: Batasan
• Jumlah tenaga kerja yang dipakai membatasi jumlah
produksi yang bisa dihasilkan pada periode t:

tP=t  ntWt
1,2,…T
• Jumlah tenaga kerja yang tersedia pada periode t
merupakan fungsi dari jumlah tenaga kerja pada periode
sebelumnya ditambah atau dikurangi yang disewa atau
diberhentikan:
W W  H  L
t t 1 t
t = 1,2,…T
t

• Terjadi keseimbangan jumlah inventory dari periode


sekarang dengan periode sebelumnya:
I t  Bt  I t 1  Bt 1  Pt  Dt t=1,2,…T

25
Model LP – 2:Tujuan
• Tujuan dari perencanaan adalah memproduksi dengan
biaya minimum:
• Biaya produksi yang terlibat adalah:

 C P  CtW Wt  CtH H t  CtL Lt  CtI I t  CtB Bt 


T
P
t t
t 1

• Dengan demikian diperoleh formulasi lengkap.


• Tujuan minimasi biaya produksi dengan batasan-batasan
jumlah produksi (kapasitas), jumlah tenaga kerja, dan
keseimbangan persediaan

26
6.4. Model Transportasi
• Menggunakan model transportasi
• Misalkan:
 Peramalan tiga bulan ke depan diketahui 200, 300, 400
unit. Terdapat persediaan awal sebesar 50 unit dan
diharapkan pada akhir bulan ketiga terdapat persediaan
75 unit. Kapasitas tersedia untuk 3 bulan ke depan
adalah 350, 300 dan 350 unit.
 Diketahui biaya produksi adalah Rp. 1 juta, Rp. 1,1 juta
dan Rp. 1,2 juta per unit untuk 3 bulan ke depan. Untuk
menyimpan produk, biaya yang timbul adalah Rp.
200.000,-/unit/bulan

27
Model Transportasi…
• Formulasi dan solusi dengan model transportasi
adalah:

28
7. Proses Disagregasi
• Mengembalikan rencana produksi agregat
menjadi item-item nya.
• Banyak teknik yang dikenal, antara lain
teknik persentase dan metode Britan &
Hax.
• Keluaran dari proses diagregasi ini adalah
Jadwal Induk Produksi (Master Production
Schedule)

29
Prosedur Teknik Persentase
• Hitung persentase kuantitas item masing-masing
terhadap kuantitas famili pada data masa lalu
(semua dalam unit agregat)
• Gunakan persentase ini untuk menentukan
kuantitas item masing-masing dari rencana
agregat. Keluaran adalah JIP dalam satuan
agregat
• Lakukan pembagian JIP (yang masih dalam
satuan agregat) dengan nilai konversi sehingga
dihasilkan JIP dalam satuan individu item

30
Contoh

Data Item (unit)


Periode 1 2 3 4 5 6 Harga per unit
Produk A 200 220 240 230 250 260 Rp. 3.000,-
Produk B 600 650 700 690 720 770 Rp. 2.000,-
Produk C 50 55 60 58 60 60 Rp. 5.000,-

Data Agregat (Rp. 000)


Periode 1 2 3 4 5 6 Total Persentase
Produk A 600 660 720 690 750 780 4200 29,6%
Produk B 1200 1300 1400 1380 1440 1540 8260 58,3%
Produk C 250 275 300 290 300 300 1715 12,1%
Family X 2050 2235 2420 2360 2490 2620 14.175 100,0%

31
Contoh
• Jika dengan perencanaan agregat diperoleh
rencana produksi sebagai berikut:
 Periode 7: 2.718.100
 Periode 8: 2.819.700
 Periode 9: 2.921.300
• Maka untuk periode 7, dengan produksi
2.718.100, jika dilakukan disagregasi:
 Produk A: 0,296 x Rp. 2.718.100 = Rp. 804.557,6
 Produk B: 0,583 x Rp. 2.718.100 = Rp. 1.584.652,3
 Produk C: 0,121 x Rp. 2.718.100 = Rp. 328.890,1

32
Contoh
• Jadwal Induk Produksi yang dihasilkan untuk
periode 7 dengan demikian adalah:
Produk Nilai Penjualan Harga jual Jumlah unit
A Rp. 804.557,6 Rp. 3.000 269
B Rp. 1.584.652,3 Rp. 2.000 793
C Rp. 328.890,1 Rp. 5.000 66

JIP dapat dibentuk sbb:


Periode 7 8 9 10 11 12
Produk A 269 …. …. … …
Produk B 793
Produk C 66

33
8. Jadwal Induk Produksi
• Satuan produk pada JIP
adalah ITEM
• JIP menyatakan item apa JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

yang dibuat, berapa, dan Procurement


kapan Fabrication

JIP dapat dibuat dalam


Subassembly
• Assembly
periode perencanaan
kuartal, bulanan atau Minimum planning horizon for product

mingguan now time


• Sedangkan jangkauan JIP fence

(horison perencanaan) The minimum planning horizon must be longer than the cumulative

dibuat harus lebih besar lead times.

dari cumulative lead time

34
9. Penutup
• Keluaran yang dihasilkan dari proses ini adalah Jadwal
Induk Produksi (Master Production Schedule).
• Jadwal ini memerlukan proses perencanaan yang lebih rinci
yang akan dilakukan pada tingkat (hirarki) perencanaan di
bawah.
• Perlu diperhatikan pola pembentukan JIP ini adalah untuk
sistem manufaktur dengan pola MTS, dimana langsung
dibuat jadwal jumlah dan waktu setiap end item yang
dibuat.
• Pada jenis-jenis sistem manufaktur yang lain, semacam JIP
dapat dibuat tetapi tidak dalam bentuk end-item.

35

Anda mungkin juga menyukai