Anda di halaman 1dari 19

SENSISTEK2009

Kajian Jumlah Hari Aman Proses Bongkar


Muat Barang dan Penumpang di Pelabuhan
Bantaeng
By
Chairul Paotonan dan Muhammad Arafah

COASTAL AND PORT ENGINEERING


RESEARCH CENTER – UNHAS
(CARRIER-UNHAS)
Pendahuluan
I
Latar Belakang
 Kabupaten Bantaeng merupakan daerah yang diproyeksikan menjadi kawasan
industri dan dinamakan Kawasan Industri Banateng (KIBA).
 Saat ini telah beroperasi salah satu industri pengolahan biji nikel yakni PT. Huadi
Nikel Alloy Indonesia (PT. Bakti Bumi Sulawesi)
 Salah satu infrastruktur pendukung yang diharapkan dapat mendukung
keberadaan industri tersebut adalah Pelabuhan
I Bantaeng di Kecamatan Bissappu.
 Berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Bantaeng
merupakan pelabuhan Pengumpan Regional.
 Permasalahannya adalah hingga saat ini pemanfaatan pelabuhan tersebut belum
maksimal, bahkan kapal yang seharusnya sandar di pelabuhan tersebut justru
bertambat dan bongkar muat di pelabuhan ikan
 Salah satu penyebabnya adalah gelombang tinggi di dermaga
 Oleh sebab itu dalam studi ini dilakukan kajian waktu aman sandar kapal di
pelabuhan Bantaeng
Permasalahan

Pelabuhan Bantaeng hingga saat ini belum maksimal


dalam melayani kapalI untuk bongkar muat di
dermaga yang kemungkinan dikarenakan tinggi
gelombang yang besar di dermaga. Berapa hari yang
dapat dimanfaatkan untuk proses bongkar muat di
pelabuhan Bantaeng setiap tahun?
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah hari


aman kapal melakukanI bongkar muat barang dan
naik turun penumpang di pelabuhan Bantaeng
berdasarkan interval tinggi gelombang dan dimensi
kapal.
Pelaksanaan Penelitian
I
(1). Lokasi Penelitian

 Lokasi Penelitian adalah


Pelabuhan Bantaeng
yang terletak di
Kabupaten Bantaeng
Kecamatan Bissappu
Desa Bonto Jai
 Letak astronomis
pelabuhan Bantaeng
adalah 05o33'55" LS dan
119o55'03" BT.
(2). Fasilitas Pelabuhan Bantaeng

No. Fasilitas Pelabuhan Satuan Dimensi Kondisi Keterangan


1 Fasilitas Pokok
Konstruksi beton, tiang
a. Dermaga m2 100 x 10 75%
pancang baja, kondisi baik
Konstruksi beton, tiang
b. Trestle m2 150 x 6 90%
pancang baja, kondisi baik
Konstruksi lantai paving
c. Causeway m2 430 x 6 90%
block, pondasi pasangan batu
d. Lapangan Penumpukan m2 64.64 x 47.53 85% konstruksi beton
2 Fasilitas Penunjang
a. Kantor m2 21 x 20 95% Kondisi Baik
b. SBNP (Mercusuar) m2 3.3 x 3.3 90% Tidak Beroperasi
c. Pos Jaga m2 4x4 90% Kondisi Baik
(3). Fasilitas Pelabuhan Bantaeng
(4). Kondisi Angin

Data angin diperoleh dari Hasil Analisisi Data (http


://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim-full-daily/)
(5). Kondisi Gelombang
Data gelombang sejumlah 10 tahun Tinggi
Jumla Presenta
diperoleh (http Arah Gelomban
h Data se (%)
://apps.ecmwf.int/datasets/data/interim-ful g Rata-rata
l-daily Utara 12 0.295 0.075
/) Timur Laut 11 0.279 0.068
Timur 5764 0.945 35.86
Tenggara 3831 0.760 23.84
Selatan 647 0.952 4.03
Barat Daya 620 0.712 3.86
Barat 5015 0.948 31.20
Barat Laut 172 0.613 1.07

Interval (m) Data Persentase


0.0 s/d 0.30 2399 14.93
0.30 s/d 0.70 8912 55.45
0.70 s/d 1.50 3192 19.86
1.50 s/d >1.50 1569 9.76
Jumlah 16072 100
(6). Tinggi Gelombang Vs Ukuran
Kapal
Jenis Kapal GT Tinggi Gelombang
Kapal Kecil GT < 500 0-0.3 m
Kapal Menengah & 500 < GT <
0.3-0.7 m
Besar 50.000
Kapal Sangat Besar GT > 50.000 0.7-1.5 m
(7). Jumlah Kejadian Tinggi Gelombang di
Pelabuhan Per Tahun Berdasarkan Interval Tinggi
Gelombang

Timur Tenggara Selatan Barat Daya Barat


Interval
Tinggi Perse
Gelombang ntase Jumla Persen Jumla Persen Jumla Persen Jumla Persen Jumla
h Hari tase h Hari tase h Hari tase h Hari tase h Hari
(%)

0 s/d 0.3 m 0.63 2 5.25 19 2.17 8 2.59 9 3.88 14

0.3 s/d 0.7 m 20.87 76 15.09 55 1.14 4 0.86 3 16.87 62

0.7 s/d 1.5 m 11.26 41 1.57 6 0 0 0 0 6.85 25


> 1.5 m 3.1 11 1.92 7 0.68 2 0.4 1 3.6 13
Jumlah 35.86 131 23.84 87 4.03 15 3.86 14 31.2 114
(8). Rekapitulasi Jumlah Hari Kejadian gelombang
Berdasarkan Interval Tinggi Gelombang

Tenggar Barat Bara Juml


Ukuran Kapal Timur Selatan
a Daya t ah
0 s/d 0.3 m 2 19 8 9 14 53
0.3 s/d 0.7 m 76 55 4 3 62 200
0.7 s/d 1.5 m 41 6 0 0 25 72
> 1.5 m 11 7 2 1 13 35
Jumlah 131 87 15 14 114 360
(9). Jumlah Hari Aman Kapal Beroperasi di
Pelabuhan Berdasarkan Ukuran Kapal

Jumla
Barat Jumla
Ukuran Kapal Timur Tenggara Selatan Barat h Hari
Daya h
Aman
GT < 500 (Kapal Kecil) 2 19 8 9 14 53 53
500 =< GT <= 50.000 (Kapal
76 55 4 3 62 200 253
Menengah & Besar)
GT > 50.000 (Kapal Sangat
41 6 0 0 25 72 325
Besar)
Semua Kapal tidak Aman 11 7 2 1 13 35 35
Jumlah 131 87 15 14 114 360  

Jenis Kapal GT Tinggi Gelombang


Kapal Kecil GT < 500 0-0.3 m
Kapal Menengah & 500 < GT <
0.3-0.7 m
Besar 50.000
Kapal Sangat Besar GT > 50.000 0.7-1.5 m
  KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisis tinggi gelombang diperoleh bahwa salah
penyebab kapal tidak melakukan bongkar muat di pelabuhan
Bantaneg adalah gelombang yang tinggi.
2. Jumlah hari aman operasi di dermaga untuk kapal kecil (GT < 500)
adalah 53 hari (1.8 bulan) dalam setahun.
3. Jumlah hari aman operasi di dermaga untuk kapal sedang
(500 <= GT =< 50.000) adalah 253 hari (8.4 bulan) dalam setahun.
4. Jumlah hari aman operasi di dermaga untuk kapal sangat besar
(GT > 50.000) adalah 325 hari (10.8 bulan) dalam setahun.
5. Jumlah hari kapal sama sekali tidak beroperasi di dermaga adalah
35 hari (1.5 bulan) dalam setahun.
6. Agar pelabuhan Bantaeng dapat berfungsi dengan baik, maka
dibutuhkan breakwater.
7. Pembangunan breakwater memerlukan kajian ekonomi yang
komprehensif dengan mempertimbangkan Kabupaten Bantaeng
sebagai kawasan industri.
TERIMA KASIH
COASTAL AND PORT ENGINEERING
RESEARCH CENTER – UNHAS (CARRIER-
REFERENCES
 
Anchors, Vyhof. 2010. Anchor Manual 2010. © Vryhof Anchors B.V.. Capelle a/d Yssel. The Netherlands
2010
API RP 2SK.. Recommended Practice for Design and Analysis of Station Keeping Systems for Floating
Structures. Washington. DC, .1996.
Biesheuvel, A.C, Effectiveness of Floating Breakwater. Master of Science Thesis. Civil Engineering at
Delft University of Technology
Chen, Y., Niu, G., & Ma, Y. (2019). Study on Hydrodynamics of a New Comb-type Floating Breakwater
Fixed on the Water Surface. In E3S Web of Conferences (Vol. 79, p. 02003). EDP Sciences.
Gesraha, M. R. (2006). Analysis of Π shaped floating breakwater in oblique waves: I. Impervious rigid
wave boards. Applied Ocean Research, 28(5), 327-338.
McCartney, B. L. (1985). Floating breakwater design. Journal of Waterway, Port, Coastal, and Ocean
Engineering, 111(2), 304-318.
Zhang, X. S., Ma, S., & Duan, W. Y. (2018). A new L type floating breakwater derived from vortex
dissipation simulation. Ocean Engineering, 164, 455-464.
Ning, D., Zhao, X., Göteman, M., & Kang, H. (2016). Hydrodynamic performance of a pile-restrained
WEC-type floating breakwater: An experimental study. Renewable energy, 95, 531-541.
Wang, H. Y., & Sun, Z. C. (2010). Experimental study of a porous floating breakwater. Ocean
Engineering, 37(5-6), 520-527.
Yang, Z., Xie, M., Gao, Z., Xu, T., Guo, W., Ji, X., & Yuan, C. (2018). Experimental investigation on
hydrodynamic effectiveness of a water ballast type floating breakwater. Ocean Engineering, 167, 77-
94.

Anda mungkin juga menyukai