Anda di halaman 1dari 7

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

KELOMPOK 4:
MIFTAHUL JANNA (36119038)
MIFTAHUL KHAIRANI (36119039)
MUH. AKBAR (36119040)
MUKARRAMA (36119041)
1B – D3 Akuntansi
Sahrudin, Asa Pasca Tambang Rakyat
Perekonomian di Kepulauan Bangka Belitung kini melesu. Pemerintah
belum juga menyiapkan secara matang sumber daya ekonomi pengganti
pascapenertiban tambang timah rakyat. Kondisi ini membuat masyarakat
bingung mencari sumber penghasilan baru.

Namun, Sahrudin (38) punya solusi, bukan wacana tetapi karya nyata. Sejak
eforia penambangan rakyat muncul tahun 2002, Sahrudin sudah merasa
bahwa apa yang dihasilkan dari penambangan timah secara tak terkendali
ini antara lain kerusakan alam. Penghasilan besar yang dicapai penambang
rakyat secara instan tak akan bertahan lama.

Di tempat tinggalnya, terdapat ratusan hektar lubang-lubang galian tambang


yang membentuk danau. Lubang galian tambang ini hasil eksploitasi PT
Koba Tin—perusahaan timah Malaysia terbesar di Bangka Tengah—serta
aktivitas tambang rakyat.
Lantas Sahrudin membuat proposal kerja sama kepada PT Koba Tin untuk memanfaatkan kolong
timah di Kayu Arang 3, Perlang, seluas tiga hektar. Ia minta bantuan pembuatan keramba jaring
apung untuk memelihara ikan secara berkelompok.

Tahun 2002 PT Koba Tin menyetujui pembuatan dua set keramba jaring apung sebanyak 12
petak, berikut bantuan 290 ekor ikan nila induk. Tiga petak keramba di antaranya dibuat Kelompok
Tani Mutiara dipimpin Sahrudin. Jumlah kelompoknya lima orang. Mereka mewakili lima keluarga.
Banyak warga Perlang mencibir usaha ini. Mereka menganggap budi daya ikan air tawar
Sahrudin sia-sia karena keuntungannya tidak besar. Saat itu hampir seluruh warga Perlang
bermata pencarian sebagai penambang timah.

Namun, ayah dua anak ini tak berkecil hati. Dengan tekun ia terus mengembangkan usahanya
hingga mampu menghasilkan ribuan bibit ikan. Dari hasil penjualan bibit ikan itu, seluruh utang
kelompok ke Koba Tin bisa dilunasi.

Sifat keramba yang mudah rusak membuat Sahrudin harus membuat kolam baru berupa bak
dengan tetap menggunakan aliran air kolong sebagai sumbernya. Bekerja sama dengan Koba Tin
dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Kelompok Tani
Mutiara ini membuat 32 kolam.

Jenis ikan yang dibudidaya pun semakin bervariasi. Nila gift, bawal, mas, dan lele dumbo mampu
dihasilkan baik berupa anak ikan maupun ikan siap konsumsi. Setiap kolam menghasilkan sekitar
200 kilogram ikan sekali panen.
Ujian tiba

Namun, daya juang Sahrudin diuji saat ratusan tambang timah apung
beroperasi di bagian hulu kolong. Seluruh ikan yang dipelihara mati, karena
air yang masuk kolam tercemar solar dan lumpur.

Para anggota kelompok Tani Mutiara nyaris putus asa, karena ratusan
penambang itu sulit dikendalikan. Ratusan penambang baru ditertibkan polisi
setelah mereka melaporkan situasinya kepada Kementerian Lingkungan
Hidup.

Untuk mengembalikan kualitas air kolong yang tercermar dibutuhkan waktu


setahun.

Pemberdayaan masyarakat desa terus dilakukan Sahrudin. Ia merintis


pembentukan Kelompok Tani Bina Bersama yang dipersiapkan untuk
mengelola peternakan sapi. Ia juga mengundang akademisi dari Universitas
Bangka Belitung untuk membuka wawasan tentang agrobisnis.
Awalnya Sahrudin ragu, karena beternak sapi adalah budaya baru bagi masyarakat asli Bangka.
Dalam sejarah, pekerjaan utama masyarakat adalah petani lada dan penambang timah.

Berkat dukungan Dinas Peternakan dan Kehutanan Babel dengan memberi pelatihan, Sahrudin
dan 20 anggota kelompok Bina Bersama pun mencoba beternak sapi. Lahan seluas tiga hektar
ditanami rumput gajah sebagai pasokan pakan.

Pemerintah pusat memberikan bantuan bergulir 42 sapi bali induk. Dengan perawatan telaten, kini
jumlah sapi berkembang menjadi 63 ekor. Pada tahun kedua, sapi sudah dapat digulirkan kepada
anggota-anggota baru.

Sahrudin yang juga bekerja sebagai guru, sekaligus Wakil Kepala Sekolah SMK Idrus Sari’ah
Koba, mengurus sapi sepulang mengajar. Pada hari Sabtu dan Minggu ia kuliah untuk meraih
gelar sarjana pada Universitas Bangka Belitung.

Limbah yang dihasilkan peternakan ini juga dikelola. Bersama Institut Pertanian Bogor, Sahrudin
membuat digester biogas yang memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber listrik dan bahan
bakar memasak. Limbah padat dan cair hasil fermentasi kotoran sapi diolah menjadi pupuk
organik yang bernilai ekonomis.

Berkat keberhasilan merintis pertanian terpadu itu, warga sekitar tertarik mengikuti jejak Sahrudin.
Desa tetangga kini juga memiliki peternakan sapi bersama. Areal kolong yang diubah menjadi
sentra peternakan dan perikanan kerap dijadikan studi banding pola agrobisnis dari berbagai
daerah.
Kesimpulan
• Dari segi hakikat manusia utuh sahrudin termasuk kedalam
kriteria tersebut karena memenuhi devinisi hakekat manusia
utuh dan mengaplikasikannya dengan baik. Sehingga sahrudin
merupakan salah satu tokoh masyarakat yang bisa dijadikan
sebagai tokoh inspirasi masyarakat indonesia.
• Sahrudin merupakan seseorang dengan kepribadian yang
sesuai dengan teori etika teleologi dengan aliran
tarianismutilie.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai