• Subjektif
-Dyspneu
-Batuk
-Nyeri Dada
Alat
1. Sarung tangan steril
2. Spuit 5cc Steril
3. Duk steril dengan lubang ditengah
4. Pisau bedah steril
5. Klem arteri lurus ukuran 15-17 m
steril
6. Needle holder dan jarum jahit kulit
steril
7. Benang ukuran 4 x 25cm
8. Selang untuk drain steril. (Dewasa
minimal 8 mm anak 6mm)
9. Lidokain untuk anastesi lokal
Teknik
• Bila mungkin, pasien dalam posisi duduk. Bila tidak, dalam posisi setengah
duduk,, atau tiduran dengan miring ke sisi yang sehat
• Tentukan tempat pemasangan WSD. Bila disebelah kanan, di sela iga VII atau VIII.
Kalau di kiri, di sela iga VIII atau IX linea aksilaris posterior atau kira – kira sama
tinggi dengan sela iga angulus inferior scapula. Bila dada di bagian depan, pilih
sela iga ke II garis midklavikula kanan atau kiri.
• Tentukan kira – kira tebal dinding thorax.
• Secara steril, berikan tanda pada selang WSD dari lubang terakhir selang WSD
tebal dinding thorax (misal dg ikatan benang)
• Cuci tempat yg akan dilakukan pemasangan WSD dan sekitarnya dengan
antiseptic lalu tutup dengan duk steril
• Anastesi daerah tempat masuknya selang WSD secara infiltrate dan ‘block’
• Insisi kulit subkutis dan otot dada di tengah sela iga
• Irisan diteruskan secara tajam menembus pleura
• Dengan klem arteri urus lubang diperlebar secara tumpul
• Selang WSD di klem dengan klem arteri dan dorong masuk ke rongga pleura
• Fiksasi selang WSD sesuai tanda pada selang WSD
• Daerah luka dibersihkan dan beri zalf agr kedap udara
• Selang WSD disambung dengan botol SD steril
• Bila mungkin dengan continuous suction dengan tekanan -24 sampai -32 cm
H2O
Perawatan WSD
• Luka WSD
Ganti Verband 3 hari sekali
Beri Zalf steril
• Perawatan selang dan botol WSD
1. Cairan diganti setiap hari. Diukur dan dicatat berapa cairan yang keluar
2. Cairan di botol WSD adalah cairan antiseptic
3. Lihat dan catat apakah ada undulasi atau gelembung udara keluar dari WSD atau
tidak setiap hendak mengganti
4. Penggantian botol harus ‘tertutup’ u/ mencegah udara masuk ke rongga pleura
yaitu dg meng-klem selang atau melipat dan diikat dg karet
5. Perhatikan sterilitas botol saat mengganti
6. Perhatikan kesealamatan kerja diri sendiri dg memakai sarung tangan
• Paru
1. Dg WSD diharapkan paru mengembang
2. Kontrol pengembangan paru dg pemeriksaan fisik dan radiologic
3. Latihan napas ekspirasi dan inspirasi dalam
4. Latihan batuk yang efisien
5. Pemberian antibiotika
6. Ekspektoran cukup OBH
• Dinyatakan berhasil bila
1. Paru mengembang penuh
2. Darah tidak keluar lagi dari WSD
3. Tidak ada pus dari selang WSD
• Mengangkat WSD
1. Sediakan alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril
2. Kain ksa steril
3. Zalf steril
4. Teknik :
- Angkat jahitan
- Pada waktu pasien ekspirasi dalam dan menahannya, WSD diangkat dengan
menutup kain kasa steril yang mengandung zalf steril
• Dikatakan baik apabila
1. KU memungkinkan
2. Kontrol hari 1-2 pasca pengangkatan WSD paru tetap mengembang penuh
3. Tanda – tanda infeksi/ empyema tidak ada
Komplikasi pemasangan WSD
• Perdarahan intercostal
• Emfisema
• Kerusakan pada saraf interkosta
• Pneumothoraks recurrent
• Nyeri daerah pemasangan WSD saat bius lokal habis
• Infeksi
Komplikasi Efusi Pleura
• Infeksi
• Fibrosis Paru
Diagnosis Banding
1. Tumor paru
- Sinus tidak terisi
- Permukaan tidak concaf tetapi sesuai bentuk tumor
- Bila tumor besar dapat mendorong jantung
2. Pneumonia
- Batas atas rata / tegas sesuai dgn bentuk lobus
- Sinus terisi paling akhir
- Tidak tampak tanda pendorongan organ
- Air bronchogram ( + )
3. Pneumothorak
4. fibrosis paru
Prognosis
• Tergantung penyakit yang mendasari, pada kasus tertentu, dapat
sembuh sendiri setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit
dasarnya
DAFTAR PUSTAKA
• Lorraine W. Penyakit Paru Restriktif. Dalam : Price, Sylvia A, Lorraine
W, et al. Editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Ed.
6. Jilid.2. Kedokteran EGC ; Jakarta: 2005.
• Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.
Jakarta : Binarupa Aksara Publishing.