Perhitungan Aktuaria Imbalan Pascakerja
Perhitungan Aktuaria Imbalan Pascakerja
2
Contoh
• Perusahaan menjanjikan pembayaran pesangon kepada karyawannya pada
saat berhenti bekerja di usia pensiun normal sebesar 200.000.000.
• Karyawan memiliki masa kerja sampai pensiun selama 20 tahun.
• Berdasarkan metode Projected Unit Credit (asumsi diabaikan), unit
menurut periode jasa = 200.000.000/20 = 10.000.000.
• Sehingga pengakuan di laba rugi dan neraca sebagai berikut:
Tahun Beban tahun berjalan Kewajiban akhir tahun
1 10,000,000 10,000,000
2 10,000,000 20,000,000
3 10,000,000 30,000,000
dst
20 10,000,000 200,000,000
3
Imbalan Kerja yang Memerlukan Perhitungan Aktuaria
• Program winduan
• Tunjangan cuti besar
• Tunjangan kecelakaan dinas
• Tunjangan kematian
• Program pesangon
• Pensiun
• Jaminan kesehatan
Projected Unit Credit
• Pengakuan dan Pengukuran diperlukan :
– Nilai Kewajiban Imbalan Pasti
– Biaya Jasa Kini
• Metode yang digunakan : Projected Unit Credit
– Metode ini sering disebut sebagai metode imbalan yang diakru yang
diperhitungkan secara prorata sesuai periode jasa
– Sebagai metode imbalan dibagi tahun jasa
– Menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan
imbalan dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk menghasilkan
kewajiban final.
• Metode ini akan mengalokasikan imbalan ke:
– Periode berjalan untuk menentukan Biaya Jasa Kini
– Periode berjalan dan periode-periode lalu untuk menentukan Nilai Kini
Kewajiban.
5
Metode dan Asumsi Aktuaria
• Untuk melakukan perhitungan aktuaria digunakan asumsi-asumsi aktuarial.
• Asumsi Aktuarial tidak boleh bias dan cocok satu dengan yang lain (mutually
compatible).
• Asumsi Aktuarial terdiri dari:
– Asumsi Demografis mengenai karakteristik masa depan dari pekerja dan
mantan pekerja (dan tanggungan mereka) yang berhak atas imbalan
• Mortalitas selama dan sesudah masa kerja
• Tingkat perputasan pekerja, cacat dan pensiun dini
• Proporsi dari peserta program dengan tanggungannya
• Tingat klait program kesehatan
– Asumsi keuangan, berhubungan dengan:
• Tingkat diskonto
• Tiingkat gaji dan imbalan masa datang
• Jaminan kesehatan, biaya kesehatan di masa datang dan biaya administrasi
• Tingkat hasil yang diharapkan atas aktiva program
6
Perhitungan Aktuaria
7
Perhitungan Aktuaria
Future Benefit
8
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 20 tahun
• Usia pensiun : 55 tahun
• Usia valuasi : 30 tahun
• Gaji Valuasi : 2.000.000
• Asumsi : tingkat diskonto 10%, tingkat kenaikan gaji 6%
• Asumsi aktuaria: tingkat mortalita, pengunduran diri dan catata diabaikan
untuk mepermudah pemahaman.
• Future Benefit : 2 x 35 x 2.000.000 x (1+6%) ^ 25 = 600.861.900
• PVFB : 600.861.900 / (1 + 10% )^25 = 55.457.148
• PBO : 55.457.148 x 10 / 35 = 15.844.899
• CSC : 55.457.148 x 1 / 35 = 1.584.489
9
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 20 tahun
• Usia pensiun : 60 tahun
• Usia valuasi : 35 tahun
• Gaji Valuasi : 5.000.000
• Asumsi : tingkat diskonto 10%, tingkat kenaikan gaji 5%
• Asumsi aktuaria: tingkat mortalita, pengunduran diri dan catata diabaikan
untuk mepermudah pemahaman.
Gaji 5,000,000 5% 10%
Manfaat 60 35 20 2
FV 1,354,541,976.36
PVFB 125,018,803.78
PBO 46,882,051.42
CSC 3,125,470.09
10
Perhitungan Aktuaria
• Manfaat : 2,5 x masa kerja x gaji pada saat pensiun
• Usia masuk : 31 tahun
• Usia pensiun : 56 tahun
• Usia valuasi : 35 tahun
• Gaji Valuasi : 2.698.500
• Asumsi : tingkat diskonto 12%, tingkat kenaikan gaji 10%
• Probabilita : 0,81476
11
Imbalan Kerja sesuai UU 13 / 2003
12
Imbalan Kerja sesuai UU 13 / 2003
Tabel uang pesangon, jasa, uang penggantianhak (usia pensiun, PHK dan meninggal
dunia) = 2 PS + 1 PMK + UPH
13
Imbalan Kerja sesuai UU 13 / 2003
Tabel uang pesangon, jasa, uang penggantianhak (sakit berkepanjanga, cacat
total/tetap) = 2 PS + 2 PMK + UPH
14
Imbalan Kerja sesuai UU 13 / 2003
• Jika manfaat pensiun yang diberikan oleh pemberi kerja < manfaat
pensiun yang dihitung menurut UU 13 maka selisihnya merupakan
kewajiban pemberi kerja
(1, x 20) x 80% > 32.2 G
24 G > 32.2 G
Kewajiban = 32.2 G – 24 G
15
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 88
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi menghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
• Pasal 91
1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib
membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
16
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 156 (1 & 2)
• Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.
• Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai
berikut :
– masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
– masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
– masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
– masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;
– masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
– masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;
– masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
– masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
– masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
17
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 156 (3)
• Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan sebagai be-rikut :
– masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
– masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
– masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan
upah;
– masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan
upah;
– masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam)
bulan upah;
– masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7
(tujuh) bulan upah;
– masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8
(delapan) bulan upah;
– masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah.
18
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 156 (4)
• Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi :
– cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
– biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
– penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat;
– hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
• Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan uang penghargaan masa
kerja, dan uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3),
dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
19
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 157
• Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
• penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang tertunda,
terdiri atas :
– upah pokok;
– segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan keluarganya,
termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang apabila catu
harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembelian dengan
harga yang harus dibayar oleh pekerja/buruh.
• Penghasilan pekerja/buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka penghasilan
sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari.
• Upah pekerja/buruh dibayarkan atas dasar satuan hasil, potongan/borongan atau komisi,
maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua
belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum
provinsi atau kabupaten/kota.
• Pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan,
maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua belas) bulan
20
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 165
• Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/
buruh karena perusahaan pailit, dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas
uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
• Pasal 166
• Dalam hal hubungan kerja berakhir karena pekerja/buruh meninggal dunia,
kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya
sama dengan perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (2), 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
21
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 167
• (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena memasuki usia
pensiun dan apabila pengusaha telah mengikutkan pekerja/buruh pada program pensiun yang iurannya
dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3), tetapi tetap
berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
• (2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang diterima sekaligus dalam program pensiun se-
bagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2 (dua) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh pengusaha. (3) Dalam
hal pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program pensiun yang iurannya/premi-nya
dibayar oleh pengusaha dan pekerja/buruh, maka yang diperhitungkan dengan uang pesangon yaitu uang
pensiun yang premi/iurannya dibayar oleh pengusaha.
• (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat diatur lain dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
• (5) Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja
karena usia pensiun pada program pensiun maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/buruh uang
pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
• (6) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) ti-dak
menghilangkan hak pekerja/buruh atas jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
22
Akuntan
Profesi untuk
Mengabdi pada
TERIMA KASIH Negeri
Dwi Martani
081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
23
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
24
UU Ketenagakerjaan 13 tahun 2003
• Pasal 88
1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi menghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
• Pasal 91
1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antara
pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh tidak
boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib
membayar upah pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
25