Anda di halaman 1dari 32

INTOKSIKASI ASAM

JENGKOLAT

Oleh:
Irdaningsih

Preseptor :
dr. Irwandi, Sp.A
 
JENGKOL
 Pithecellobium lobatum
 famili Fabaceae (suku biji-bijian).

 tumbuhan khas di wilayah Asia


Tenggara
 Terdapat di Indonesia , Malaysia,
Thailand, Filipina
 Baunya specific

 Keracunan jengkol terjadi sesudah


makan buah jengkol , dimasak atau
mentah
Biji jengkol mengandung nutrisi yang diperlukan oleh
tubuh antara lain karbohidrat, vitamin A, vitamin B,
fosfor, kalsium, dan zat besi. Kadar protein dalam biji
jengkol mencapai 23.3 gram per-100 gram yang
melebihi kadar protein tempe dengan kadar 18.3 gram
protein per-100 gram. Selain nutrisi tersebut, jengkol
juga mengandung senyawa yang berpotensi
menimbulkan keracunan yaitu asam jengkolat.
KANDUNGAN ZAT DALAM BIJI
JENGKOL
KANDUNGAN SENYAWA :
 saponin, flavonoid dan tanin  berkhasiat untuk menurunkan kadar
glukosa darah.
 Juga mengandung : formaldehyde + cysteine.

 Penyebab keracunan asam jengkol (jengkolic acid dan sulfur)

 Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylenebicysteine)


merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein yang
mengandung unsur sulfur.
 STRUKTUR KIMIA :

 Adanya unsur sulfur menyebabkan asam jengkolat dapat


menghasilkan bau yang kurang sedap.
PATOGENESA
Patogenesis terjadinya jengkolisme diduga berkaitan
dengan interaksi host dan agent. Beberapa studi
memberikan pendapat bahwa kerusakan ginjal yang
terjadi akibat adanya reaksi hipersentivitas, efek toksis
langsung asam jengkolat terhadap parenkim ginjal,
endapan metabolik jengkol, spasme ureter, atau adanya
obstuksi saluran kemih oleh kristal jengkolat
(urolitiasis jengkolat). Hipersensitivitas terhadap salah
satu komponen dalam jengkol diduga berperan penting
dalam etiologi jengkolisme sehingga senyawa tersebut
bisa bersifat nefrotoksik bagi host.
Studi eksperimental pada tikus dan mencit
yang pernah dilakukan, tidak memberikan
kesimpulan yang berarti selain adanya nekrosis
tubular akut (NTA). Nekrosis tubular akut terjadi
akibat obstruksi kristal jengkolat pada tubulus
renal. Namun, hal ini masih menjadi perdebatan
karena tidak adanya bukti histologis renal pada
penderita GGA akibat jengkolat.
GEJALA DAN TANDA
JENGKOLISME
Jengkolisme memiliki 2 gambaran klinis
Gejala ringan berupa :
 Nyeri

 Hematuria akibat obstruksi ureter oleh kristal jengkolat


(ureterolitiasis)
Gejala yang berat berupa:
 Hipertensi

 Oligouria

 Azotemia walaupun jarang

Jengkolisme dan anuria mampu menyebabkan kematian


walaupun kasusnya jarang.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis berupa:
 Adanya riwayat makan jengkol

 Keluhan sakit perut

 Disuria

 Udara pernafasan dan urin berbau jengkol yang khas

 flank pain

 Mual

 Muntal

 Anuria serta ditemukan kristal asam jengkol dalam urin merupakan


kriteria diagnostik yang cukup spesifik.
 Hematuria yang nyata terjadi karena adanya obstruksi di ureter
maupun uretra. Kristal melukai jaringan ginjal sehingga
menyebabkan perdarahan. Endapan metabolik juga mampu
menyebabkan obstruksi uretra sehingga menyulitkan pemasangan
kateter.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk menemukan kristal asam jengkol diperlukan urin segar
karena kristal tersebut mudah larut bila urin menjadi alkalis. Kristal
urin hanya terjadi pada titik iso elektrik yaitu pada PH 5,5. Oleh
sebab itu kristal tersebut tidak selalu ditemukan pada pemeriksaan
urin. Kristal asam jengkol berbentuk jarum runcing dan kadang-
kadang bergumpal menjadi ikatan-ikatan atau “rozet”.
Hematuria ditemukan pada 72% kasus. Anemia kadang-kadang
dapat terjadi, mungkin berhubungan dengan beratnya hematuria.
Uremia yang ringan(40-60 mg%)juga sering ditemukan. Pada kasus
yang berat dengan manifestasi klinis gagal ginjal akut kadar ureum
darah dapat mencapai diatas 300 mg%. Asidosis metabolik
ditemukan sesuai dengan beratnya gagal ginjal yang menyertai.
Pada pemeriksaan USG atau pielografi intravena (PIV) dapat
ditemukan pelebaran yreter atau tanda-tanda hidronefrosis akibat
obstruksi akut.
TATALAKSANA
Penanganan medik
Penanganan penderita disesuaikan dengan beratnya
gejala yang ditemukan. Usaha pengobatan ditujukan
untuk melarutkan kristal asam jengkol yang menyumbat
salurran kemih. Cara sederhana yang dapat dilakukan
ialah menaikkan volume urin dan membuatnya menjadi
lebih alkalis. Pada kasus ringan cukup diberikan
minuman yang banyak dengan penambahan air soda atau
tablet sodium bikarbonat kira-kira 1 mEq/kgBB/ hari
atau sebanyak 1-2 gram/hari.
Pada kasus berat yang ditandai dengan oliguria/ anuria
atau komplikasi lain, penderita harus dirawat dan
ditangani sebagai kasus gagal ginjal akut. Bila terjadi
retensi urin segera dilakukan kateterisasi urin, kemudian
buli-buli dibilas dengan larutan sodium bikarbonat 1,5
%. Tindakan ini perlu segera dilakukan sebelum atau
bersamaan dengan pemberian infus cairan. Pada
penderita oliguria diberikan campuran larutan glukosa
5% dengan garam fisiologis (NaCL 0,9%) dengan
perbandingan 3:1.
Tetapi pada kasus anuria sebaiknnya diberikan larutan glukosa
5-10% dengan jumlah cairan seperti pada penatalaksanaan
gagal ginjal akut. Sodium bikarbonat diberikan 2-5 mEq/kgBB.
Tetapi sebaiknya disesuaikan dengan hasil analisa gas darah.
Diuretik dapat diberikan misalnya denga furosemid 1-2
mg/kgBB/ hari. Dengan penanganan seperti diatas, sebagian
besar kasus dapat ditangani dengan baik. Bila cara tersebut
belum berhasil atau terdapat tanda-tanda perburukan klinis
maka tindakan dialisis perlu segera dilakukan. Biasanya dipilih
dialisis peritoneal karena lebih mudah dan praktis pada anak
PENCEGAHAN
Mencegah terjadinya keracunan dengan melarang
penggemarnya memakan buah jengkol sangat sulit
bahkan mustahil dapat berhasil. Tidak mudah mengubah
kebiasaan makan seseorang. Anjuran untuk
mengolah(memasak, dibuat kripik, digoreng dan
sebagainya) mungkin tidak banyak manfaatnya. Cara
memasak atau mengolah jengkol bukan merupakan
faktor yang menentukan dalam hal terjadinya keracunan
jengkol. Sebaiknya dianjurkan kepada penggemar
jengkol agar minum banyak atau minum air soda/tablet
sodium bikarbonat sehabis makan jengkol.
PROGNOSA
Prognosis pada umumnya baik, penderita hanya
memerluka n perawatan beberapa hari. Motalitas
dilaporkan sebesar 6%. Alatas dkk. melaporkan
hanya seorang penderita meninggal diantara 14
penderita gagal ginjal akut akibat keracunan
jengkol, sedangkan sekarwana dan singadipoera
melaporkan bahwa keenam penderita keracunan
jengkol dengan komplikasi gagal ginjal akut yang
ditanganinya semuanya dapat sembuh.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
 Nama Lengkap : An. F
 Umur : 15 tahun 9 bulan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : muara panas
 Status dalam keluarga : Anak kandung

 Masuk RS tanggal : 8 Februari 2021


Keluhan Utama : buang air kecil berdarah sejak 2 jam
sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Pasien masuk ke IGR RSUD M. Natsir dengan keluhan
buang air kecil bedarah sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit keluhan ini muncul setelah pasien
memakan kerupuk jengkol. Pada saat BAK pasien
mengeluarkan darah terlebih dahulu dan kemudian
disusul dengan keluarnya air kencing. Pada saat BAK
pasien juga merasakan tersendat. Nyeri di bawah pusat
juga dirasakan pada saat BAK. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pinggang sebelah kanan.
 Demam tidak ada
 Batuk, pilek, dan sesak disangkal.
 Nafsu makan dan minum tidak dikeluhkan
 mual (+) tapi tidak sampai muntah.
 Perdarahan tidak ada
 BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada dalam keluarga yang pernah mengalami
keluhan yang serupa dengan pasien. Riwayat ayan
dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan
 Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

Riwayat Penyakit Sosial


 Pasien berasal dari keluarga menengah .
Pemeriksaan Fisik
 Kesan umum : Sedang
 Kesadaran :Composmentiscooperatif
 TD: 138/77 mmHg

 Nadi : 96 kali/menit
 Pernapasan : 20 kali/menit
 Suhu : 36,7oC
 CRT : < 2 detik
Status Gizi
 BB : 55 kg

 TB: 153 cm

 BB/U = 55 /63x100%=87,3% (gizi baik)

 TB/U =163 /172x100%=94,7%(perawakan normal)

 BB/TB =55 /51x100%=107,8% (gizi baik)


Status General :
Kepala dan Leher :
• Bentuk : Normochepali

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-),

pupil isokor, refleks pupil (+/+), edema palpebra (-/-)


• THT

Telinga:struktur dan ukuran telinga normal, otorhea (-)


Hidung : napas cuping hidung (-), rinorhea (-)
Tenggorok:faring tidak tampak hiperemis, tonsil T1/T1
• Mulut : bibir sianosis (-), lidah dan mukosa mulut

normal, struktur gigi atas dan bawah normal, palatum


normal
• Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris

 Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, fremitus vokal


sama antara kiri dan kanan
 Perkusi :Pulmo : sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi:

Pulmo:vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)


Cor: reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
• Inspeksi : distensi (-)

• Auskultasi : BU (+) N

• Perkusi: timpani

• Palpasi: Supel, nyeri tekan (+), nyeri ketok CVA dextra(+)


Tungkai Atas Tungkai Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Pucat - - - -
Kelainan bentuk - - - -
Pembengkakan - - - -
Sendi
Pembesaran
KGB - - - -
Aksiler - - - -
Axilla - - - -
Inguinal
Kulit : Ikterus (-), pustula (-),
peteki (-)
Vertebrae : tidak tampak
kelainan

 Hb:14,9g/dl URINALISA
 Leukosit  Urobilinogen : 2+
:18.600/mm
 Hematokrit :43,1%  Keton :2+
 Trombosit :186.000  Protein :3+
 Eritrosit :5,26 106/mm3
 Nitrit :positif
 Neutrofil:88%
 Glukosa :1+
 Limfosit : 8%

 Monosit : 4 %

 GDS : 162 g/dl


DIAGNOSIS KERJA
Intoksikasi jengkol

PEMERIKSAAN ANJURAN
 USG Ginjal
TERAPI
Non- medikamentosa
 Bedrest

Medikamentosa
 IVFD D5% 12 cc/jam

 Bicnat 3x1

 Cotrimoxazol 2x1

 Inj. Ondansentron 3x1


Tanggal Keadaan klinis terapi / tindakan

09-02-2021 S/ Demam (-) , nafsu makan - IVFD D5% 12 cc/jam


- Bicnat 4x500 mg PO
menurun, batuk (-), pilek (-),
- Dulcolac tab 2x1 mg PO
kejang (-), sesak (-), mual (-), - Cotrimoxazol 2x2 mg PO
- Sulfactan syr 3x1
muntah (+)sering, BAB & BAK
- Inj. Ondansentron 3x1
normal
- Inj. Ketorolac 3x1
O/ KU: sakit sedang, kes : - Inj. Ranitidin 2x1
MB 2000 kkal
CMC, TD: 120/70mmHg
Balance cairan:
T: 37,4 N : 98 x/menit, RR :20
°
Input :4653
x/menit Urine: 1150
IWL : 2750
A/ intoksikasi jengkol
Output: 3900
Balance : +753
Diuresis : 0,8 cc/jam
10-02-2021 - IVFD D5% 12 cc/jam
S/ Demam (-) , batuk (-), pilek (-),
- Inj. Ondansentron 3x1
kejang (-), mual (-), muntah (-),
- Inj. Ketorolac 3x1
BAB & BAK normal - Inj. Ranitidin 2x1
USG GINJAL
O/ KU: sakit sedang, kes : CMC,
Balance cairan :
TD: 110/80mmHg
Input :3538
T: 36,8 N : 88 x/menit, RR :20
°
Urine: 1545
x/menit IWL : 2750
Output: 4295
– A/ intoksikasi jengkol
Balance : -757
Diuresis : 1,1cc/jam
Urinalisa
Protein: +2
11-02-2021 - IVFD D5% asnet 4 tpm (stop)
S/ Demam (-) , batuk (-), pilek (-),
- Inj. Ondansentron 3x1(stop)
kejang (-), mual (-), muntah (+)5x,
- Inj. Ketorolac 3x1 (stop)
BAB & BAK normal - Inj. Ranitidin 2x1 (stop)

O/ kes : CMC, TD: 90/70mmHg Balance cairan


Input :1650
T: 36,8° N : 88 x/menit, RR :20
Urine: 1100
x/menit
IWL : 2750
– A/ intoksikasi jengkol Output: 3850
Balance : -2200
Diuresis : 0,8 cc/jam

USG ginjal

Kesan : tidak tampak kelabuan pada USG

organ intra abdomen yang tervisualisasi

Cek darah ulang

Kesan : normal

Ganti dulcolax tab dengan sirup


12-02- Os boleh pulang
S/ tidak ada keluhan
2021 O/ kes : CMC, TD:

90/70mmHg

T: 36,8° N : 88 x/menit, RR :

20 x/menit

– A/ intoksikasi

jengkol
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas, pasien laki-laki berusia 15 tahun
didiagnosis dengan intoksikasi jengkol. Didapatkan dari
anamnesa dengan keluhan buang air kecil merah seperti
darah sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit keluhan
ini muncul setelah pasien memakan kerupuk jengkol
sama dengan gejala dari teori bahwa salah satu gejala
yang dialami pada intoksikasi jengkol ialah sakit waktu
kencing, urin sedikit atau tidak ada, urin merah atau
keluar cairan putih waktu kencing dan hematuria.
Pada pasien ini pemeriksaan fisik di temukannya nyeri
tekan pada abdomen dan pemeriksaan laboratorium urinalisa
yaitu : Urobilinogen:2+, Keton: 2+, Protein:3+, Nitrit : positif,
Glukosa: 1+. Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan rawat
inap, pasien di pasangkan IVFD D5% 12cc/jam : untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan glukosa yang menurun akibat
asam jengkolat dan diberikan obat bicnat 3x1 mg untuk
menetralkan asam pada urin dan lambung, cotrimoxazol 2x1
mg untuk antibiotik, inj. Ondansentron 3x1 mg untuk
mengatasi mual pada pasiennya. Terapi ini sudah sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa bila gejala penyakit berat
(oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita
perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan
glukosa 5%, antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi
sekunder dan peningkatan aliran urin dengan hidrasi dan
diuretik untuk membuang asam jengkolat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai