Anda di halaman 1dari 35

Presentan : dr.

Doan Atrya

Pembimbing : dr. Sidrati Amir


Pembimbing : dr. Afdilla Hamni
BORANG PORTOFOLIO
Identitas Pasien
 Nama : Tn.S
 No. MR : 155002
 Umur : 56 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Durian
Keluhan utama :
 nyeri pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah
sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
 nyeri pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah
sakit, nyeri timbul mendadak, hilang timbul, tidak
berkurang dengan pergerakan.
 Mual (+), muntah (+) 3x sebelum masuk rumah sakit,
jumlah kira-kira ¼ gelas, berisi apa yang dimakan dan
diminum
Riwayat Penyakit sekarang
 BAK ada, tidak lancar, warna kemerahan, tidak terasa
panas dan tidak nyeri.
 riwayat konsumsi jengkol (+) 6 jam sebelum masuk
rumah sakit
 Riwayat IMS disangkal
 Riwayat penurunan berat badan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejang
seperti ini.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Nafas : 21 x/menit
 Suhu : 36 oC
Status Internus:
 Kulit : tak ada kelainan
 Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor ϕ 2 mm = 2 mm,
 refleks cahaya +/+ normal
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Thoraks
Paru :
 Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : fremitus kiri = kanan
 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : iktus tidak terlihat
 Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
 Perkusi : batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC V,
 batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II
 Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, HR 94
x/menit, gallop (-)
Abdomen :
 Inspeksi : tidak tampak membuncit
 Palpasi : nyeri tekan pada regio epigastrium, nyeri
ketok CVA (+/+)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+) normal;

Ekstremitas: akral hangat, refilling kapiler < 2 detik


Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin :
 Hb : 13,9 g/dl
 Ht : 44 %
 Leukosit : 8.900
 Trombosit : 229.000
Urinalisa  Sedimen :
 Warna : Merah  Eritrosit : ++++
 PH : 6  Leukosit : +
 BJ : 1.015  Silinder : -
 Albumin : +++  Kristal : -
 Reduksi : -  Epitel : -
 Bilirubin : -  Benda keton : -
 Urobilin : N
Follow Up :
16 Januari 2016
S/ -Nyeri (+)
 - Mual (-)
 - BAK berdarah (+)
O/ Regio Abdomen
I: distensi (-)
Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+
A/ Intoksikasi Jengkol
P/
 Inj. Ranitidin 2x1
 Bicnat 3xII
 Urispas 1x1
 Ketoprofen 2x50mg
17 Januari 2016
S/-Nyeri (+)
 - Mual (-)
 - BAK berdarah (+)
O/ Regio Abdomen
 I: distensi (-)
 Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+
A/ Intoksikasi Jengkol
P/
 Inj. Ranitidin 2x1
 Bicnat 3xII
 Urispas 1x1
 Ketoprofen 2x50mg
18 Januari 2016
S/-Nyeri (+)
 - Mual (-)
 - BAK berdarah (+)
O/ Regio Abdomen
 I: distensi (-)
 Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+
A/ Intoksikasi Jengkol
P/
 Inj. Ranitidin 2x1
 Bicnat 3xII
 Urispas 1x1
 Ketoprofen 2x50mg
19 Januari 2016
S/ -Nyeri (+)
 - Mual (-)
 - BAK berdarah (-)
O/ Regio Abdomen
 I: distensi (-)
 Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/-
USG : -kesan Nefritis Akut pada ginjal kanan
-Tidak ditemukan batu saluran kemih
A/ Intoksikasi Jengkol
P/
 Inj. Ranitidin 2x1
 Bicnat 3xII
 Urispas 1x1
 Ketoprofen 2x50mg
20 Januari 2016
S/ -Nyeri (+)
 - Mual (-)
 - BAK berdarah (-)
O/ Regio Abdomen
 I: distensi (-)
 Pa : NT (-), Nyeri ketok CVA +/--
A/ Intoksikasi Jengkol
P/
 Inj. Ranitidin 2x1
 Bicnat 3xII
 Urispas 1x1
 Ketoprofen 2x50mg
 BPL
Assessment
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 56
tahun dengan diagnosis kerja Kolik Renal ec
Intoksikasi Jengkol.
Dasar diagnosis pada pasien adalah dari
anamnesis didapatkan pasien mengalami nyeri
pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit,
nyeri timbul mendadak, hilang timbul, tidak
berkurang dengan pergerakan; mual (+) dan muntah
(+) 3x sebelum masuk rumah sakit, jumlah kira-kira ¼
gelas, berisi apa yang dimakan dan diminum; BAK ada,
tidak lancar, warna kemerahan, tidak terasa panas dan
tidak nyeri; serta riwayat mengkonsumsi jengkol 6 jam
sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok CVA
+/+ dan nyeri tekan di epigastrium. Dari pemeriksaan
urinalisa didapatkan warna merah, PH 6, Albumin
+++, dan pada sedimen urin didapatkan eritrosit ++++,
namun tidak ditemukan adanya Kristal jengkol.
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-
methylenebicysteine) merupakan senyawa sejenis asam
amino non-protein.
Senyawa ini bersifat amfoter, dapat larut dalam
suasana asam amupun basa. Pada pH isoelektrik 5,5,
terjadi pengendapan kristal asam jengkol
Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh
usus halus.

Efisiensi penyerapan yang tinggi dari usus, dan ginjal


terkesan sebagai alat ekskresi utama bagi asam jengkolat

Bahan ini tidak mengalami metabolisme berarti dalam


hati.
Namun demikian tidak semua orang yang
mengkonsumsi jengkol akan mengalami keracunan

Faktor utama penyebab kejadian keracunan akibat


jengkol tergantung pada daya tahan tubuh seseorang,

Kondisi lambungnya, jumlah jengkol yang dikonsumsi, atau cara


memasaknya. Seseorang yang mengkonsumsi jengkol dalam
kondisi lambung yang asam akan lebih berisiko mengalami
keracunan. Sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam paska
mengkonsumsi jengkol.
Pada pasien ini adanya nyeri pinggang muncul dapat
disebabkan oleh adanya gangguan pada traktus
urinarius seperti sumbatan ataupun kerusakan pada
ginjal. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya nyeri
ketok pada CVA

 Pemebentukan kristal yang menyumbat ureter, kolik


akan mengawali segala keluhan.
 Bahan nefrotoksik menimbulkan masalah awal
melalui kerusakan jaringan, maka rasa pegal akan
mengawali keluhan.
Karbon disulfida yang terkandung dalam asam
jengkolat merupakan zat yang bersifat nefrotoksik
sehingga berbahaya bagi ginjal. Karbon disulfida
menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus
ginjal
Kerusakan sel di daerah tubulus kortikal, dapat
mengakibatkan dikeluarkannya kinin-kinin seperti
bradikinin, dan bersamaan dengan dikeluarkannya
prostaglandin ke daerah kerusakan, akan timbul rasa
nyeri hebat.

Hal ini dapat menjawab mengapa muncul nyeri kolik


dan nyeri pinggang dalam waktu singkat, sejalan
dengan munculnya hematuria
Asam jengkolat atau metabolitnya memgakibatkan
kelumpuhan kerja berbagai enzim seperti Na-K-
ATPase

menumpuknya ion H, ion Na, dan air dalam cairan


intrasel. Terjadinya pembengkakan sel dan organel,
selanjutnya akan mengakibatkan kematian sel
Kerusakan organel juga akan mengakibatkan rusaknya
peroksisom, yang kaya dengan ion H+. Keluarnya
asam ini akan menyebabkan sinyal untuk ginjal
mengeluarkan lebih banyak asam dan pH urin akan
menurun.

Pada pemeriksaan urin pasien, didapatkan PH 6


Akibat dinding tubulus juga rusak, darah dapat masuk
ke tubulus, keluar bersama urin, sehingga dapat
dilihat secara kasat mata (gross hematuria) seperti
yang dialami oleh pasien dengan hasil pemeriksaan
sedimen eritrosit ++++.

Selain itu, pembentukan kristal juga dapat


menyebabkan terjadinya perdarahan akibat perlukaan
dinding yang dilengkapi oleh otot polos. Tipe
perdarahan seperti ini, dapat terjadi dari ureter sampai
uretra.
Pada pasien tidak ditemukan adanya kistal dalam urin.

Berdasarkan hasil penelitian, kristal asam jengkolat


ternyata tidak ditemukan pada semua urin penderita
kracunan jengkol, bahkan penderita keracunan berat
dan gagal ginjal akut, lebih banyak ditemukan negatif,
padahal hematuria selalu ada.

Pembentukan kristal kemungkinan akibat orang tersebut banyak


berkeringat, sehingga seolah-olah ada kekurangan cairan badan
dengan akibat kadar asam jengkolat dalam badan relatif
bertambah, sehingga penghabluran menjadi lebih mudah.
Pengkristalan dimungkinkan terjadi bila bahan terlarut
menjadi sangat jenuh (supersaturated). Supersaturasi
terjadi bila larutan encer dipekatkan melalui penarikan
bahan pelarut (solvent).

Proses pengendapan bahan untuk menjadi kalkuli di urin,


bergantung pada kecepatan aliran, volume air, daya tarik
ionik, pH, bahan terlarut lainnya, dan telah terbentuknya
nukleus kristal. Kecepatan aliran merupakan faktor
terpenting dan menjadi faktor predisposisi untuk
pembentukan kalkuli, sedang pH merupakan faktor
fundamental
Pasien dengan jengkolisme sebagian besar
memerlukan tindakan suportif selama 3 hari.
Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik
selain kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum).

Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga


mengalami GGA memerlukan analgesik, hidrasi cepat,
dan alkalinisasi urin menggunakan sodium bikarbonat
sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan
kristal asam jengkolat.
Penatalaksanaan
Tatalaksana awal yang dilakukan di IGD
 IVFD RL 20 tts/menit
 Pronalges Supp
 Bicnat 3x II
 Hyosin 1 x 1
 Urispas 2x1
 Ketoprofen 2x50mg
Pendidikan :
 Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai
penyakit intoksikasi jengkol dan penatalaksanaannya.

Konsultasi :
 Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit
dalam untuk tindakan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai