0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
165 tayangan35 halaman
Telah dilaporkan kasus pria berusia 56 tahun dengan diagnosis keracunan jengkol yang ditandai dengan nyeri pinggang dan abdomen, hematuria, serta riwayat konsumsi jengkol. Keracunan disebabkan oleh asam jengkolat yang bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Penatalaksanaan meliputi analgesia, hidrasi, dan alkalinisasi urin.
Telah dilaporkan kasus pria berusia 56 tahun dengan diagnosis keracunan jengkol yang ditandai dengan nyeri pinggang dan abdomen, hematuria, serta riwayat konsumsi jengkol. Keracunan disebabkan oleh asam jengkolat yang bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Penatalaksanaan meliputi analgesia, hidrasi, dan alkalinisasi urin.
Telah dilaporkan kasus pria berusia 56 tahun dengan diagnosis keracunan jengkol yang ditandai dengan nyeri pinggang dan abdomen, hematuria, serta riwayat konsumsi jengkol. Keracunan disebabkan oleh asam jengkolat yang bersifat nefrotoksik dan dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Penatalaksanaan meliputi analgesia, hidrasi, dan alkalinisasi urin.
Pembimbing : dr. Afdilla Hamni BORANG PORTOFOLIO Identitas Pasien Nama : Tn.S No. MR : 155002 Umur : 56 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Durian Keluhan utama : nyeri pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri timbul mendadak, hilang timbul, tidak berkurang dengan pergerakan. Mual (+), muntah (+) 3x sebelum masuk rumah sakit, jumlah kira-kira ¼ gelas, berisi apa yang dimakan dan diminum Riwayat Penyakit sekarang BAK ada, tidak lancar, warna kemerahan, tidak terasa panas dan tidak nyeri. riwayat konsumsi jengkol (+) 6 jam sebelum masuk rumah sakit Riwayat IMS disangkal Riwayat penurunan berat badan disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kejang seperti ini. Pemeriksaan Fisik Status Generalis : Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis kooperatif Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit Nafas : 21 x/menit Suhu : 36 oC Status Internus: Kulit : tak ada kelainan Rambut : hitam, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor ϕ 2 mm = 2 mm, refleks cahaya +/+ normal Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah Thoraks Paru : Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis Palpasi : fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor di kedua lapangan paru Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V Perkusi : batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC V, batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, HR 94 x/menit, gallop (-) Abdomen : Inspeksi : tidak tampak membuncit Palpasi : nyeri tekan pada regio epigastrium, nyeri ketok CVA (+/+) Perkusi : timpani Auskultasi : bising usus (+) normal;
Pemeriksaan Penunjang Darah rutin : Hb : 13,9 g/dl Ht : 44 % Leukosit : 8.900 Trombosit : 229.000 Urinalisa Sedimen : Warna : Merah Eritrosit : ++++ PH : 6 Leukosit : + BJ : 1.015 Silinder : - Albumin : +++ Kristal : - Reduksi : - Epitel : - Bilirubin : - Benda keton : - Urobilin : N Follow Up : 16 Januari 2016 S/ -Nyeri (+) - Mual (-) - BAK berdarah (+) O/ Regio Abdomen I: distensi (-) Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+ A/ Intoksikasi Jengkol P/ Inj. Ranitidin 2x1 Bicnat 3xII Urispas 1x1 Ketoprofen 2x50mg 17 Januari 2016 S/-Nyeri (+) - Mual (-) - BAK berdarah (+) O/ Regio Abdomen I: distensi (-) Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+ A/ Intoksikasi Jengkol P/ Inj. Ranitidin 2x1 Bicnat 3xII Urispas 1x1 Ketoprofen 2x50mg 18 Januari 2016 S/-Nyeri (+) - Mual (-) - BAK berdarah (+) O/ Regio Abdomen I: distensi (-) Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/+ A/ Intoksikasi Jengkol P/ Inj. Ranitidin 2x1 Bicnat 3xII Urispas 1x1 Ketoprofen 2x50mg 19 Januari 2016 S/ -Nyeri (+) - Mual (-) - BAK berdarah (-) O/ Regio Abdomen I: distensi (-) Pa : NT (+) Epigastrium, Nyeri ketok CVA +/- USG : -kesan Nefritis Akut pada ginjal kanan -Tidak ditemukan batu saluran kemih A/ Intoksikasi Jengkol P/ Inj. Ranitidin 2x1 Bicnat 3xII Urispas 1x1 Ketoprofen 2x50mg 20 Januari 2016 S/ -Nyeri (+) - Mual (-) - BAK berdarah (-) O/ Regio Abdomen I: distensi (-) Pa : NT (-), Nyeri ketok CVA +/-- A/ Intoksikasi Jengkol P/ Inj. Ranitidin 2x1 Bicnat 3xII Urispas 1x1 Ketoprofen 2x50mg BPL Assessment Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berusia 56 tahun dengan diagnosis kerja Kolik Renal ec Intoksikasi Jengkol. Dasar diagnosis pada pasien adalah dari anamnesis didapatkan pasien mengalami nyeri pinggang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri timbul mendadak, hilang timbul, tidak berkurang dengan pergerakan; mual (+) dan muntah (+) 3x sebelum masuk rumah sakit, jumlah kira-kira ¼ gelas, berisi apa yang dimakan dan diminum; BAK ada, tidak lancar, warna kemerahan, tidak terasa panas dan tidak nyeri; serta riwayat mengkonsumsi jengkol 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok CVA +/+ dan nyeri tekan di epigastrium. Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan warna merah, PH 6, Albumin +++, dan pada sedimen urin didapatkan eritrosit ++++, namun tidak ditemukan adanya Kristal jengkol. Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’- methylenebicysteine) merupakan senyawa sejenis asam amino non-protein. Senyawa ini bersifat amfoter, dapat larut dalam suasana asam amupun basa. Pada pH isoelektrik 5,5, terjadi pengendapan kristal asam jengkol Asam jengkolat relatif mudah dan cepat diabsorpsi oleh usus halus.
Efisiensi penyerapan yang tinggi dari usus, dan ginjal
terkesan sebagai alat ekskresi utama bagi asam jengkolat
Bahan ini tidak mengalami metabolisme berarti dalam
hati. Namun demikian tidak semua orang yang mengkonsumsi jengkol akan mengalami keracunan
Faktor utama penyebab kejadian keracunan akibat
jengkol tergantung pada daya tahan tubuh seseorang,
Kondisi lambungnya, jumlah jengkol yang dikonsumsi, atau cara
memasaknya. Seseorang yang mengkonsumsi jengkol dalam kondisi lambung yang asam akan lebih berisiko mengalami keracunan. Sindrom jengkolisme muncul 2-12 jam paska mengkonsumsi jengkol. Pada pasien ini adanya nyeri pinggang muncul dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada traktus urinarius seperti sumbatan ataupun kerusakan pada ginjal. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya nyeri ketok pada CVA
Pemebentukan kristal yang menyumbat ureter, kolik
akan mengawali segala keluhan. Bahan nefrotoksik menimbulkan masalah awal melalui kerusakan jaringan, maka rasa pegal akan mengawali keluhan. Karbon disulfida yang terkandung dalam asam jengkolat merupakan zat yang bersifat nefrotoksik sehingga berbahaya bagi ginjal. Karbon disulfida menyebabkan nekrosis pada tubulus dan glomerulus ginjal Kerusakan sel di daerah tubulus kortikal, dapat mengakibatkan dikeluarkannya kinin-kinin seperti bradikinin, dan bersamaan dengan dikeluarkannya prostaglandin ke daerah kerusakan, akan timbul rasa nyeri hebat.
Hal ini dapat menjawab mengapa muncul nyeri kolik
dan nyeri pinggang dalam waktu singkat, sejalan dengan munculnya hematuria Asam jengkolat atau metabolitnya memgakibatkan kelumpuhan kerja berbagai enzim seperti Na-K- ATPase
menumpuknya ion H, ion Na, dan air dalam cairan
intrasel. Terjadinya pembengkakan sel dan organel, selanjutnya akan mengakibatkan kematian sel Kerusakan organel juga akan mengakibatkan rusaknya peroksisom, yang kaya dengan ion H+. Keluarnya asam ini akan menyebabkan sinyal untuk ginjal mengeluarkan lebih banyak asam dan pH urin akan menurun.
Pada pemeriksaan urin pasien, didapatkan PH 6
Akibat dinding tubulus juga rusak, darah dapat masuk ke tubulus, keluar bersama urin, sehingga dapat dilihat secara kasat mata (gross hematuria) seperti yang dialami oleh pasien dengan hasil pemeriksaan sedimen eritrosit ++++.
Selain itu, pembentukan kristal juga dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan akibat perlukaan dinding yang dilengkapi oleh otot polos. Tipe perdarahan seperti ini, dapat terjadi dari ureter sampai uretra. Pada pasien tidak ditemukan adanya kistal dalam urin.
Berdasarkan hasil penelitian, kristal asam jengkolat
ternyata tidak ditemukan pada semua urin penderita kracunan jengkol, bahkan penderita keracunan berat dan gagal ginjal akut, lebih banyak ditemukan negatif, padahal hematuria selalu ada.
Pembentukan kristal kemungkinan akibat orang tersebut banyak
berkeringat, sehingga seolah-olah ada kekurangan cairan badan dengan akibat kadar asam jengkolat dalam badan relatif bertambah, sehingga penghabluran menjadi lebih mudah. Pengkristalan dimungkinkan terjadi bila bahan terlarut menjadi sangat jenuh (supersaturated). Supersaturasi terjadi bila larutan encer dipekatkan melalui penarikan bahan pelarut (solvent).
Proses pengendapan bahan untuk menjadi kalkuli di urin,
bergantung pada kecepatan aliran, volume air, daya tarik ionik, pH, bahan terlarut lainnya, dan telah terbentuknya nukleus kristal. Kecepatan aliran merupakan faktor terpenting dan menjadi faktor predisposisi untuk pembentukan kalkuli, sedang pH merupakan faktor fundamental Pasien dengan jengkolisme sebagian besar memerlukan tindakan suportif selama 3 hari. Jengkolisme ringan tidak memerlukan terapi spesifik selain kontrol nyeri dan hidrasi (banyak minum).
Jengkolisme berat dengan gejala anuria dan diduga
mengalami GGA memerlukan analgesik, hidrasi cepat, dan alkalinisasi urin menggunakan sodium bikarbonat sebagai antidotum untuk meningkatkan kelarutan kristal asam jengkolat. Penatalaksanaan Tatalaksana awal yang dilakukan di IGD IVFD RL 20 tts/menit Pronalges Supp Bicnat 3x II Hyosin 1 x 1 Urispas 2x1 Ketoprofen 2x50mg Pendidikan : Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit intoksikasi jengkol dan penatalaksanaannya.
Konsultasi : Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit dalam untuk tindakan selanjutnya.