Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN ARIYAH

Secara etimologi bahasa arab al- ‘ariyah berarti sesuatu yan di pinjam, pergi dan kembali  atau
pinjaman. Sedangkan secara terminologi fiqh, ada beberapa definisi al-‘ariyah yang dikemukakan oleh
para ulama fiqih.
1.ulama malikkiyah dan imam as-syarakhsi, tokoh fiqih hanafi, mendefinisikan “pemilikan manfaat
sesuatu tanpa rugi”
2.ulama syafi’iyah dan hanabillah, yaitu “kebolehan memanfaatkan barang orang lain tanpa rugi”.
Dalam arti sederhana al-‘ariyah adalah menyerahkan suatu wujud barang untuk dimanfaatkan tanpa imbalan.
DASAR HUKUM ARIYAH
Menurut Sayyid Sabiq, tolong menolong [ariyah] adalah sunnah. Sedangkan menurut al-
Ruyani,sebagaimana dikitip oleh Taqiy al-Din, bahwa ariyah hukumnya wajib ketika awal
islam.Adapun landasan hukumnya dari nash alquran ialah :
surat al-Maidah ayat 2  :
) : ‫و تعاونوا علي البر و التقوي (الما ئدة‬ “bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan”
• Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhori dan Muslim dari Shafwan bin Umaiyah,
yang artinya : Rasululllah SAW meminjam kuda abi Thalhah dan mengendarainya.
•  Serta hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad bin Hanbal, dan An-Nasa’iy dari
sahabat Shafwan, yang artinya : “apakah hal ini merupakan pemakaian tanpa izin (ghasab)
wahai Muhammad ? Rasululllah SAW menjawab : tidak, ini saya pinjam dengan jaminan”
RUKUN DAN SYARAT ARIYAH
Pemberi pinjaman(Mu’ir) Objek(Al-ariyah)
1. baligh&berakal 1. Bisa dimanfaatkan
2. pemilik manfaat barang 2. Manfaatnya milik pihak muir
Penerima pinjaman(Musta’ir) 3. Pemanfaatanya tidak mengurangi fisik
1. Baligh&berakal barang
2. Peminjam harus jelas. Akad
Ijab dan qabul yang menunjukan perizinan
penggunaan manfaat barang.
MACAM MACAM ARIYAH
• 1. Ariyah Muqayyadah yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat terikat dengan
batasan tertentu.

2. Ariyah Mutlaqah yaitu bentuk pinjam meminjam barang yang bersifat tidak dibatasi.
STATUS AKAD ARIYAH

Ulama’ Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, berpendapat bahwa aqad al-‘ariyah itu
sifatnya tidak mengikat bagi kedua belah pihak. Artinya, pihak pemilik barnag boleh saja
membatalkan pinjaman itu kapan saja ia mau, dan pihak peminjam juga boleh
mengembalikan barang itu kapan saja ia kehendaki tanpa membedakan apakah peminjam itu
bersifat mutlak atau bersifat terbatas.
Menurut Malikiyah berpendapat bahwa pihak yang meminjamkan barang tidak dapat
mengambil barangnya itu sebelum dimanfaatkan oleh peminjamnya. Apabila aqad
‘ariyah itu memiliki batas waktu pemanfaatan, maka pemilik barang itu tidak dapat meminta
kembali barangya itu sebelum tenggang waktu peminjaman jatuh tempo.
SIFAT AKAD ARIYAH
Menurut ulama’ Hanafiyah ‘ariyah ditangan peminjam bersifat amanah. Menurut mereka , peminjam
tidak dikenakan ganti rugi atas kerusakan barang yang bukan disebabkan perbuatannya
atau kelalaiannya dalam memanfaatkan barang itu.
Menurut Hanabilah berpendapat bahwa al-‘ariyah adalah aqad yang mempunyai resiko ganti rugi,
baik disebabkan perbuatan peminjam atau disebabkan hal-hal lain.
Menurut ulama’ Malikiyah menyatakn apabila barang yang dipinjamkan itu dapat disembunyikan
seperti pakaian, cincin emas, dan kalung mutiara, lalu peminjam mengatakan bahwa barang itu hilang
atau hancur, sedangkan ia tidak dapat membuktikannya, maka ia dikenakan ganti rugi.
Menurut ulama’ Syafi’iyah apabila kerusakan itu disebabkan pemanfaatan yang tidak disetujui
pemilik barang, maka peminjam dikenakan ganti rugi,baik pemanfaatannya oleh peminjam maupun
oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai