Anda di halaman 1dari 13

TERAPI GEN

PENYAKIT KULIT
K EL O MP O K 7 :  

• MUTI ARA CH ANDRA DE W I ( 1 8 61 3 0 9 8 )


• EL MA ANG G RAYNI ( 1 8 61 3 0 9 9 )
• M. I K H WANU SH O FA ( 1 8 61 3 1 0 0 )
• PUTRI ZAH ARATUL AINI ( 1 8 61 3 1 0 1 )

• M. AZK AR ZAK I AL M UB ARO K ( 1 8 61 3 1 0 2 )


Prinsip Dasar Terapi Gen
Terapi gen adalah satu teknik untuk memperbaiki
gen yang rusak dengan tujuan untuk pengobatan.

Gen terdiri atas rantai pasangan basa yang


mengkode instruksi perakitan berbagai protein.
Ketika terjadi perubahan gen, protein yang
dikode akan berubah dan tidak dapat berfungsi
secara normal sehingga terjadi penyakit genetik.
Pendekatan Terapi Gen
Terapi gen pada kasus penyakit kulit bawaan yang diturunkan secara genetik
(genodermatosis) bermanfaat untuk mengoreksi abnormalitas genetik melalui 4 cara, yaitu :

a. Gene restoration : Teknik penyisipan gen wild-type (gen murni dan normal) untuk
menggantikan gen abnormal menggunakan vektor virus atau non-virus.
b. Gene augmentation : Teknik meningkatkan ekspresi gen yang diperlukan untuk
pengobatan.
c. Gene correction : Penyisipan gen untuk mengoreksi susunan yang berubah.
d. Gene inhibition : Induksi 'suicide genes' untuk membunuh sel-sel kanker dengan cara
membangkitkan respons imun.
Teknik Terapi Gen
Terapi gen memerlukan gen dan vektor.
Vektor adalah pengantar yang dapat membawa masuk gen secara efisien ke sel target.
Vektor yang digunakan dapat berupa vektor virus atau vektor non-virus.

Vektor Virus
Virus adalah vektor yang paling sering digunakan karena dapat menunjukkan
kemampuan mengantarkan materi genetik ke dalam sel-sel manusia, sehingga kinerja
virus ini dimanfaatkan untuk memanipulasi gen virus dengan materi gen yang akan
digunakan. Vektor virus yang umum digunakan adalah retrovirus dan adenovirus.
Vektor Non-Virus

Vektor non-virus lebih aman dibandingkan vektor virus, namun efisiensi


transduksi vektor non-virus hanya sekitar 30% dibandingkan vektor virus yang
sebesar 90%. Vektor non-virus yang umum digunakan adalah :

1. Pengantaran materi DNA secara langsung. Keterbatasannya yaitu memerlukan


banyak DNA dan hanya dapat digunakan untuk jaringan tertentu.
2. Liposom yang membawa DNA dapat masuk ke dalam membran sel.
3. Reseptor sel molekul yang mengandung DNA akan masuk ke dalam sel target
setelah berikatan dengan resptor, kemudian sel akan mengambil molekul dan
materi DNA masuk ke dalam inti sel.
Karakteristik berbagai macam vektor pada terapi gen
Vektor Gen Keunggulan Kelemahan Manfaat Klinis
Non-virus (Plasmid) - Mudah diproduksi - Efektivitas rendah - Terapi tumor
- Kapasitas DNA besar - Ekspresi gen singkat - Kerusakan gen herediter
- Fleksibel untuk beberapa gen - Tidak ada transfer gen selektif pada sel - Luka kronis
- Dapat diberikan berulang (non-imunogenik) target yang dikehendaki
- Pemberian secara in vivo (tidak traumatis, hemat
waktu, dan murah)
Retrovirus (oncovirus) - Efisiensi transduksi in vitro tinggi - Membutuhkan pemakaian ex vivo - Kerusakan gen herediter
- Ekspresi gen jangka panjang (integrasi gen) - Potensi inaktivasi, Risiko : mutagenesis, Penyakit sistemik (“biofactory”)
- Kapasitas pengkodean relatif besar (8-9 kb) rekombinasi virus
Retrovirus (lentivirus) - Efisiensi transduksi in vitro tinggi - Membutuhkan pemakaian ex vivo untuk - Kerusakan gen herediter
- Mungkin diberikan secara in vivo (sel target : keratinosit (transfer gen merupakan Penyakit sistemik (“biofactory”)
fibroblas) prosedur rumit)
- Ekspresi gen jangka panjang - Potensi inaktivasi, Risiko : mutagenesis,
- Kapasitas pengkodean relatif besar (8-9 kb) rekombinasi virus
Adenoassociated virus - Pemberian dapat secara in vivo (sel target : - Kapasitas pengkodean kecil (4-5 kb) - Kerusakan gen herediter
keratinosit) dan ex vivo - Reaksi imun setelah pengobatan in vivo Penyakit sistemik (“biofactory”)
- Ekspresi gen jangka panjang (memungkinkan berulang, risiko : mutagenesis
integrasi gen)
Adenovirus - Efisiensi transduksi in vivo sangat tinggi (juga pada - Ekspresi transitory gene - Pengobatan tumor
sel yang tidak membelah) - Toksisitas; imunogenitas - Luka kronis
- Kapasitas pengkodean besar (hingga 37 kb)
Pengantaran Terapi Gen pada Kulit
Cara pengantaran terapi gen terbagi dua, yaitu
: a. Pengantaran in vivo
Dilakukan dengan cara menghantarkan materi genetik secara langsung ke kulit atau
jaringan pasien. Pengantaran ini memiliki kekurangan, yaitu belum tercapainya keamanan,
efisiensi, dan sarana pengantar yang sesuai untuk transfer materi genetik.
Pengantaran in vivo dapat menggunakan vektor virus dan vektor non-virus.
1. Pengolesan topikal
2. Injeksi langsung
3. Pengolesan pada permukaan kulit yang luka
4. Electroporation
5. Insersi partikal bioplastis
b. Pengantaran ex vivo
Pada pengantaran ex vivo, jaringan kulit pasien dipotong terlebih dahulu, sel
keratinosit atau sel fibroblas dikultur, kemudian ditransplantasikan atau disuntikkan
kembali ke pasien. Kekurangan dari teknik ini adalah lebih rumit, mahal,
menimbulkan rasa nyeri, dan meninggalkan jaringan parut.

Adapun kelebihannya, yaitu :


1. Teknik autologous skin grafting yang digunakan pada pengantaran ex vivo sudah
biasa digunakan untuk pengobatan luka biasa atau luka bakar.
2. Efisiensi transfer gen dan jenis sel yang dituju dapat ditentukan sebelum
dihantarkan ke kulit pasien.
3. Transfer gen pada kultur bermanfaat untuk merekayasa sel-sel yang tumbuh
melalui vektor virus yang hanya menginfeksi sel-sel yang sedang membelah.
Terapi gen pada kulit Perbandingan pengantaran in vivo dan ex vivo
Keterbatasan Terapi Gen
Salah satu keterbatasannya yaitu ekspresi gen yang hanya
berlangsung singkat sehingga efek terapi dalam jangka panjang
belum tercapai. Kelemahan lainnya yaitu munculnya mekanisme
pertahanan kulit untuk mencegah masuknya asam nukleotida
asing. Terapi gen secara in vivo dan ex vivo akan menginduksi
respons imun. Penolakan transfer gen secara in vivo didominasi
oleh respons T-helper 1 dan secara ex vivo didominasi oleh T-
helper 2.

Selain itu, penggunaan terapi gen hanya terbatas untuk penyakit


monogenik, tidak untuk kelainan multigenik. Terapi gen juga
berisiko menginduksi tumor.
Penggunaan Terapi Gen untuk
Genodermatosis
Sel yang menjadi target terapi gen adalah keratinosit, fibroblas,melanosit,
makrofag, endotel, atau sel punca.

Sel punca merupakan target yang baik untuk mendapatkan efek terapi gen
jangka panjang. Sel punca pada keratinosit dapat dibagi menjadi :
a. Holoclones, sel dengan kapasitas reproduksi tertinggi dan target yang baik
untuk terapi gen
b. Paraclones, sel dengan kapasitas dan diferensiasi rendah
c. Meroclones, campuran dari keduanya.

Genodermatosis yang baik untuk terapi gen berupa kelainan genetik resesif
monogenik, yaitu akibat kerusakan gen tunggal, dan bukan merupakan
interaksi beberapa gen.
Terapi Gen pada Genodermatosis
Penggunaan terapi gen pada beberapa genodermatosis umum, yaitu :

a. Epidermolisis bulosa (EB), penyakit lepuh kongenital mulai dari ringan berupa lepuh pada kulit
(EB simpleks) hingga parah berupa epidermolisis disertai ulserasi kronis dan pembentukan
skar. Terapi gen bertujuan untuk mengembalikan kadar protein struktural yang hilang.
b. Iktiosis, penyakit monogenetik akibat gangguan keratinisasi yaitu dengan peningkatan skuama,
abnormalitas ketebalan stratum korneum, dan peradangan kulit sehingga menyebabkan skuama
yang tebal, kulit kering, hipohidrosis, konstriksi pada persendian, ektropion, dan eklabium.
c. Xeroderma Pigmentosum (XP), penyakit autosom resesif dengan gejala hipersensitivitas
terhadap matahari dan kecenderungan terjadi kanker kulit. Terjadi akibat mutasi salah satu dari
7 macam gen XP-A hingga XP-G yang diperlukan untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat
pajanan sinar matahari. Pengobatannya masih terbatas pada menghindari paparan sinar UV dan
tindakan bedah pada tumor kulit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai