Anda di halaman 1dari 25

Terapi Antidotum

Obat yang mekanisme kerjanya telah ditentukan, yang mampu memodifikasi toksokinetik atau
toksodinamik dari racun, dan pemberiannya kepada pasien yang teroksidasi dapat memberikan
manfaat yang signifikan
Modifying toxicokinetics with antidotes. Toxicology Letters,

antidotum
Terapi antidotum  cara yang diunjukkan untuk membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau
menyembuhkannya sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya selanjutnya.
Banyak zat kimia yang
menimbulkan efek Belum ada
toksik antidotumnya

Terapi antidotum

KTM
Pencapaian KTM melalui beberapa tahapan :
1. Absorbsi  sirkulasi sistemik
2. Distribusi  target
3. Metabolisme  kadar toksik dalam sel
4. Ekskresi

Pencegahan efek toksik dalam darah :


Menghambat proses Absorbsi Distribusi, Mempercepat Metabolisme dan Eksresi
Kurva hipotesis hubungan
antara kadar zat kimia
versus waktu serta
pengaruh penghambatan
ADME
TERAPI NON SPESIFIK
Terapi keracunan yang bermanfaat hampir pada semua kasus, melalui cara-cara seperti
memacumuntah, bilas lambung, dan memberikan zat absorben.
Percepatan eliminasi  pengasaman dan pembasaan urin atau hemodialisis.
Menghambat Absorbsi Racun
Membersihkan atau mencucikulit yang terkontaminasi dengan toksik
Mengeluarkan racun dalam lambung
Mencegah absorbsi
Memberikan pencahar.
Pemberian arang aktif (Norit)
Biasanya diberikan pada kasus pencernaan. Lebih cepat pemberian maka efektifitas maksimal. Tetapi
pada jam ke 2 norit masih bisa berefek setelah racun itu masuk kedalam tubuh.
Karbon aktif relatif aman dan dosisnya tergantung dari racun yang tertelan. Dosis minimum 30g.
Dewasa 50mg boleh diberikan setiap 4-6 jam dalam sehari.
Mekanisme kerja arang aktif  menyerap zat-zat (salisilat, acetaminophenum, karbamazepin, dll)
Mengeluarkan racun dalam lambung
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini : jumlah zat yang tertelan, tingkat
keracunan, durasi racun tertelan.
Waktu toleransi 1-2jam setelah tertelan racun, diatas itu pengosongan lambung tidak akan
bermanfaat
Bahaya : teraspirasi isi lambung  tidak boleh padapasien koma, mengantuk. Bisa saja terhirup
dan masuk paru-paru.
Ipecacuanha biasa digunakan untuk pengosongan lambung
Pemberian pecahar
Digunakan untuk mempercepa pengeluaran zat racun melalui saluran Gastrointestinal terutama
racun yang sudah mencapai usus halus.
Sorbitol direkomendasikan pada pasien penderita gangguan jantung
Magnesium sulfat direkomendasikan pada pasien penderita disfungsi ginjal. Dosis oral yang
dipakai adalah 5-15g dengan onset 0,5-2 jam setelah pemberian. Pasien harus selalu dipantau
karena kemungkinan terjadi obstruksi usus, terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit.
Mempercepat Eliminasi
Kecepatan eliminasi mempengaruhi jumlah obat yang ada di sel target
Percepatan eliminasi dilakukan dengan pengasaman dan pembasaan urin dan diuresis paksa
Pengasaman urin dengan penambahan ammonium klorida/ vit c
Pembasaan urin dengan pemberian natrium bikarbonat
Penguragan reabsorbsi tubulus terjadi karena pengasaman/pembasaan urin akan meningkatkan
derajat ionisasi ditubulus sehingga mengurangi reabsorbsi.
Hemodialisis  salah satu cara untuk mempercepat eliminasi suatu zat dan mengembalikan
keseimbangan elektrolit.
Cara ini dipandang lebih efektif.
TERAPI SPESIFIK
Adalah terapi antidotum yang hanya efektif untuk zat-zat tertentu.
Dikelompokkan berdasarkan : cara kerja kimiawi, farmakologi dan fungsional.
Antidotum Yang Bekerja Secara
Kimiawi
1. Zat-zat pembentuk kelat
zat ini biasanya mengandung dua atau lebih gugus elektronegatif yang membentukikatan
kovalen komplek stabil dengan logam-logam atau kation menghasilkan senyawa kompleks yang
kurang toksik daripada logam berat bebas.
Dimercaprol
EDTA
Cuprin
Deferoksamin
Cuprid
dimercaprol
•Berfungsi untuk keracunan arsen, merkuri, timbal
•Zat mirip minyak, tidak berwarna, bau busuk. Biasanya melalui im 10%
•Bereaksi dengan logam-logam berat sehingga mencegah inaktivasi enzim-enzim yang
mengandung gugus SH. Dianggap paling efektif.
•Efek samping takikardi, hipertensi, mual, iritasi lambung.
•Tersedia 2 macam obat yang mirip dimercaptosuccinic (DMSA) dan dimercaptopropane
sulphonic acid (DMPS). Sama-sama memiliki 2 gugus –SH tetapi lebih bersifat hidrofilik.
EDTA (eilendiamin tetraasetat)
•Efektif untuk logam-logam transisi
•Diberikan dalambentukinjeksimelalui IM, IV dalam bentuk garamnya Na atau Ca
•Diekskresi melalui filtrasi glomerulus
•Digunakan terutama pada keracunan Pb
•Dosis tinggi bersifat neprotoksik terutama pada tubulus renal.
Cuprin (penisilamin)
Senyawa yang miripdengan penisilamin
Sangat baik diabsorbsi pada saluran pencernaan
Toksik pada sumsum tulang belakang dan ginjal (jarang) adalah efek yang paling merugikan
Biasa digunakan untuk keracunan Cu pada individu penderita penyakit Wilson’s
Kelbihan Cu toksik pada hepar
Bisa digunakan untuk keracunan Hg, Pb dan arsen
deferoksamin
•Membentuk logam kelat dengan logam besi, dengan ion feri membentuk feroxamin.
•Biasanya diberikan secara IM. Perlu hati-hati pemberian infus secara cepat dapat menyebabkan
shok hipotensi karena memacu pelepasan histamin.
•Deferoksamin dimetabolisme dan dieksresi melalui ginjal dan menyebabkan urin berwarna
merah.
•Dapat menyebabkan neurotoksik.
Cuprid (trientin)
•Bisa membentuk kelat dengan Cu+
•Terapi terbatas untuk penyakit Wilsons pada individu yang tidak dapa mentolerir penisilamin.
2. Fab fragment

Fab fragment adalah suatu antibodi monoklonal dapat mengikat digoksin dan mempercepat
ekskresinya melalui filtrasi glomerulus.
Antidotum yang berasal dari botulimus atau ular.
3. Dicobaltedetat atau hidrokobalamin
Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks dengan sianida yang stabil dan bersifat non toksik.
Pemberian Na-nitrit yang diikuti dengan pemberian Na-tiosulfat juga dapat digunakan untuk
keracunan sianida.

4. Detoksifikasi enzimatik
Detoksifikasi enzimatik dapat dilakukan dengan dua jalur, dengan memberikan kosubstrat pada reaksi
yang terjadi dan memberikan enxim dari luar untuk mempercepat metabolisme racun.
•Etanol  keracunan methanol
•Atrophin & Pralidoksim  keracunan pestisida
•N-asethylsistein dan Metionin  keracunan parasetamol
Antidotum Yang Bekerja Secara
Farmakologi
Antidotum yang bekerja mirip dengan zat toksik,bekerja pada respeptor yang sama atau berbeda.
•Nalokson hidroklorida
Biasanya diberikan pada keracunan opiod. Merupakan antagonis opioid yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga berkompetisi dalam memperebutkan reseptor opioid.
•Flumazamil
Antagonis benzodiazepin.biasanya digunakan pada dosis tunggal.
•Oksigen
Untuk keracunan karbon monoksida, CO mampu mengikat hemoglobin dan membentuk senyawa
kompleks
Antidotum Yang Bekerja Sebagai
Antagonis Fungsional

Anda mungkin juga menyukai