Anda di halaman 1dari 23

Terapi Antidotum

Kelompok 12
Kelompok 12

Manasye Sion B Nur Puji L Anita Fadhila


4411419041 4411419046 4411419050
Definisi dan Tujuan
Definisi
Antidot/antidotum adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi
peracunan. Kata antidot ini berasal dari bahasa Yunani antididonai, yang
berarti "memberikan perlawanan".

Terapi Antidotum adalah cara yang ditujukan untuk membatasi intensitas


efek toksik zat kimia atau untuk menyembuhkan sehingga bermanfaat
dalam mencegah timbulnya bahaya selanjutnya.
Tujuan Terapi Antidotum

01 Membatasi penyebaran
racun di dalam tubuh
02 Meningkatkan pengakhiran
aksi racun di dalam tubuh

03 Menyelamatkan
Kehidupan Pasien 04 Mencegah penyerapan
racun dalam tubuh
Mekanisme Dan Contoh
Dalam Terapi
Antidotum
Metode Terapi Antidotum
A. Metode Tak Khas
Metode umum yg dapat diterapkan pada sebagian besar zat beracun.
Contoh: pergeseran kurva absorbs ke kanan dapat dilakukan dengan :
pemberian emetika, pemuntah mekanis, pembilasan lambung, dll.

B. Metode Khas
Metode yang hanya dapat digunakan bila zat beracunnya
telah diketahui serta antidotumnya ada. Contoh: untuk terapi
keracunan sianida dapat digunakan tiosulfat
1. Dengan cara mempengaruhi laju absorpsi racun dari
saluran cerna (Memperlambat Penyerapan Racun)

A. Metode Tak Spesifik


- Emetika, yaitu zat yang dapat merangsang muntah (apomorfina, sirup ipeka)
- Muntah yang ditimbulkan secara mekanik (sentuhan dengan jari tangan pada
kerongkongan bagian atas)
- Pencucian lambung/ pembilasan lambung
- Penetralan kimia (penetralan asam-basa)
B. Metode Spesifik
2. Dengan cara mempengaruhi distribusi/ translokasi zat ke
tempat kedudukan reseptor ( Memperlambat Penyebaran
Racun)
A. Metode Tak Spesifik
- Penjerat Ion dengan cara mengubah pH darah (Perbaikan
Keseimbangan Asam-Basa)
- Penggantian dengan tempat kedudukan ikatan pengganti (infuse
albumin)
B. Metode Spesifik
3. Dengan cara meningkatkan laju eliminasi (Metabolisme
dan Ekskresi Dipercepat)
A. Metode Tak Spesifik B. Metode Spesifik
Zat Antidot Produk
- Hemodialisis atau
pencucian darah Ion Bromida Ion klorida Peningkatan
ekskresi ginjal
- Dialisis peritonial
Sr, Rd Ca Peningkatan
- Pertukaran transfusi
ekskresi ginjal
- Penyesuaian pH dan
Pb, Ni, Co, Cu EDTA Kelasi
diuresis (membasakan
Hg, Au, BAL Kelasi
air kencing untuk Arsenat
asam organik lemah
Cu d-penisilamin Kelasi
dan sebaliknya)
Toksik Antitoksik Kompleksasi
botulinus botulisme
Fosfat organik pralidoksim Reaktifasi
enzim nukleofil
Beberapa Prosedur
Dalam Terapi Antidot
PROSEDUR PENGURANGAN
ABSORPSI/ TRANSLOKASI KIMIA
- Dengan pengambilan secara mekanis zat kimia penganggu dan penggunaan zat kimia
yang akan bergabung dengan zat kimia penganggu serta menawar racun. Misalnya
dengan
1. pencucian lambung : memasukkan pipa ke dalam lambung dan mencuci dengan air
hangat atau pelarut yang relatif aman
2. penggunaan emetika : efektif bila bahan telah lolos ke dalam usus bagian atas

- Zat – zat spesifik dapat digunakan secara oral


1. suatu asam encer untuk netralkan suatu basa
2. pemberian arang aktif untuk absorpsi aneka ragam senyawa
3. zat pengkhelat asam tetraasetat diamina etilena kalsium untuk kelasi logam (CaNa2-
EDTA)
PROSEDUR MENINGKATKAN DAYA
PENGAKHIRAN AKSI ZAT KIMIA
Peningkatan daya pengakhiran aksi suatu zat misalnya :
- Pada pengobatan keracunan CO.
Gas CO bersaing dengan O 2 dalam mengikat Hb dan enzim pernapasan,
sehingga ketersediaan O2 dalam jaringan berkurang. Keracunan CO dapat diatasi
dengan pemberian O 2 . Waktu yang dibutuhkan untuk menghilang ½ CO dari
darah kurang lebih 300 menit dengan udara atmosfer. Bila digunakan O2 murni
perlu waktu 80 menit
PROSEDUR MENINGKATKAN
AMBANG TOKSISITAS

- Pada keracunan Pb, penggunaan khelat kalsium dari EDTA bertindak sebagai penukar
ion (kalsium ditukar dengan ion logam) sehingga terbentuk khelat plumbum yang larut
dan stabil.
- Setelah pemberian EDTA laju ekskresi Pb sebagai kompleks EDTA dalam air kencing
penderita keracunan Pb akan naik 50 kali dari normal
- Asam hidarioksamat akan mendesak fosfor dari kolinesterase yang terfosforilasi
dengan cara bereaksi dengan endan produknya sehingga akan mengalami hidrolisis
dan terjadi pelepasan enzim aktifnya
- Piridina-2-aldoksim metiodida (PAM) merupakan suatu zat pereaktif nukleofil untuk
kolinesterase yang mengalami fosforilasi.
N- asetilsistein
- Untuk mengatasi efek toksikologi akibat overdosis dari penggunaan acetaminophen
- Umumnya dosis maksimum dari penggunaan acetaminophen adalah 4 gram/hari. (Dosis
awal: 140 mg/kg, repeat dose: 70mg/kg)
- Bila diberikan lebih dari dosis maksimum akan menimbulkan reaksi sebagai berikut

12-24 Jam setelah pemberian dapat dirasakan gejala muntah, anoreksia, diaphoresis

1- 2 hari Peningkatan ezim dihati dan bilirubin

Dapat ditemukan kerusakan pada organ hati


3-5 hari
(jaundice,hypoglicaemia, encepalopathy, DIC)
Antidotum Untuk Mengatasi
Efek Overdosis Obat
Atropin Sulfat
- Obat yang digunakan untuk menangani melambatnya denyut jantung
dan gejala keracunan insektisida
- Menghambat efek akumulasi asetil kolin pada tempat tempat
penumpukan
- Dosis: dapat diberikan pada Bolus IV 1-2,5mg
Etanol Absolut
- Obat yang digunakan untuk menangani keracunan glikol (air radiator
mobil, coolant cat), keracunan metanol (cairan fotokopi, cairan cat)
- Oral etanol
Dosis awal: 2ml/kg dari 50%
Dosis selanjutnya: 0,33 ml/kg
- Iv etanol
Dosis awal: 10ml/kg of 10%
Dosis selanjutnya: 1,6 ml/kg
Terapi Intoksikasi Sianida
- Sianida terdapat pada pembersih logam, penyepuhan, singkong, murbei
- Sianida dapat menyebabkan mata iritasi, inhalasi, dan saluran cerna,
rasa nyeri kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu
berkeringat, tidak sadar, dan mortalitas

Sianida Enzim Sitokorm oksidase

Menghambat
Metabolisme sel aerob

Menghambat
Transmisi neuronal
Terapi Intoksikasi Sianida
- Terapi intoksikasi sianida dapat dilakukan dengan berbagai cara
sebagai berikut

1. Natrium thiosulfat 25% iv


- katalisis enzim rhodanese

2. Natrium nitrit 3% iv
- MetHb mengikat sianida → Menghambat ikatan sianida pada sitokorm
oksidase → Ekskresi
Terapi Intoksikasi Asam Salisilat

- Asam salisilat dalam konsentrasi tinggi dapat menimbulkan keracunan


karena mampu memisahkan sebagian mitokondria akibatnya konsentrasi
ATP dalam sel akan berkurang dan AMP pada sitosol meningkat yang
menyebabkan glikolisis meningkat dan dapat membentuk asam laktat
dalam darah lebih tinggi dan menyebabkan asidosis metabolik
- Gejala keracunan asam salisilat antara lain gelisah, muka merah,
muntah, koma, kebingungan, kejang dll.
Terapi Intoksikasi Asam Salisilat
- Terapi Intosikasi asam salisilat dapat dilakukan dengan berabagai
macam cara yaitu:
1. Terapi metabolik asidosis dengan cara pemberiaan sodium bicarbonat
2. Penggantian cairan jika terjadi dehidrasi dengan pemberian kristaloid
3. Pemberian suplemen glukosa
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai