Anda di halaman 1dari 21

Respon Auditor atas

Risiko yang Dinilai


OLEH ADITYA NUGRAHA (142190106)
Prosedur pengumpulan bukti dalam audit diarahkan berdasarkan oleh penilaian risiko
salah saji material.
ISA 330 menyatakan,

"Tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mengenai risiko salah saji material yang dinilai, melalui perancangan dan
penerapan respons yang tepat terhadap risiko tersebut."
Dasar Bukti
Dasar Bukti

Untuk memperoleh bukti audit, auditor harus merancang dan melaksanakan


prosedur audit yang memiliki
 Sifat (Nature),
 Tempo (Timing),
 dan ruang lingkup/jangkauan (Extent),
Yang didasarkan dan responsif terhadap risiko (audit) yang dinilai.
Sifat prosedur audit mengacu pada:
 Tujuan

yaitu, pengujian pengendalian atau prosedur substantive.

 Jenis

yaitu, inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan,


konfirmasi, perhitungan ulang, pelaksanaan ulang, atau
prosedur analitis.
Tempo prosedur audit mengacu pada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau periode atau
tanggal di mana bukti audit diterapkan.

Jangkauan prosedur audit mengacu pada kuantitas yang harus dilakukan, misalnya, ukuran sampel
atau jumlah pengamatan dari aktivitas pengendalian.

Bukti adalah segala sesuatu yang dapat membuat seseorang percaya bahwa suatu fakta, proposisi,
atau penegasan adalah benar atau salah.
Asersi Laporan Keuangan
Manajemen bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan secara wajar
sehingga mencerminkan sifat dan operasi perusahaan berdasarkan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.

Auditor kemungkinan akan menggunakan catatan akuntansi dan informasi lain


tersebut sebagai bukti audit.

Untuk menyatakan laporan keuangan sesuai kerangka pelaporan keuangan yang


berlaku, manajemen secara implisit atau eksplisit membuat asersi pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan berbagai elemen laporan keuangan dan
pengungkapan terkait.
Manajemen membuat asersi yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
1. Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit;
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode; dan
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

Asersi standar adalah keterjadian, kelengkapan, akurasi, pisah batas, klasifikasi,


keberadaan, hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi, dan keterpahaman.
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dirancang untuk mengevaluasi
efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi,
salah saji material pada tingkat asersi.

Merancang pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang relevan


mencakup
 Pengidentifikasian kondisi (karakteristik atau atribut) yang mengindikasikan
kinerja suatu pengendalian, dan
 Kondisi penyimpangan yang mengindikasikan penyimpangan dari kinerja yang
memadai.
Pengujian Substantif
Pekerjaan utama seorang auditor adalah menemukan bukti dengan menggunakan
prosedur pengujian.

Prosedur substantif adalah prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah
saji material pada tingkat asersi.

Prosedur substantif terdiri dari:


1. Pengujian rincian (kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan); dan
2. Prosedur analitis substantif.
Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor untuk sampai pada
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit.

Bukti audit terdiri dari dokumen sumber (source document) dan catatan akuntansi
(accounting source) yang menguatkan dari sumber lain dan dapat dikumpulkan
dengan pengujian pengendalian serta prosedur substantive.

Prosedur substantif adalah pengujian yang dilakukan untuk memperoleh bukti


audit untuk mendeteksi salah saji material atau kesalahan penyajian signifikan salah
saji yang mungkin secara agregat material dalam laporan keuangan.
Prosedur substantif adalah tanggapan terhadap penilaian auditor atas risiko salah saji
material.

Semakin tinggi risiko yang dinilai, semakin besar kemungkinan perluasan prosedur
substantif akan meningkat dan waktu prosedur akan dilakukan mendekati periode
tersebut.
Pengujian substantif yang biasanya dilakukan pada hutang usaha merupakanbentuk
pencarian kewajiban yang tidak tercatat.

Pengujian ini dapat menjadi bagian dari prosedur penutupan atau dilakukan bersamaan
dengan konfirmasi hutang usaha.

Tes ini memberikan bukti untuk kelengkapan dan beberapa bukti untuk penilaian.

Untuk mencari kewajiban yang tidak tercatat, auditor meninjau pengeluaran yang
dilakukan klien selama satu periode setelah tanggal neraca, atau sampai tanggal
penyelesaian pekerjaan lapangan.
Kecukupan Bukti Audit
Menurut ISA 500, tujuan auditor adalah untuk merancang dan melaksanakan
prosedur audit sedemikian rupa sehingga memungkinkan auditor memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk dapat menarik kesimpulan yang masuk akal
yang menjadi dasar opini auditor.

Menurut ISA 200, keyakinan memadai (reasonable assurance) diperoleh ketika


auditor
 telah memperoleh bukti audit yang cukup dan
 tepat untuk mengurangi risiko audit
ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas
 risiko salah saji (semakin tinggi risiko yang dinilai, semakin banyak bukti audit
yang mungkin diperlukan) dan
 kualitas bukti audit tersebut (semakin tinggi kualitasnya, semakin banyak bukti
audit yang diperlukan).

Ketepatan adalah ukuran kualitas bukti audit, yaitu relevansi dan keandalannya
dalam memberikan dukungan untuk membuat kesimpulan yang menjadi dasar opini
auditor.
Ketika merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus
mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan
sebagai bukti audit.

Keandalan adalah kualitas informasi ketika bebas dari kesalahan dan bias material
dan dapat diandalkan oleh pengguna untuk menyajikan dengan jujur ​apa yang
dimaksudkan untuk disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Relevansi bukti adalah kesesuaian antara (pertinence) bukti dengan tujuan audit yang
diuji.

Kuantitas (relevansi dan keandalan) bukti audit yang diperlukan dipengaruhi oleh
 Risiko salah saji (semakin besar risikonya, semakin banyak bukti audit yang
diperlukan) dan
 Kualitas bukti audit (semakin tinggi kualitas bukti, semakin sedikit bukti audit
yang diperlukan).

Anda mungkin juga menyukai