Anda di halaman 1dari 57

TUGAS LAPORAN KASUS

Radikulopati Lumbal
Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5
Oleh:
Eva Juliana Panjaitan (2019086016305)
Jenny L. Vatratan (2019086016226)
Ririn Andriani Ibrahim (2019086016345)

Pembimbing :
dr. Nelly Y. Tan Rumpaisum, Sp. S
RADIKULOPATI LUMBAL
ANATOMI
Do you need
an online
doctor now?

Anatomi Vertebra
ANATOMI
Do you need
an online
doctor now?

Diskus Intervertebralis potongan aksial


DEFINISI
Do you need
an online Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
doctor now? gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis
yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola
gangguan bersifat dermatoma

Terdapat 3 Tipe Radikulopati :


a. Radikulopati Cervical
b. Radikulopati Thorakal
c. Radikulopati Lumbal
Radikulopati Lumbal
 Radikulopati lumbal merupakan bentuk
radikulopati pada daerah lumbar yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks
saraf lumbal.
 Radikulopati lumbal sering juga disebut siatika
(Sciatika)
 Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri
punggung bawah (low back pain) sering
didapatkan.
ETIOLOGI

Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan


Proses radikulopati adalah seperti :
Kompresif
 hernia nucleus pulposus (HNP) atau  stenosis spinal,
herniasi diskus,  traumatic dislokasi,
 tumor medulla spinalis,  kompresif fraktur, scoliosis dan
 neoplasma tulang,  spondilitis tuberkulosa,
 spondilolisis dan Spondylolisthesis,  cervical spondilosis.

Proses Kelainan-kelainan inflamatori sehingga mengakibatkan radikulopati adalah


Inflammatory seperti : Gullain-Barre Syndrome dan Herpes Zoster.

Kelainan-kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan


Proses radikulopati adalah seperti Diabetes Mellitus.
degenerative
Spondilolisis dan Spondilolistesis
 Spondilolisis adalah proses degeneratif pada kolumna vertebra dan berhubungan dengan
jaringan lunak.
 Merupakan garis litik yang menyilang pars interartikularis yaitu daerah antara prosesus
artikularis superior dan inferior.
 Sebagai akibatnya vertebra yang bersangkutan dapat bergeser yang disebut spondilolistesis
 Yang paling sering : vertebra L4-5
Spondilolistesis
 Spondilolistesis adalah pergeseran ke arah depan dari satu korpus vertebra
terhadap korpus vertebra dibawahnya.
 Hal ini paling sering terjadi pada spondilolisis, yaitu suatu kondisi dimana bagian
posterior unit vertebra menjadi terpisah, menyebabkan hilangnya kontinuitas antara
prosesus artikularis superior dan inferior.
 Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah, biasanya dimulai pada usia
yang lebih dini dan perlahan-lahan memburuk, yang diperkuat oleh gerakan
ekstensi.

Derajat pergeseran :
Derajat I 25 %
Derajat II 25%-50%
Derajat III 50%-75%
Derajat IV > 75%
MANIFESTASI KLINIS

Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka, Pada ruptur diskus intervertebra, nyeri
menjalar ke bokong, paha, hingga ke dirasakan lebih berat bila penderita sedang
betis, dan kaki. duduk atau akan berdiri
MANIFESTASI KLINIS

Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat


Gangguan postur atau kurvatura
ditemukan gangguan sensasi, paresthesia,
vertebra
kelemahan otot, dan gangguan refleks tendon.
MANIFESTASI KLINIS

Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan


sepanjang n.iskiadikus.
Anamnesa

 Timbulnya gejala pada pasien dengan radikulopati lumbosakral


sering tiba-tiba dan berupa LBP (nyeri punggung bawah).
 Beberapa pasien menyatakan nyeri punggung yang sudah ada
sebelumnya menghilang ketika sakit pada kaki mulai terasa.

 Duduk, batuk, atau bersin dapat memperburuk rasa sakit,


yang berjalan dari bokong turun ke tungkai kaki posterior atau
posterolateral menuju pergelangan kaki atau kaki.
DIAGNOSA
 Tanyakan penjalaran dari nyerinya, kelemahan otot, dan
adanya perubahan postur tubuh, cara duduk dan berdiri,
kesulitan ketika berdiri setelah duduk atau berbaring, dan
perubahan dalam posisi berjalan.

 Tanyakan apakah ada gangguan sensasi (seperti : kesemutan,


baal, dan rasa terbakar) dan gangguan dalam berkemih ataupun
defekasi.
Anamnesa

 Ketika memperoleh riwayat pasien, waspadai setiap red flags


(yaitu, indikator kondisi medis yang biasanya tidak hilang dengan
sendirinya tanpa manajemen)

 Red flags tersebut dapat menyiratkan kondisi yang lebih rumit


DIAGNOSA yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (misalnya, tumor,
infeksi).
 Adanya demam, penurunan berat badan, atau menggigil
memerlukan evaluasi menyeluruh.
Pemeriksaan Fisik
Penting untuk memperhatikan abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan, dan
spasme otot
Pada pemeriksaan neurologis harus diperhatikan:

 Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia).


Perlu dibedakan gangguan saraf perifer atau segmental.

DIAGNOSA

 Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan  Perubahan refleks.


otot, atrofi, fasikulasi, spasme otot).
Pemeriksaan Fisik
Prosedur diagnosa khusus untuk pemeriksaan radikulopati lumbal antara
lain:
Lasegue’s sign

DIAGNOSA

 Pasien berbaring, secara pasif lakukan fleksi sendi coxae, sementara lutut
ditahan agar tetap ekstensi. Fleksi pada sendi coxae dengan lutut ekstensi
akan menyebabkan stretching n.iskiadikus.
 Dengan tes ini, pada radikulopati lumbal, sebelum tungkai mencapai
kecuraman 70°, akan didapatkan nyeri (terkadang juga disertai dengan baal
dan paresthesia)
Pemeriksaan Fisik
Nerve pressure sign
 Pemeriksaan dilakukan dengan : Lasegue’s test dilakukan hingga
penderita merasakan nyeri, kemudian lutut difleksikan 20 derajat
dilanjutkan dengan fleksi sendi coxae dan penekanan n.tibialis pada
fossa poplitea, hingga penderita mengeluh nyeri.
 Test ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal, bokong
sesisi, atau sepanjang n.iskiadikus.

DIAGNOSA
Pemeriksaan Penunjang
Radikulopati dapat didiagnosa dari menifestasi klinis yang khas, seperti rasa
nyeri, baal, atau paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.

Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju


01 Pemeriksaan
Laboratorium
endap darah, faktor rematoid, fosfatase
alkali, kalsium, urin analisis

DIAGNOSA Tujuan utama foto polos Roentgen adalah


02 Rontgen untuk mendeteksi adanya kelainan
struktural

MRI merupakan pemeriksaan penunjang


03 MRI/CT Scan yang utama untuk mendeteksi kelainan
diskus intervertebra
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan ini memberikan gambaran


anatomik yang detail, terutama elemen osseus
04 Myeolografi vertebra.
 Secara umum myelogram dilakukan sebagai
test preoperatif, seringkali dilakukan bersama
dengan CT Scan.

NCS dan EMG sangat membantu untuk


DIAGNOSA Nerve Conduction
Study (NCS), dan membedakan asal nyeri atau untuk
05 Electromyography
(EMG)
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari
radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal.
TATALAKSANA
Terapi Non Farmakologi
AKUT KRONIK

 Imobilisasi  Terapi psikologis


 Pengaturan berat badan, posisi tubuh,  Modulasi nyeri (akupunktur atau
dan aktivitas modalitas termal)
 Modalitas termal (terapi panas dan  Latihan kondisi otot
dingin)  Rehabilitasi vokasional
 Pemijatan  Pengaturan berat badan, posisi
 Traksi (tergantung kasus) tubuh, dan aktivitas
 Pemakaian alat bantu (misalnya korset
atau tongkat)
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
NSAIDs Tricyclic Antidepressants

 Contoh : Ibuprofen  Contoh : Amitriptyline


 Mekanisme Aksi :  Mekanisme Aksi :
Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri Menghambat reuptake serotonin dan / atau
dengan cara menurunkan sintesis norepinefrin oleh membran saraf
prostaglandin. presynaptic, dapat meningkatkan
 Dosis dan penggunaan : konsentrasi sinaptik dalam SSP.
Dewasa : 300 – 800 mg per oral setiap 6 jam Berguna sebagai analgesik untuk nyeri
(4x1 hari) atau 400 – 800 mg IV setiap 6 jam kronis dan neuropatik tertentu.
jika dibutuhkan.  Dosis dan penggunaan :
Dewasa : 100 – 300 mg 1x1 hari pada
malam hari
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Muscle Relaxants Analgesik

 Contoh : Cyclobenzaprine  Contoh : Tramadol (Ultram)


 Mekanisme Aksi :  Mekanisme Aksi : Menghambat jalur nyeri
Relaksan otot rangka yang bekerja secara ascenden, merubah persepsi serta respon
sentral dan menurunkan aktivitas motorik pada terhadap nyeri, menghambat reuptake
tempat asal tonik somatic yang mempengaruhi norepinefrin dan serotonin
baik neuron motor alfa maupun gamma.  Dosis :
 Dosis : Dewasa : 50 – 100 mg per oral setiap 4 – 6
Dewasa : 5 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari) jam (4x1 hari) jika diperlukan
TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Antikonvulsan

 Contoh : Gabapentin (Neurontin)


 Mekanisme Aksi :
Penstabil membran, suatu analog struktural dari penghambat neurotransmitter
gamma-aminobutyric acid (GABA), yang mana tidak menimbulkan efek pada
reseptor GABA.
 Dosis :
Dewasa : Neurontin
Hari ke-1 : 300 mg per oral 1x1 hari
Hari ke-2 : 300 mg per oral setiap 12 jam (2x1 hari)
Hari ke-3 : 300 mg per oral setiap 8 jam (3x1 hari)
TATALAKSANA

Invasif Non Bedah Bedah (HNP)

 Blok saraf dengan anestetik local Indikasi :


 Injeksi steroid (metilprednisolone) pada  Skiatika dengan terapi konservatif selama > 4
minggu : nyeri berat, menetap, dan progresif
epidural untuk mengurangi pembengkakan
 Defisit neurologis memburuk sindroma kauda
sehingga menurunkan kompresi radiks saraf.  Stenosis kanal (setelah terapi konservatif tidak
berhasil)
 Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan
pemeriksaan neurofisiologis dan radiologi
PENCEGAHAN

Lakukan aktivitas atau kegiatan


Hindari aktivitas fisik yang berat
sehari-hari dengan baik dan benar
PENCEGAHAN

Mempertahankan beratt badan ideal agar


Hindari pemakaian sepatu yang
tidak membebani tulang belakang
bertumit tinggi

Olahraga yang memperkuat otot


punggung
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. ER
No. DM : 367991
Tanggal lahir : 14-11-1982
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Menikah : Sudah menikah
Alamat : Paldam
Agama : Islam

Pekerjaan : PNS Hukum dan HAM

Tanggal MRS : 23 Desember 2020


Autoanamnesis

Anamnesis
  Keluhan Utama :
 
 
Nyeri punggung bawah
  Lokasi :
  Punggung bagian bawah
RIWAYAT Onset : 6 bulan SMRS
PENYAKIT Kualitas :
SEKARANG Nyeri tulang belakang dirasakan seperti nyeri yang menjalar ke tungkai bawah, semakin lama
nyeri menganggu aktifitas pasien.
Kuantitas :
Nyeri tulang belakang menyebabkan pasien sulit begerak sejak 6 bulan SMRS, nyeri yang
dirasakan dengan VAS (visual analog scale) 5-6.
Anamnesis Autoanamnesis

  Kronologis :
  Pasien diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Dok II dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 6
  bulan SMRS. Nyeri dirasakan menjalar ke tungkai bawah kanan dan kiri. Pasien juga mengeluhkan
  kesulitan mengerakkan kaki kiri dan kanan sejak 6 bulan SMRS. Pasien mengaku hanya dapat
  berbaring dan dibantu untuk melakukan aktivitas sehari hari. Nyeri tulang belakang diperburuk jika
RIWAYAT pasien merubah posisi tubuh atau posisi duduk dalam waktu yang lama. Awal gejala nyeri dirasakan
PENYAKIT pada saat pasien bangun tidur. Pasien sempat berobat pada awal terasa nyeri (6 bulan yang lalu),
SEKARANG namun pasien hanya diberikan obat salep.
Pasien juga mengeluhkan lemas sejak 15 menit SMRS. Pasien post HD pada hari yang sama.
Faktor yang Memperberat :
Ketika beraktivitas, merubah posisi tubuh, duduk lama
Faktor yang Memperingan :
Istrahat/berbaring
Faktor Penyerta :
Batuk (-), Demam (-), mual (+), muntah (-).
Anamnesis
Riwayat keluhan yang serupa (-) Riwayat hipertensi tidak terkontrol (+), Penyakit
ginjal (+) sejak 1 tahun yang lalu, kencing manis (-), penyakit jantung (-),,
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
kolesterol tinggi (-), asam urat (-), riwayat trauma tulang belakang (-).

Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat hipertensi (+) dari ibu kandung, kencing manis (-), Kolesterol (-),
KELUARGA
Penyakit Ginjal (-), Penyakit Jantung (-).
- Pasien adalah PNS di kantor Hukum dan HAM, pasien terbiasa duduk dalam
waktu yang lama selama di kantor
RIWAYAT SOSIAL DAN - Pasien sudah menikah
KEBIASAAN - Merokok (-)
- Meminum alkohol (-)
- Makan Pinang (-)
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis (GCS 15)
Tekanan Darah : 140 /80 mmHg
Denyut Nadi : 112 x/menit
  Pernapasan : 20 x/ menit
TANDA-TANDA Suhu Tubuh : 36.8oC
VITAL SpO2 : 98% spontan
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 161 cm
IMT : 28,93 (Obesitas)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kepala
Kepala : normocephal
Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm / 3 mm
Pemeriksaan Hidung
Serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), perdarahan (-/-)
STATUS Pemeriksaan Mulut
INTERNA Bibir tampak normal, bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
Pemeriksaan Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP meningkat (-)
Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Fisik
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas kanan: ICS 3 parasternal dextra
Punggung jantung: ICS 2 parasternal sinistra
Apex jantung : ICS 6 midclavicula
Auskultasi : Bunyi Jantung I – II reguler, mur-mur (-), gallop (-).
Abdomen
STATUS Inspeksi : Tampak cembung
INTERNA Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) 3-4x/menit normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitasbawah : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2 detik
Genitalia : tidak diperiksa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nervus Cranial :
N. I (Olfaktorius) : Anosmia (-/-)
STATUS NEUROLOGIS Motorik :   N.II (optikus) : Refleks Cahaya (+/+) visus (normal) lapang pandang
  5 5
  (normal)
  4 3 N.III (Occulomotorius) : Ptosis (-/-)
  N.IV (Trochlearis) : Gerakan bolamata (+/+)
Kesan : Paraparese N.VI (Abdusen) Kesan (+/ +)
inferior N.V ( Trigeminus) :
  Cabang 1 (Ophtalmicus)
Cabang II (Maxillaris) DBN
Sensorik : normal
Cabang III (Mandibularis)
N.VII (Fascialis) : DBN
N.VIII (Vestibulocochlearis) : fungsi pendengaran +/+, gangguan keseimbangan(-)
N. IX (Glossopharingeus) : DBN
N.X (Vagus) : DBN
N.XI (accesorius) : DBN
N.XII (Hypolgsossus) : DBN
Pemeriksaan Fisik
Rangsang Meningeal
• Kaku Kuduk (-)
• Laseque (tidak terbatas / tidak terbatas)
• Kerni’g (tidak terbatas / tidak terbatas)
• Brudzinski I, II,III (-/-)

Refleks Fisiologis
• Biseps ++/++
• Triseps ++/++
• Patella sulit dinilai
• Achiles ++/++
Rangsang Patologis
• Babinski -/-
• Chaddock -/-
• Oppenheim -/-
• Gordon -/-
• Schaefer -/-
• Hoffman -/-
• Trommer -/-
Laboratorium Pemeriksaan Penunjang
HASIL
NILAI RUJUKAN
23/12/2020 27/12/2020 01/01/2021 02/01/2021 6/01/2021 8/01/2021
HGB 13.3- 16.6 g/dL 4,3 10,0 9,0 9,1 8,2 7,5
HCT 41.3 – 52.1 % 12,9 30,0 27,6 27,5 25,4 23,6
Leukosit 3.5 - 10.0 x 10^3/uL 8,18 11,14 6,94 7,29 4,99 6,30
Trombosit 140 – 400 x 10^3/uL 93 155 102 112 103 94
Eritrosit 3.69 – 5.46 10^6/uL 1,69 3,77 3,40 3,44 3,12 2,99
Eo 0.6 – 5.4 % 0.5 1,5 2,2 1,2 2,4 -
Baso 0.3 – 1.4 % 0.2 0,4 0.9 0,5 0,6 -
Neut 39.8 -70.5 % 94,6 75,2 64,1 79,8 77,8 79,2
Lymph 23.1 – 49.9 % 3,2 10,0 16,1 9,6 9,0 11,8
Mono 4.3 – 10.0 % 1,5 12,9 16,7 8.9 10,2 9,0

NLR <3,13 29,56 7,52 3,98 8,31 8,64 6,71


DDR Neg Negatif     Negatif    
GDS ≤ 140 mg/dL 102   128      
GDP 70-100 mg/dl -          
SGOT ≤ 50 U/L 190,5 13.3 26.4      
SGPT ≤ 50 U/L 108,6 19.0 29.0      
BUN 7 – 18 mg/dL 42,4 22.5 17.9      
Creatinin <= 0.95 mg/dL 8,46 1.62 1.60      
Albumin 3.5 – 5.2g/ dL 2,9     2,6    
Na+ Darah 135 – 148 mEq/L 130,70 127.80 133.50      
K+ Darah 3.50 – 5.30 mEq/L 3,24 3.82 3.75 3,97    
Cl Darah 98 - 106 mEq/L 103,80 113.20 108.50 106,90    
Calcium Ion 1.15 – 1.35 mEq/L 1.35 1.09 1.18 1,16    
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
24/12/2021
URINALISA Nilai Rujukan   Hasil
Warna Kuning muda/kuning Kuning
pH 4,6-8,5 7,5
Berat Jenis 1005-1030 1,015
Protein Negatif (mg/dL) +2
Glukosa Negatif (mg/dL) +2
Urobilin Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Nitrit Negatf Negatif
Keton Negatif   Negatif
Leukosit Negatif   Negatif
Esterase Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Sedimen Urin    
Leukosit 0 (/lpb) 2-3
Eritrosit 0 (/lpb) +2
Epitel 0 (/lpb) +1
Bakteri 0 (/lpb) +1
Silinder 0 (/lpb) 0
Kristal 0 (/lpb) 0
Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen Thorax (24 Desember 2020)


Pemeriksaan Penunjang

Foto Rontgen Vertebra Lumbo Sacral Ap/Lat (4


Januari 2021)

Kesan :
Para spinal muscle spasme Spondilisis Lumbalis
Spondilolisthesis VL5 terhadap VS1 ke anterior grade I
Pemeriksaan Penunjang

Foto CT Scan Vertebra Lumbosacral


(8 Januari 2021)
Pemeriksaan Penunjang

Kesan :
• Destruksi corpus VL 4
end plate inferior dan
VL 5 end plate superior
• Discuss intervertebralis
menyempit VL4-VL5
• Spondilolisthesis VL4
terhadap VL5
Diagnosis Banding


Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

Diagnosis Klinis


Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5, Spondylolisthesis lumbal L4-L5

Tatalaksana (06/01/2021 – 11/01/2021)


Terapi Sp. S

Inj. Ketorolac 2 x 30 mg (IV)

Tramadol 2 x 50 mg (PO)

Dexamethason 2 x 0,5 mg (PO)

Terapi lain sesuai TS Sp. PD

Konsul Sp. OT

Konsul Sp. KFR

Terapi Sp. PD

IVFD NaCl 0,9% 200 cc + Furosemid 6 amp/24 jam

Inj. Ceftriaxon 1 x 2 gr (iv)

Inj. Ranitidin 2 x 25 mg (iv)

Amlodipin 1 x 10 mg (PO)

Valsartan 1 x 80 mg (PO)

Natrium Diclofenac 3 x 25 mg (PO)

VTD 3 x 1 (PO)

Vit. B Complex 2 x 1 (PO)

Vit. C 2 x 250 mg (PO)

Transfusi PRC
Prognosis


Disease : dubia

Disability : dubia

Discomfort : dubia
FOLLOW
FollowUP RUANGAN
Up Ruangan
Hari/ Planning
Tanggal (Terapi Medikamentosa)
06/01/2021  Inj. Ketorolac 2 x 30 mg (IV)
(HP 14)  Tramadol 2 x 50 mg (PO)
HP 1 rawat bersama Sp. S  Dexamethason 2 x 0,5 mg (PO)
 Terapi lain sesuai TS Sp. PD
 Konsul Sp. OT
 Konsul Sp. KFR

07/01/2021  Terapi lanjut


(HP 15)  Terapi lain sesuai TS Sp. PD
HP 2 rawat bersama Sp. S
08/01/2021  Terapi lanjut
(HP 16)  Terapi lain sesuai TS Sp. PD
HP 3 rawat bersama Sp. S
09/01/2021  Terapi lanjut
(HP 17)  Terapi lain sesuai TS Sp. PD
HP 4 rawat bersama Sp. S

11/01/2021  Terapi lanjut


(HP 17)  Terapi lain sesuai TS Sp. PD
HP 6 rawat bersama Sp. S  Alih rawat Sp. OT
PEMBAHASAN
Pembahasan
Bagaimana mendiagnosis Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5, Spondylolisthesis lumbal
L4-L5 pada pasien ini ?

Aktual: Teori:

• Pada anamnesis: didapatkan keluhan nyeri punggung bawah anamnesis


yang menjalar ke kedua tungkai sejak 6 bulan SMRS. Pasien juga ◦ Nyeri punggung bawah (low back pain)
mengeluhkan kesulitan mengerakkan kaki kiri dan kanan sejak 6 ◦ Adanya penjalaran dari nyerinya
bulan SMRS. Pasien mengaku hanya dapat berbaring dan ◦ Kelemahan motorik
dibantu untuk melakukan aktivitas sehari hari. Nyeri tulang
◦ Adanya perubahan postur tubuh, cara duduk dan
belakang diperburuk jika pasien merubah posisi tubuh atau posisi
berdiri, kesulitan ketika berdiri setelah duduk atau
duduk dalam waktu yang lama. Awal gejala nyeri dirasakan pada berbaring
saat pasien bangun tidur.
◦ ada gangguan sensasi (seperti : kesemutan, baal,
Riwayat hipertensi tak terkontrol (+), kencing manis (-), penyakit dan rasa terbakar) dan gangguan dalam berkemih
jantung (-), Penyakit ginjal (+) sejak 2019, kolesterol tinggi (-), asam ataupun defekasi.
urat (-), riwayat trauma tulang belakang (-).
Pembahasan

Bagaimana mendiagnosis Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,


Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Aktual: Teori:
• Status neurologi pasien : Pemeriksaan Status Neurologis
Motorik : 5 5  Gangguan sensorik (hipesthesia atau
hiperesthesia).
4 3
 Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan
Kesan : Paraparese Inferior
otot, atrofi, fasikulasi, spasme otot).
• Sensoris normal
 Perubahan reflex, menjadi hiporefleks
• Pemeriksaan Nervus Kranial : DBN ataupun arefleks
• Refleks Fisiologis : Normal
• Refleks Patologis : -
Pembahasan
Bagaimana mendiagnosis Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Aktual: Teori:
Pada pemeriksaan penunjang : ◦ Pada pemeriksaan CT Scan/ MRI didapatkan
kelainan diskus intervertebra
• CT Scan Lumboscral didapatkan kesan :
• Destruksi corpus VL 4 end plate inferior dan
VL 5 end plate superior
• Discuss intervertebralis menyempit VL4-
VL5
• Spondilolisthesis VL4 terhadap VL5
Pembahasan
Bagaimana mendiagnosis Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Radikulopati ec Hernia Nucleus Pulposus

 Hernia nucleus pulposus terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang (nucleus pulposus) bergeser dan
menonjol sehingga menekan saraf tulang belakang.

 Kebanyakan terjadi di antara vertebra L5-S1.

 Penyebabnya kebanyakan dipengaruhi oleh genetik dibandingkan karena kebiasaan penyebab lainnya bisa
karena trauma.

 Nyeri pada HNP dideskripsikan seperti tersetrum dan nyeri tajam.

 HNP dapat dibedakan dengan spondylolisis dan spondylolisthesis dengan pemeriksaan penunjang yaitu CT
Scan/MRI
Pembahasan

Bagaimana Tatalaksana Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,


Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Teori Aktual
Terapi Non Farmakologis : Pasien ini dikonsulkan ke Sp. KFR untuk
Nyeri Kronik penanganan fisioterapi lebih lanjut
 Modulasi nyeri (akupunktur atau modalitas
termal)
 Latihan kondisi otot
 Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan
aktivitas
Pembahasan
Bagaimana Tatalaksana Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Teori Aktual

Terapi Farmakologis : Pada pasien ini dengan


diberikan analgesic VAS 5-6 diberikan obat:
dapat berupa NSAID, • tramadol 2 x 5 mg
opioid sesuai keluhan (PO) merupakan
nyeri. golongan Opiod
• injeksi ketorolac 2 x 30
mg (iv) merupakan
golongan NSAID
Pembahasan
Bagaimana Tatalaksana Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Tramadol Tramadol atau lengkapnya tramadol hydrochloride (HCl)  sebagai analgesik golongan opioid, dan
bekerja terutama karena efek metabolit O-desmethyltramadol (M1). Tramadol telah terbukti
menghambat reuptake norepinefrin, serotonin, dan meningkatkan pelepasan serotonin untuk
mempengaruhi respon dan persepsi terhadap nyeri.

Ketorolac Ketorolac adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan. Ketorolac merupakan obat
golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Ketorolac bekerja dengan cara menghambat produksi
senyawa kimia yang bisa menyebabkan peradangan dan rasa nyeri. Ketorolac tidak menimbulkan
ketergantungan. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan
obat pereda nyeri lain, termasuk obat pereda nyeri golongan opioid.

Dexamethason Dexamethasone di gunakan untuk mengobati peradangan, dan menekan kerja sistem imun.
Dexamethasone bekerja dengan cara mencegah aktivasi pelepasan zat-zat tertentu di dalam
tubuh yang dapat menyebabkan reaksi peradangan.
Pembahasan
◦ Apa saja faktor risiko Radikulopati lumbal ec Spondylolisis lumbal L4-L5,
Spondylolisthesis lumbal L4-L5 pada pasien ini ?

Aktual Teori
• Pasien termasuk obesitas dengan BB : 75 kg, TB : • Umur, lansia memiliki risiko lebih tinggi
161 cm (IMT : 28,93)
• Kegemukan (obesitas)
• Pasien memiliki kebiasaan duduk dengan posisi
tubuh condong ke depan dalam waktu yang lama • Pekerjaan yang sering membungkuk
selama bekerja di kantor • Riwayat trauma tulang belakang
• Riwayat keluarga.
KESIMPULAN
Do you need
an online  Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
doctor now?
gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang
dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan
bersifat dermatomal

 Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah


lumbar yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf
lumbal.

 Maniestasi klinis radikulopati lumbal yaitu adanya Nyeri punggung


bawah (low back pain), penjalaran dari nyerinya, nyeri dirasakan lebih
berat bila penderita sedang duduk atau akan berdiri, kelemahan
motorik, gangguan sensasi (seperti : kesemutan, baal, dan rasa
terbakar)
KESIMPULAN
Do you need
an online  Pada pemeriksaan Fisik dapat didapatkan gangguan sensorik,
doctor now? motorik dan pemeriksaan laseque test (+) atau nerve pressure sign (+)
 Dalam meneggakan diagnosa diperlukan pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan Laboratorium, Rontgen, CT/Scan / MRI, Myelografi,
NCS dan EMG.

 Tatalaksana pada radikulopati lumbal adalah non farmakogis,


farmakologis (NSAIDs, Tricyclic Antidepressants, Muscle Relaxan,
Analgesik, invasif non bedah dan bedah.

 Pencegahan Lakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari dengan baik


dan benar, menghindari aktivitas fisik yang berat mempertahankan
berat badan ideal agar tidak membebani tulang belakang,
menghindari pemakaian sepatu yang bertumit tinggi
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai