Stone and Cast Stone
Stone and Cast Stone
BANGUNAN
ROMZI AMMAR
Magma Chamber
granit
•Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai
bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa
dasar dari batuan.
Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu :
A. Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, yaitu batuan beku di mana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin
adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat
permukaan.
Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri
dari massa kristal.
Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin
banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari
tubuh batuan.
B. Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku, Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik/fanerokristalin
Afanitik
C. Bentuk Kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi
bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua
dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi yang lain.
Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
•Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar
klasifikasinya.
1. Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya
Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
•Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
•Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
•Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis
batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.
2. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2
Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
•Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit, granit
dan dasit.
•Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah
andesit dan diorit.
•Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah basalt dan
gabro.
•Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah
peridotit, dunit, dan komatiit.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna[sunting | sunting sumber]
Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
Batuan leukokratik, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
Batuan mesokratik, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
Batuan melanokratik, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:
Holofelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsik, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
2.Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada
kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari
batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan
kemudian lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya
diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan,
membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian
terkompaksi, mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan
sedimen.Batuan sedimen meliputi 75% dari permukaan bumi.
Diperkirakan batuan sedimen mencakup 8% dari total volume kerak bumi.