DEFINISI ETIOLOGI
Konstipasi merupakan kesulitan dalam Penyebab umum dari konstipasi adalah :
pengeluaran tinja lebih dari 2 minggu, yang 1. Tidak cukup cairan atau dehidrasi
konsistensi tinja bersifat keras, kering, dan 2. Mengabaikan dorongan untuk buang air
kecil yang dapat menyebabkan nyeri ketika besar
dikeluarkan (Loka, Sinuhaji, & Yudiyanto, 3. Perubahan hidup dan rutin seperti
2014). kehamilan, penuaan
4. Efek samping obat-obatan
5. Penyakit atau kondisi tertentu
6. Tidak cukup serat
7. Aktivitas fisik
Patofisiologi
Proses normal defekasi diawali dengan teregangnya dinding rektum. Regangan tersebut menimbulkan refleks
relaksasi dari sfingter anus interna yang akan direspons dengan kontraksi sfingter anus eksterna. Upaya menahan tinja ini
tetap dipertahankan sampai individu mencapai toilet. Untuk proses defekasi, sfingter anus eksterna dan muskulus
puborektalis mengadakan relaksasi sedemikian rupa sehingga sudut antara kanal anus dan rektum terbuka, membentuk
jalan lurus bagi tinja untuk keluar melalui anus. Kemudian dengan mengejan, yaitu meningkatnya tekanan abdomen dan
kontraksi rektum, akan mendorong tinja keluar melalui anus. Pada keadaan normal, epitel sensorik di daerah anus-rektum
memberitahu individu mengenai sifat tinja, apakah padat, cair, gas, atau kombinasi ketiganya (Juffrie, 2009).
Kurangnya asupan serat, kurang minum dan meningkatnya kehilangan cairan merupakan faktor penyebab
konstipasi. Berkurangnya aktivitas fisik pada individu yang sebelumnya aktif merupakan predisposisi konstipasi,
misalnya pada keadaan sakit, pasca bedah, kecelakaan atau gaya hidup bermalas-malasan. Stres dan perubahan aktivitas
sehari-hari dapat mengubah frekuensi defekasi, seperti liburan, berkemah, masuk sekolah kembali setelah liburan,
ketersediaan toilet dan masalah psikososial, dapat menyebabkan konstipasi (Loka et al., 2014). Penyebab tersering
konstipasi adalah menahan defekasi
MANIFESTASI KOMPLIKASI
KLINIS
Orang yang mengalami konstipasi umumnya
mengalami gejala meliputi : Walaupun konstipasi hanya sekedar mengganggu
1. Susah buang air besar untuk kebanyakan lansia, tetapi untuk sebagian kecil
2. Feses keras atau kering dapat berakibat komplikasi yang serius, misalnya
impaksi tinja. Impaksi tinja merupakan akibat dari
3. Sakit perut dan terasa mual
terpaparnya tinja pada daya penyerapan dari kolon
4. BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu dan rektum yang berkepanjangan. Tinja dapat
5. Perut terasa kencang, keras, penuh, atau menjadi sekeras batu, baik di rektum (70%),
padat sigmoid (20%), maupun kolon bagian proksimal
6. BAB berdarah atau keluar darah setelah (10%). Volvulus daerah sigmoid juga sering terjadi
buang air besar, serta tidak puas setelah sebagai komplikasi dari konstipasi. Mengejan
buang air besar atau merasa ada yang berlebihan dalam jangka waktu lama pada pasien
dengan konstipasi juga dapat mengakibatkan
tersumbat
prolaps rektum (Rahayu dan Pranarka, 2014; Roque
and Bouras, 2015).
PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN
Tatalaksana konstipasi pada lansia sebagai berikut : PENUNJANG
1. Nonfarmakologis Beberapa pemeriksaan penunjang yang meliputi :
a. Latihan usus besar
b. Diet 1. Tes darah, untuk memeriksa kadar hormon dalam tubuh,
c. Olahraga seperti hormon tiroid.
2. Farmakologis 2. Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus dan rektum
Dapat diberikan obat pencahar untuk mengatasi dengan alat kolonoskop, seperti penyumbatan dalam
konstipasi pada lansia. Terdapat empat golongan obat usus.
pencahar, yaitu : 3. Manometri anorektal, untuk mengetahui koordinasi otot
a. Obat yang memperbesar dan melunakkan massa tinja, yang menggerakkan anus.
antara lain sereal, metil selulosa, dan psilium. 4. Defacography atau foto Rontgen rektum dengan barium,
b. Obat yang melunakkan dan melicinkan tinja. untuk mengetahui masalah pada fungsi dan koordinasi
Contohnya, minyak kastor dan golongan dokusat. otot pada rektum.
c. Obat golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga 5. MRI defacography, sama dengan defacography namun
cukup aman untuk digunakan, misalnya pada pasien menggunakan teknologi MRI
gagal ginjal. Contohnya, sorbitol dan laktulosa. 6. Tes pendorong balon, untuk mengukur lamanya balon
d. Gliserin yang merangsang peristaltik, sehingga berisi air, yang sebelumnya dimasukkan melalui dubur,
meningkatkan motilitas usus besar. Contohnya, untuk dikeluarkan dari rektum, sehingga dapat
bisakodil dan fenolftalein (Rahayu dan Pranarka, 2014; diperkirakan berapa lama seseorang buang air besar.
Roque and Bouras, 2015).
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KONSTIPASI
A.Pengkajian 3. Riwayat keperawatan
Meliputi nama, umur (Pada lansia sering terjadi pada Kondisi dirasakan mengganggu akibat frekuensi BAB ya
kurang dari 2 sampai 3 kali dalam seminggu, disertai nyeri pa
usia lanjut 60 tahun ke atas), jenis kelamin, agama,
daerah anus atau rektum, pengeluaran feses yang keras, su
status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat,
dikeluarkan dan mengejan yang keras.
pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit keluarga
2. Keluhan utama
dapat meliputi riwayat penyakit keturunan misalnya DM, kank
Pada klien dengan konstipasi umumnya datang dengan
kelainan saraf
keluhan perutnya keras atau nyeri pada daerah anus
c. Riwayat penyakit terdahulu
serta merasa kesulitan saat BAB.
Pola defeksi, gaya hidup, akses ke fasilitas toilet selama beke
dan rekreasi, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, riwa
pengonsumsian obat serta stress dan riwayat pembedahan massa
4. Pola pola Kesehatan d. Pola tidur dan istirahat
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat gangguan pola tidur mungkin munculakibat sering terbangun
kesehatan dan kebersihan sehari-hari, persepsi klien tentang e. Pola personal hygiene
kesehatan yang sesungguhnya.
Biasanya pada klien dengan konstipasi tidak terdapat masalah pada
b. Pola nutrisi dan metabolism personal hygiene
Pola nutrisi hal ini berkaitan dengan kebiasan makan dari f. Pola aktivitas
pasien, apakah punya kebiasaan memiliki pola makan yang
pengkajian untuk menentukan tingkat kemampuan pasien dalam
tidak teratur, makan makanan rendah serat, dan ada atau
melakukan aktivitas sehari-hari (0 :mandiri,1 :dengan alat
tidaknya penurunan nafsu makan dan mual muntah yang
bantu,2 : dibantu orang lain,3 : dibantu orang laindan alat ,4:
biasanya timbul oleh karena rasa penuh pada daerah perut
bergantung total).
c. Pola eliminasi
g. Pola hubungan dan peran
Frekuensi BAB maupun berkemih,
● Ada atau tidaknya hambatan dalam komunikasi,
warna,konsistensi BAB, kemampuan dalam
kedekatan hubungan dengan anggota keluarga yang lain
defekasi secara mandiri atau dengan bantuan,
1) Kepala
h. Pola sensori dan kognitif
Inspeksi: kulit kepala; warna, bekas lesi, bekas traum
meliputi pengkajian terhadap penglihatan, pendengaran,
hipopigmentasi. Rambut; warna, bentuk rambut, kulit kepala, bo
pengecap dan senses terhadap rasa tertentu
simetris pada pria, rambut kering atau lembab, rapuh, mudah ront
i. Pola penanggulangan stress
Palpasi : kulit kepala; ukuran lesi, benjolan atau tidak, nyeri tek
Biasanya tidak ada masalah dalam penanggulangan stress
atau tidak.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
2) Mata
usaha klien dalam menjalankan nilai-nilaikepercayaan yang
Inspeksi: kesimetrisan, warna retina, kepekaan terhadap cahaya a
dianutnya.
respon cahaya, anemis atau tidak pada konjungtiva, sklera icte
5. Pemeriksaan fisik atau tidak. Ditemukan strabismus, riwayat katarak atau tid
penggunaan alat bantu penglihatan atau tidak
a. Status kesehatan umum
3) Hidung
● Kesadaran klien biasanya composmentis, keletihan
umum, tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, Inspeksi: Kesimetrisan, kebersihan ada tidaknya sekret, pol
dan terasa berat sehingga malas mengerjakan sesuatu. terdapat perdarahan atau tidak, .
Serta terdapat pemeriksaan tanda tanda vital, BB dan
7) Paru – paru
4) Mulut
Inspeksi: bentuk dada normal
Inspeksi: Kesimetrisan bibir, warna, dan kelembaban serta
karakteristik permukaan pada mukosa mulut dan lidah. Jumlah Palpasi : adanya tonjolan-tonjolan abnormal, ada nyeri tekan a
gigi, gigi yang karies dan penggunaan gigi palsu, adanya tidak,
kesulitan mengunyah dan menelan.
Perkusi : Sonor atau tidak.
5) Telinga
Auskultasi: Vesikuler atau ada suara tambahan wheezing dan rinch
Inspeksi: permukaan bagian luar daerah tragus dalam keadaan
8) Jantung : IC tidak tampak, IC teraba di ICS V midklavik
normal atau tidak. Kaji struktur telinga dengan otoskop untuk
sinistra, pekak, suara jantung tunggal. Inspeksi: Ictus Cordis tid
mengetahui adanya serumen, otorhea, obyek asing dan lesi.
tampak Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V midklavikula sinis
6) Leher Perkusi : Terdengar pekak
Inspeksi: pembesaran kelenjar thyroid, pembesaran kelenjar Auskultasi: Kaji bunyi S1, S2, S3 dan S4 murmur dan gallop
tiroid terhadap masa simetris tak tampak pada saat menelan.
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Tanggal MRS : 24 Mei 2021
Tanggal pengkajian : 24 Mei 2021
Nama klien : Ny. Wt
Umur : 65 Tahun
Alamat : Jl. Pacar kembang
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
2. Keluhan utama
klien mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB.
3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya klien bisa BAB dua hari sekali. Sejak saat itu
klien tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya.
b. Riwayat penyakit keluarg
Klien mengatakan keluarga tidak ada penyakit keturunan seperti DM atau Hipertensi.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit: klien tidak pernah rawat inap di rumah sakit sebelumnya karena tidak pernah mengalami penyakit
parah
Riwayat operasi: klien belum pernah dioperasi
Riwayat alergi: klien mengatakan tidak ada alergi