Anda di halaman 1dari 59

KUALITAS AIR

Wahyu Setyaningsih, MT
NIP. 197912222006042001
Penyebaran Airtanah secara Vertikal
(Tolman, 1937)
KUALITAS AIRTANAH
• Airtanah terbentuk di daerah imbuh dan mengalir ke daerah luahnya
melalui pori batuan penyusun akuifer.
• Selama proses transportasi, airtanah melarutkan mineral batuan
yang dilaluinya dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
• Mutu airtanah dari satu tempat ke tempat lain sangat beragam
tergantung dari jenis batuan di mana airtanah tersebut meresap,
mengalir, dan berakumulasi, serta kondisi lingkungan.

Airtanah memiliki nilai kuantitas dan kualitas

• Kuantitas airtanah
Jumlah kandungan airtanah atau potensi airtanah pada wilayah
tertentu
• Kualitas airtanah
Kandungan yang terdapat di dalam airtanah tersebut.
Menurut Putra (2002), kualitas airtanah ditentukan oleh 3 sifat utama
yaitu:
a. Sifat fisik
• Warna pada airtanah dapat disebabkan karena zat-zat yang terkandung
di dalamnya baik berupa suspensi maupun terlarut.
• Bau disebabkan oleh zat atau gas beraroma yang terkandung di dalam air
• rasa disebabkan adanya garam atau zat lain.
• Kekentalan dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung dalam air.
Semakin banyak partikel akan semakin kental.
• Kekeruhan dipengaruhi oleh zat-zat yang dikandung tetapi tidak
terlarutkan
• suhu dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya seperti musim, cuaca, tempat
atau lokasinya.
b. Sifat Kimia
1. Derajat keasaman (pH),
2. Zat organik, seperti:
kalium permanganat(KMnO4), CO2, calcium (Ca),
magnesium (Mg), besi (Fe), mangaan (Mn), tembaga Cu),
zink (Zn), chlorida (Cl), sulfat (SO4), sulfida (H2S),
fluorida (F), amonia (NH3+), nitrat (NO3-), nitrit (NO2-),
phenolik (Phenol), arsen (As), timbal (Pb), selenium (Se),
chromium (Cr), cyanida (CN), cadnium (Cd), air raksa (Hg),dsb

3. BOD dan COD


4. Kesadahan
5. Jumlah garam terlarut (total dissolved solids)
6. Daya hantar listrik (electric conductance)
7. Kandungan ion. dsb.
c. Sifat Biologi (Bakteriologi)

• Kandungan biologi dalam air terutama adalah bakteriologi.


• Air permukaan mengandung berbagai macam organisme
hidup, sedangkan pada airtanah biasanya lebih bersih, karena
proses penyaringan oleh akifer.
• Jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air
meliputi makroskopik, mikroskopik dan bakteri. Spesies
organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata
telanjang, sedangkan organime mikroskopik memerlukan alat
bantu mikroskop.
• Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil dimana
spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat
bantu mikroskop. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit
adalah bakteri pathogen, sedangkan yang tidak
membahayakan bagi kesehatan disebut non-pathogen. Bakteri
non pathogen yang hidup dalam usus binatang berdarah panas
adalah Escherichi Coli (colon bacilli atau coliform). Bakteri ini
biasanya mengeluarkan tinja, sehingga keberadaanya di dalam
air dapat dijadikan indikasi keberadaan bakteri pathogen.
Standart Kualitas Airtanah untuk Air Minum
• Air bersih untuk dapat diminum harus aman, sehat, tidak berwarna,
tidak berbau, dengan rasa yang segar.
• Air yang aman atau sehat tidak sama dengan air murni.
• Air murni berupa air suling tidak berasa.
• Rasa air berasal dari terlarutnya garam mineral atau bahan
campuran lain.
• Kualitas air minum harus lebih tinggi dari pada kualitas air bersih
• Syarat air minum antara lain harus baik secara fisik (tidak
mengganggu panca indera), harus baik secara kimia (tidak
mengandung zat beracun) dan bebas dari bibit penyakit.
• Pedoman Standart Kualitas Air
1. Parameter Air Bersih dan Kadar Maksimum yang Diperbolehkan
menurut Permenkes RI No.416/1990,
2. Peraturan Tentang Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran
Air menurut Peraturan Pemerintah No. 82, Tanggal 14
Desember tahun 2001,

• Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu


• Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu
pengolahan
• Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan
• Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA
Table 4.2. Standart for Drinking Water and Aquatic Organism Life
(UNESCO/WHO/UNEP, 1992)
Drinking Water Aquatic Organism Life
Parameter
WHO EC Kanada USA EC Kanada
Physical Parameters            
1. Colour (Pt.Co) 15 20 15 15 - -
2. Total Dissolved Solids
(mg/liter) 1,000 - 500 500 - -
3. Total Solve Solids (mg/liter) - - - - 25 -
4. Turbidity (NTU) 5 4 JTU 5 5-Jan - -
             
Chemical Parameters            
5. pH 6,5-8,5 6,5-8,5 6,5-8,5 6,5-8,5 6,0-9,0 6,5-9,0
6. Oksigen (mg/liter) - - - - 5,6-9,0 5,0-9,0
7. Hardness (mg/liter CaCO3) 500 - - - - -
8. Amonium-nitrogen (mg/liter) - - - - 0,005-0,025 1,37-2,2

            (Total NH3)

9. Amonium (mg/liter) - 0.5 - - 0,04-1,0 -


10. Nitrat-nitrogen (mg/liter) 10 - 10 10 - -
11. Nitrat (mg/liter) - 50 - - - -

12. Nitrit-nitrogen (mg/liter) - - 1.0 - - -

13. Nitrit (mg/liter) - 0.1 - - 0,01-0,03 0.06

14. Fosfor (mg/liter) - 5.0 - - - -

15. BOD (mg/liter) - - - - 3,0-6,0 -

16. Natrium (mg/liter) 200 150-175 - - - -

17. Klorida (mg/liter) 250 25 250 250 - -

18. Sulfat (mg/liter) 400 25 500 250 - -

19. Sulfida (mg/liter) - - 0.05 - - -

20. Fluorida (mg/liter) 1.5 0,7-1,5 1.5 2.0 - -

21. Boron (mg/liter) - 1.0 5.0 - - -

22. Sianida (mg/liter) 0.1 - 0.2 - - 0.005


Renik Elements (trace)            

23. Aluminium (mg/liter) 0.2 0.2 - - - 0,005-0,1

24. Arsen (mg/liter) 0.05 0.05 0.05 0.05 - 0.05

25. Barium (mg/liter) - 0.1 1.0 1.0 - -

26. Kadmium (mg/liter) 0.005 0.005 0.005 0.01 - 0,0002

27. Kromium (mg/liter) 0.05 0.005 0.05 0.05 - 0,02-0,002

28. Kobalt (mg/liter) - - - - - -

29. Copper (mg/liter) 1.0 0.1 1.0 1.0 0,005-0,112 0,002-0,004

30. Fe (mg/liter) 0.3 0.3 0.3 0.3 - 0.3

31. Pb (mg/liter) 0.05 0.05 0.05 0.05 - 0,001-0,007

32. Mn (mg/liter) 0.1 0.05 0.05 0.05 - -

33. Merkuri (mg/liter) 0.001 0.001 0.001 0.002 - 0.0001

34. Nikel (mg/liter) - 0.05 - - - 0,025-0,15

35. Selenium (mg/liter) 0.01 0.01 0.01 0.01 - 0.001

36. Zinc (mg/liter) 5.0 0,1-3,0 5.0 5.0 0,03-2,0 0.03


Organic Contaminan            

37. Oil and Oil Product (mg/liter) - 0.01 - - - -

38. Pestisida (mg/liter) - 0.5 0.1 - - -

39. Aldrin dan Dieldrin (g/liter) 0.03 - 0.7 - - 4 ng/liter

40. DDT (g/liter) 1.0 - 30.0 - - 1 ng/liter

41. Lindane (g/liter) 3.0 - 4.0 0.4 - -

42. Methoxychlor (g/liter) 30 - 100 100 - -

43. Benzene (g/liter) 10 - - 5.0 - 300

44. Hexachlorobenzena (g/liter) 0.01 - - - - -

45. Pentachlorofenol (g/liter) 10 - - - - -

46. Fenol (g/liter) - 0.5 2.0 - - 1.0

47. Detergent (mg/liter) - 0.2 - 0.5 - -

Biological Parameters            

48. Faecal Coliforms (Jumlah per 100


ml) 0 0 0 - - -

49. Coliforms( per 100 ml)


0-10 - 10 1 - -
Kualitas Air pada Berbagai Sifat Batuan

• Airtanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk ke dalam


tubuh tanah.
• Mula-mula pada horizon A yang kaya akan bahan organik bereaksi
dengan O2 yang berasal dari atmosfer atau dari tanah itu sendiri
akan menghasilkan CO2, CO2 bereaksi dengan H2O menghasilkan
H2CO2.
• Air yang mengandung H2CO2 akan bereaksi dengan mineral-mineral
tanah pada horison B yang kaya oksida besi, lempung dan humus,
melalui proses bio-kimia dan hidrokimia akan merupakan sumber
keasaman.
• Perkembangan ion pada airtanah tergantung pada “mineral
availability’dan “mineral solubility”. Hubungan antara ion penyusup
airtanah dengan mineral menurut Davis dan De Wiest sebagai
berikut :
1. Kalsium, diperoleh dari batuan endapan laut yang kaya akan mineral kalsit,
dolomit, aragonit, anhidrit, gips atau dari pelapukan batuan beku dan batuan
ubahan seperti mineral apatit, wolastonit, fluorit, feldspar, amfibol, piroksen
dan sebagainnya.
2. Magnesium, diperoleh dari mineral dolomit, olivin, biotit, hornblende, augit,
serpentin, talk, diopsid, tremolit.
3. Natrium, diperoleh dari pelapukan mineral plagioklas, mineral lempung,
nefelin, sodalit, natrolit, glaukopan.
4. Kalium, diperoleh dari pelapukan mineral ortoklas, mikroklin, biotit, leusit,
silvit, niter
5. Besi dan mangan diperoleh dari pelapukan mineral piroksen,
amfibol, magnetit, pirit, mineral lempung.
6. Klorida, terutama berasal dari air laut purba yang terjebak pada
waktu pengendapan terbentuk, mineral hasil evaporasi, penyusupan
air laut, mineral sodalit, apatit, mika, hornblende.
7. Sulfat, diperoleh dari endapan evaporasi atau dari oksidasi mineral
pirit, markasit, dan gas-gas pada daerah vulkanik.
8. Bikarbonat, karbonat berasal dari karbon dioksida yang berasal dari
atmosfer, tanah atau dari pelarutan batuan karbonat.
9. Nitrat dapat berasal dari bahan-bahan organik atau sebagai hasil
akhir stabilisasi aerobik zat-zat yang mengandung nitrogen organik.
10. Silika, diperoleh dari mineral kwarsa dan berbagai mineral lempung
dan mineral silikat. Pada batuan vulkanik, batuan beku kadar silika
pada airtanah umumnya tinggi.
INTRUSI AIR LAUT
1. Kondisi Akuifer di Daerah Dataran Pantai

Pantai adalah daerah yang terletak di tepi laut yang dibatasi oleh permukaan air
laut pada waktu surut dan waktu pasang(Lobeck, 1939).

Fetter, 1980, mengemukakan bahwa dataran pantai terdapat pada semua tepi
benua kecuali antartika.

Daerah dataran pantai kearah daratan (kontinental) dibatasi oleh dataran tingga
sedangkan daerah laut dibatasi oleh garis pantai (coast line).

Feeter (1980), mengemukakan sedimen dataran pantai mungkin dalam bentuk


lepas-lepas ataupun sudah menyatu.

Akuifer pada dataran pantai dicirikan oleh litologi pasir, pasir lanau serta
batugamping Diantara lapisan-lapisan akuifer tersebut terdapat lapisan lanau
dan lempung asal darat ataupun laut.

Ciri lain dari akuifer pantai adalah dijumpainya perubahan facies misalnya
interfingering /menjari.
Sedimen dan batuan sedimen dataran pantai dibentuk oleh endapan asal
darat/terestrial ataupun marine.

Sedimen dataran pantai diendapkan berdekatan atau menuju ke laut dangkal.


Karena kemiringan lapisan dataran pantai yang ke arah laut, maka pada
daerah pedalaman yang merupakan daerah pengisian airtanah kondisi
akuifernya dalam.

Pada kondisi normal di alam, airtanah mengalir ke arah laut pada bagian atas
akuifer bebas ataupun tertekan, sedangkan pada bagian bawah terdapat air
asin yang berasal dari laut yang masuk ke dalam akuifer.

Air tawar dan air laut mempunyai sifat terlarut sehingga zona pertemuan
antara keduanya berupa zona transisi.
3. Kualitas Airtanah di Daerah Pesisir Pantai
Selama proses perjalanan air, aliran airtanah cenderung mengubah secara
perlahan komposisi kimia airtanah dari hulu ke hilir mengarah pada komposisi
kimia air laut (Chebotarev, 1955). Karena itu komposisi kimia pada airtanah di
daerah pantai akan mendekati komposisi kimia air laut.
Kualitas airtanah di daerah pesisir pantai pada umumnya kurang bagus
karena daerah ini merupakan daerah buangan/discharge area yang airtanahnya
sudah mengalami perjalanan yang cukup panjang sehingga larutan mineralnya
cukup banyak. Selain itu kualitas airtanah didaerah ini akan sangat tergantung
pada daerah pengisiannya/recharge area jika kualitas airtanah pada daerah
pengisian buruk maka kualitas airtanah pada daerah pantai akan lebih buruk.
Jika selama mengalir airtanah mengalami pencemaran yang ditunjukkan
oleh perubahan sifat fisika, kimia maupun biologinya baik yang diakibatkan oleh
pengaruh manusia maupun lingkungan sekitar maka kemungkinan besar airtanah
daerah pesisir pantai juga akan mengalami pencemaran dengan tingkat yang lebih
membahayakan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa kualitas airtanah yang buruk
di daerah pesisir pantai disebabkan karena adanya intrusi air laut sebab
karakteristik utama penurunan kualitas air pada akuifer pantai adalah intrusi air
laut.
4. Intrusi Air Laut

Istilah intrusi air laut (sea water intrusion/encroachment) sebetulnya mencakup


hal yang lebih sempit dibandingkan pengertian dari istilah intrusi air asin
(saline/salt water).

Karena air asin tidak hanya berupa/berasal dari air laut. Air asin adalah semua air
yang mempunyai kadar kegaraman yang tinggi.

Tingkat kegaraman biasanya dicerminkan dari total kandungan zat terlarut (total
dissolved solids-TDS).

Airtanah tawar mempunyai TDS kurang dari 1000 mg/l. sementara airtanah
payau/asin TDS-nya lebih dari 1000 mg/l.

kandungan unsur CI- yang tinggi umumnya didapati pada air asin.

Air asin adalah pencemaran yang paling umum ke dalam airtanah.


Air asin di dalam akuifer dapat berasal dari :
(Journal Hydraulics, ASCE, 1969)
• Air laut di daerah pantai.
• air laut yang terperangkap dalam lapisan batuan
yang diendapkan selama proses geologi,
• Garam di dalam kubah garam, lapisan tipis atau
tersebar di dalam formasi geologi (batuan),
• Air yang terkumpul oleh penguapan di laguna,
empang atau tempat-tempat lain yang terisolasi,
• Aliran balik ke sungai dari lahan irigasi,
• Limbah asin dari manusia.
• Intrusi air laut adalah suatu peristiwa penyusupan air asin ke dalam
akuifer di mana air laut menggantikan atau tercampur dengan
airtanah tawar yang ada di dalam akuifer. Penyusupan ini akan
menyebabkan airtanah tidak dapat dimanfaatkan, dan sumur
terpaksa ditutup atau ditinggalkan.
• Berdasarkan pengertian tersebut serta asal air asin, maka intrusi air
laut adalah intrusi air asin yang berasal dari air laut, sehingga hanya
terjadi di daerah pantai.
• Sementara intrusi air asin dapat terjadi di mana saja, bahkan di
daerah pedalaman (inland).
• Intrusi sebenarnya baru akan terjadi karena adanya aksi, dalam hal
ini pengambilan airtanah.
• Intrusi adalah reaksi dari aksi tersebut, dan mengubah
keseimbangan hidrostatik alami antar muka (interface) airtanah
tawar dan air asin.
• Intrusi adalah proses masuknya air laut ke air tanah, karena air laut
mampu mendesak air tawar dan masuk ke dalam air tawar.
• Intrusi terjadi apabila air tanah banyak diambil keluar, sehingga air laut
mampu mendesak dan masuk ke dalam rongga-rongga air tanah.
• Wilayah pesisir dan pantai rawan akan gejala intrusi tersebut.
• Interface, merupakan batas antara air tawar dan air asin di dalam tanah,
batas ini berupa garis abstrak atau semu. Interface akan bergerak sesuai
dengan keseimbangan antara air tawar dengan air asin.
• Penyusupan air laut menuju akifer daratan pantai dapat terjadi karena
penurunan muka airtanah atau bidang pisometrik daerah pantai,
pemompaan air tanah yang berlebihan di daerah pantai, masuknya air laut
ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, dan sebagainya.
Intrusi air laut di daerah pantai dapat terjadi akibat :
• Penurunan muka air tanah atau bidang pisometrik di
daerah pantai.
• Pemompaan air tanah yang berlebihan di daerah pantai.
• Masuknya air laut kedaratan melalui sungai, kanal,
saluran, rawa, cekungan lainnya.

Hubungan antara air asin dengan air tawar di alam tidak


merupakan hubungan yang tegas tetapi diantaranya
terdapat zone transisi yang diakibatkan oleh dispersi
aliran air tawar sehingga zona ini sering disebut zona
dispersi. Pada zona dispersi salinitas airtanah meningkat
sebanding dengan kedalaman dan berbanding terbalik
dengan jarak lokasi dari garis pantai.
• Ghyben ilmuwan Belanda dan Herzberg ilmuwan
Jerman, sekitar 1889 dan 1901, secara sendiri-sendiri di
sepanjang dataran Pantai Laut Utara mengadakan
penyelidikan hubungan antara airtanah tawar dan air
asin. Keduanmya menemukan bahwa muka air asin
akan ditemui tidak pada ketinggian muka laut, namun
pada suatu kedalaman di bawah muka laut sekitar 40
kali ketinggian muka airtanah tawar di atas muka laut.
Sebaran antar-muka air tawar dan air asin melekat pada
keberadaan keseimbangan hidrostatik antara kedua
jenis air tersebut. Hubungan tersebut lazim dikenal
dengan persamaan Ghyben-Herzberg seperti nama para
penemunya.
• Ekuilibrium alami tersebut akan berubah manakala
terjadi perubahan dari tekanan muka airtanah tawar
akibat pemompaan yang berlebihan di daerah, sehingga
membentuk ekuilibrium baru dengan air asin mendorong
sebaran antar-muka ke arah daratan, dan mulailah
peristiwa intrusi air laut. Hubungan antara air laut
dengan airtanah tawar pada akuifer pantai pada keadan
statis sesuai dengan hukum Ghyben-Herzberg.
Kenyataannya dengan adanya perbedaan berat jenis
antara air laut dengan air tawar, maka bidang batasnya
tergantung pada keseimbangan keduanya.
Secara teoritis hubungan antara air asin dengan air tawar dinyatakan
dengan persamaan Ghyben-Herzberg (1901) berupa persamaan
keseimbangan hidrostatik antara dua fluida yang berbeda berat
jenisnya.

Pada temperatur 4º C
pf = 1000 gr/cm
Ps = 1025 gr/cm

Sehingga Z = 40 hf

Dimana pf = berat jenis air tawar


Ps = berat jenis air laut
hf = elevasi muka airtanah dari datum
Z = kedalaman interface dari datum.
INTRUSI AIR LAUT

Daratan

Laut

air tawar
air asin

garis interface

ILUSTRASI INTRUSI AIR LAUT DAERAH PANTAI PADA AKIFER BEBAS.


• Ada dua jenis gangguan yang ditimbulkan oleh adanya
intrusi air laut.
• Gangguan air laut itu dapat bersifat aktif dan pasif.
• Perbuatan manusia yang mengakibatkan masuknya air
laut kedalam akuifer airtanah disebut gangguan aktif.
• Gangguan tersebut terjadi akibat perpindahan air tawar
yang sebelumnya dilepas akuifer pantai, perpindahan itu
terjadi karena adanya pengambilan airtanah yang
dilakukan secara berlebihan.
• Gangguan yang bersifat pasif diakibatkan oleh batas air
laut dan air tawar yang mencari keseimbangan baru
secara alami.
• Masuknya air asin ke dalam air tanah sangat merugikan karena
airtanah akan berubah rasa menjadi asin, padahal manusia sangat
memerlukan keberadaan airtanah yang bersih untuk menopang
kehidupannya.
• Air tawar yang berasa asin dikatakan tercemar, sehingga tidak layak
untuk diminum. Peristiwa intrusi air laut disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1) pertambakan udang yang intensif dan semakin meluas,
2) pengambilan air tanah berlebih untuk industri & permukiman,
3) penebangan hutan mangrove.
• Dampak kejadian intrusi antara lain:
1) sulit mendapatkan air tanah yang tawar,
2) perlu mencari air tanah,
3) dalam pembuatan sumur disesuaikan dengan debit air,
jangan mendekati bidang interface.
Kerugian-Kerugian yang Diakibatkan oleh
Pemanfaatan Airtanah Berlebih
• Contoh kasus menurut survei yang di lakukan oleh Tokyo
Metropolis, besarnya kerugian Distrik Kanto Selatan adalah 30 Yen
setiap 1 m3 air yang dipompa dan untuk daerah Delta Koto paling
menderita akibat penurunan tanah itu, biayanya melampaui 200
Yen/1 m3 (Dikutib dari “Estimate of economi losses owing to public
disaster in 1967 published by the Tokyo Metropolitan Insstitute of
Publik Disaster). Demikian pula penerobosan air asin ke dalam air
tanah yang mengakibatkan sumur-sumur tidak mungkin digunakan
lagi, mempunyai pengaruh yang sangat besar.
• Kasus penurunan tanah yang terjadi di Kota Semarang dikenal
dengan istilah amblesan atau subsidence. Identifikasi penurunan
tanah dari tahun ke tahun ke tahun semakin bertambah.
Pertambahan gejala penurunan tanah bervariasi, semakin menjauh
dari pantai angka penurunan makin kecil
Tingkat Penurunan Tanah di Kota Semarang
Tingkat penurunan tanah (cm) Keterangan
Lokasi

5 tahun Per-tahun

Pertigaan kaliwiru TTG 447 0 0 Stabil

IAIN Wali Songo TTG 444 0 0 Stabil

Bandara Ahmad Yani 10 - 20 2-4

Sumber: (SUDMP, 2002)

Simpang Lima 20 4
Sebab-sebab utama yang mengakibatkan penurunan
tanah adalah:
1. adanya lapisan atas dan bawah akifer yang menderita
penurunan oleh konsolidasi karena air yang diperas keluar
(lapisan lempung lemah)
2. besarnya penurunan permukaan airtanah harus cukup
besar dan lama sehingga dapat mengkibatkan penurunan
konsolidasi lapisan atas dan bawah dari akifer
– akifer itu berhubungan dengan air laut
– besarnya penurunan permukaan air harus cukup besar
sehingga dapat mengakibatkan penerobosan air asin.
Upaya mencegah terjadinya degradasi air tanah dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. mencegah terjadinya pengambilan air tanah yang
berlebihan, khususnya pada air tanah dalam melalui
pembatasan sumur artetis.
2.mengurangi reklamasi pantai yang berasal dari tanah
perbukitan, tanah perbukitan tidak terkompaksi dengan
material laut dengan proses alam yang terjadi di kawasan
pantai.
3.melakukan sistem pengelolaan daerah tangkapan hujan
secara berkelanjutan, seperti penghijauan kritis, terasering,
memperbanyak sumur resapan dan embung (kolam retensi)
di daerah recharge area.
4.pengelolaan limbah melalui proses daur ulang.
KUALITAS AIRTANAH
Salinitas
• Penentuan kriteria tingkat tawar, payau dan asin dari airtanah
dilakukan dengan perhitungan salinitas/kegaraman.
• Salinitas adalah kadar garam yang pada kadar tertentu akan
mempengaruhi kualitas airtanah.
• Parameter yang terpenting menurut McNeal (1981) adalah
konsentrasi kadar garam dan total larutan benda padat atau Total
Disolved Solids (TDS).
• Air dengan larutan garam tinggi tidak baik untuk sistem irigasi
maupun kebutuhan air bersih masyarakat.
• Untuk sejumlah garam ada batasan yang masih diijinkan untuk
keperluan tertentu. Persoalan salinitas akan timbul jika kadar garam
yang ada melebihi kadar yang diijinkan.
• Salinitas airtanah dipengaruhi oleh kandungan khlorida (Cl) yang
terlarut dalam air laut dan terdapat dalam air tanah dengan kadar
bervariasi.
a. Berdasarkan Salinitas
Salinitas adalah kadar garam yang pada kadar tertentu akan mempengaruhi kualitas
airtanah.

Persoalan salinitas akan timbul jika kadar garam yang ada melebihi kadar yang
diijinkan.

Hubungan tingkat salinitas airtanah dengan kandungan ion khlorida :

Salinitas (%o) = 1,8066 Cl- (mg/l) (Ross, 1970)

Tabel Klasifikasi Airtanah Berdasarkan Tingkat Salinitas (Todd, 1980)

Salinitas (%o) Jenis Airtanah

< 0,5 Airtanah tawar


0,5 - 30 Airtanah Payau
30 - 40 Airtanah Asin
> 40 Airtanah "Brines"
d. Metode ratio Chloride - Bikarbonat (R. Revelle, …)

Metode ini berasumsi bahwa air laut yang masuk kedalam akuifer
kemungkinan mengalami perubahan-perubahan komposisi kimia
karena berbagai hal seperti: reaksi antara air dengan mineral,
pelarutan atau pengendapan mineral baru.

R. Revelle mengembangkan metode ini karena ion Cl tidak


terpengaruh dengan proses-proses diatas.

Diketahui bahwa ion Cl dan Na lebih dominan pada air laut,


sedangkan pada airtanah ion yang dominan adalah CO3 dan
HCO3.

Untuk mengetahui ada tidaknya intrusi air laut dengan metode ini
dapat ditentukan dengan perbandingan Chlorida - Bikarbonat. (Ion
dalam satuan epj)

Perbandingan Chlorida - Bikarbonat = Cl


CO3 + HCO3
Tabel 5. Klasifikasi Air Berdasarkan Harga Perbandingan Chlorida - Bikarbonat

Harga perbandingan Jenis Air


1/2 airtanah tawar
1,3 terjadi sedikit pengaruh air laut
2,8 terjadi pengaruh air laut dalam kadar sedang
6,6 terjadi pengaruh air laut dalam kadar agak tinggi
15,5 terjadi pengaruh air laut dalam kadar tinggi
200 air laut
DHL (Daya Hantar Listrik)

DHL adalah sifat menghantarkan listrik dari air. Air yang banyak
mengandung garam DHL-nya tinggi.

Pengukuran DHL dilakukan dengan EC meter pada suhu standar (25ºC),


diukur dalam satuan mikrosiemen ( µs/sm) micromhos ( µmho/ sm).

Tabel 6. Klasifikasi Air Berdasarkan Harga Daya Hantar Listrik (DHL)


DHL (µmho/ sm pada 25ºC) Macam air
0,055 Air murni
0,5 - 5,0 Air Suling
5 - 30 Air hujan
30 - 2.000 Airtanah
35.000 - 45.000 Air laut
f. Metode Diagram Trilinier Piper

• Metode trilinier Piper dapat digunakan untuk menentukan jenis air yang
ada di daerah penelitian.
• Metode ini dilakukan dengan melakukan pengeplotan hasil analisis kimia
airtanah kedalam diagram trilinier Piper.
• Analisa dengan diagram ini dapat dilakukan secara manual maupun
dengan program komputer.
• Jika sampel yang diplot mempunyai kecenderungan perubahan linear
dari unsur kimia darat ke unsur kimia laut maka hal tersebut
menunjukkan adanya intrusi air laut.
• Sebelum dimasukkan dalam diagram, terlebih dahulu dibuat prosentase
kation dan anion yang ada pada tiap sampel.
Distribusi polutan akibat pencemaran saluran Air limbah

Dalam sistem air tanah, polutan akan melewati beberapa zona


hidrologi sebelum masuk ke dalam akuifier.

A. Zona pertama yang dilalui polutan adalah zona tak jenuh air ( Zone
of aeration vadose water ).
Pada zona ini kecepatannya tergantung pada polaritas tanah,
derajat pori yang berhubungan, presipitasi dan kondisi pengaliran
( Mazor, 1997 ).
Sebagian besar polutan masuk ke tanah dan menuju zona ini
sebelum masuk ke zona jenuh air ( zone of saturation ).
Zona ini didominasi oleh aliran pori sehingga memperlambat
pergerakan polutan yang menyebabkan dekomposisi biologi dan
terjadi penyerapan ion pada partikel berukuran lempung.
Pada zona ini migrasi air terjadi akibat gaya grafitasi dimana
konsentrasi kontaminan akan berkurang dengan semakin tebalnya
zona tersebut.
B.Dibawah zona tak jenuh air ini terdapat capillary zone
pada zone ini terjadi pemisahan substansi dimana substansi yang
ringan akan mengambang pada bagian atas muka air tanah dan
substansi yang lebih berat bermigrasi kebawah menuju zona jenuh
air.
Pada zona jenuh air terdapat permukaan horisontal yang disebut
sebagai air tanah ( water table ).
Besarnya kemiringan muka air tanah dipengaruhi oleh sistem
penyaluran, beda ketinggian muka tanah dan adanya lapidsan-
lapisan impermeable ( Mazor, 1997 ).
PENCEMARAN AIRTANAH
• Masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu, yang menyebabkan air
tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya(PP No. 20 tahun
1990 ).

• Penurunan kualitas airtanah akibat aktivitas manusia (buatan)


sehingga pencemaran airtanah akibat kegiatan alami tidak termasuk
di dalamnya (Todd, 1980).

DEFINISI KONTAMINAN
Kontaminan adalah zat kimia (cair, padat, gas) baik yang berasal dari alam
yang kehadirannya secara tidak langsung dipicu oleh kegiatan
manusia/anthropogen factor namun efek negatif atau dampaknya secara
nyata terhadap manusia dan lingkungannya belum teridentifikasi secara jelas
(Watts, 1997)
Sumber pencemar/polutan (Effendi, 2003). :
1. Suatu lokasi tertentu (point source)
a. bersifat lokal
b. volumenya umumnya tetap
c. efek yang ditimbulkan dapat ditentukan
berdasarkan karakteristik spasial kualitas air
contoh : saluran limbah industri bahan kimia
2. tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source).
Dapat berupa point source dalam jumlah banyak,
misalkan limpasan dari daerah pertanian dan
pemukiman.
Macam-Macam Sumber Pencemar Dalam Airtanah (Zaporozec, 2002)
Tabel 1. Sumber dan
Penyebab Utama
Pencemaran Airtanah
(Todd, 1980)
sumber pencemaran dalam airtanah (Bedient, et al., 1999):
• Kategori I
sumber yang digunakan untuk tempat pengeluaran zat-zat kimia.
Contohnya septic tank dan sumur injeksi.
• Kategori II
yaitu sumber yang digunakan untuk proses pengolahan atau
pengumpulan zat-zat kimia. Contohnya landfill, open dump, waste
piles.
• Kategori III
sumber yang digunakan untuk tempat lewatnya zat-zat kimia selama
transportasi atau perpindahan. Contohnya pipa-pipa.
• Kategori IV
sumber pengeluaran zat-zat kimia akibat dari aktivitas yang lain.
Contohnya penggunaan pestisida, pupuk dan peternakan.
• Kategori V
sumber yang mempunyai saluran/pipa pernbuangan. Contohnya
sumur produksi.
• Kategori VI
sumber yang terjadi secara alami dimana pengeluarannya disebabkan
oleh aktivitas manusia, contohnya leaching, intrusi air asin.
MEKANISME PERGERAKAN KONTAMINAN DALAM AIRTANAH

• Penyebaran dan konsentrasi kontaminan di sistem airtanah secara


kuat dipegaruhi oleh interaksi antara kontaminan dan komponen-
komponen fisik, biologis dan kimiawi di bawah permukaan.
• Secara menyeluruh, interaksi ini disebut sebagai mekanisme.
• Mekanisme transportasi harus benar-benar dipertimbangkan selama
evaluasi pergerakan kontaminan yang secara tepat menggambarkan
atau memprediksi tingkah laku kontaminan dalam sistem airtanah.
• Komponen utama pergerakan kontaminan yang terlarut terdiri dari
adveksi, dispersi dan retardasi (Notodarmojo, 2005).
Mekanisme Distribusi polutan
Polutan dalam air tanah akan menurun konsentrasinya
berbanding lurus dengan waktu dan jarak tempuh. Menurut Spitz
dan Moreno ( 1996 ), mekanisme distribusi poliutan meliputi :

1. Adveksi ( advection )
2. Difusi ( diffusion )
3. Dispersi ( dispersion )
4. Penyerapan ( adsorption )
5. Peluruhan ( decay )
6. Hydrolysis, volatilyzation dan biotransformation.
7. Transportasi pada akuifier dengan permeabilitas yang menyebar.
Konseptual Model Source – Pathway – Receptor Untuk Lingkungan
Yang Berdekatan Dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Geometri Distribusi Polutan
• Masuknya zat pencemar pada akuifier dangkal terjadi akibat proses
perkolasi dari permukaan tanah maupun air permukaan. Pada saluran air
limbah, konsentrasi polutan akan mengalami penurunan karena akan
bergerak hingga mencapai konsentrasi yang paling rendah. Laju penurunan
konsentrasi polutan berhubungan dengan zat pencemar, kondisi geologi,
topografi, ilklim, dan hidrologi bawah permukaan ( Hammer and Mac
Kichan, 1981 ).
• Jumlah air dan air limbah yang dipresipitasikan merupakan penyebab utama
zat pencemar turun dan menyebar hingga mencapai akuifier membentuk
plume dengan pola tertentu tergantung pada kondisi muka air tanah.
• Bentuk dan ukuran plume tergantung pada kondisi geologi lokal, aliran air
tanah, tipe dan konsentrasi polutan, kemenerusan sumber limbah dan
aktifitas manusia pada sistem air tanah seperti sumur pemompaan ( Todd,
1980 ).
• Plume akan bergerak menyebar berbentuk melebar dan menipis.
• Pada saat laju alirannya rendah, polutan akan menyebar lateral. Bentuk
plume yang tidak teratur disebabkan oleh kondisi lokal seperti adanya
sumur pemompaan dan permeabilitas yang tidak seragam.
• Plume, akan mengalami perubahan akibat pengaruh dari laju pelepasan air
yang tercemar.
Pemodelan airtanah
Tabel 1. Data Yang Dibutuhkan Untuk Penyusunan Model Numerik

Kerangka Fisik Penekanan Hidrologi


Topografi Elevasi muka airtanah
Geologi Curah hujan
Jenis akuifer Tipe dan penyebaran daerah pengisian
Batas akuifer Debit pengisian
Ketebalan & penyebaran lateral akuifer Tipe & penyebaran daerah pelepasan
Variasi litologi dari akuifer Debit pelepasan
Karakteristik akuifer
Neraca Airtanah

*Sumber: Boonstra & Ridder, 1981


Gambar 2.1. Batas-batas akuifer daerah model dalam pemodelan
(Spitz & Moreno, 1996)
KASUS I

Residual
Saturation
of LNAPL
in soil

Infiltration and
Vadose Leaching
Zone

Groundwater
Flow

Dissolved
Contaminant Plume Free-Phase Product Layer
in Saturated Zone
Dissolved
Contaminant Residual
Plume DNAPL

Low Permeable
Stratigraphic Unit

Sand
DNAPL Pools

Groundwater Flow

Clay

After Waterloo Centre for Groundwater Research, 1989.

Anda mungkin juga menyukai