Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN PENYAKIT HEPATITIS B DAN

SIROSIS HEPATIS PADA IBU HAMIL DI


PROVINSI JAWA TIMUR

Nadilla Ayu Arifin 182310101041


Siti Sulfatus Saniyah 182310101042
Ricky Aprileo P 192310101081
Rizka Maulida Mayani 192310101090
A. Pengantar (Introduction)

• Hepatitis merupakan suatu kondisi adanya peradangan pada hati dan bisa
berkembang menjadi fibrosis (jaringan parut), sirosis, serta kanker hati.
• Penyakit hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus,
zat beracun, dan penyakit autoimun. Salah satu penyebab penyakit
hepatitis adalah virus hepatitis B.
• Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan karena adanya infeksi virus
hepatitis B (HBV) dan menyebabkan inflamasi pada hati, dapat juga
berakibat pada hepatitis kronis, dan sirosis hati.
• Ibu hamil menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi hepatitis B
A. Pengantar (Introduction)

• Prevalensi sirosis hepatis pada wanita di masa reproduksi telah


dilaporkan 0,45 / 1000. Prevalensi ini tidak cukup besar, namun jika
tidak dilakukan tindakan preventif maka bisa berdampak besar
terhadap kelangsungan hidup ibu dan anak (Tolunay, Harun Egemen.,
et,al, 2020).
• Pemeriksaan antenatal care pada wanita hamil selama kehamilan
perlu dilakukan sebagai skrining dini dan menghindari transmisi virus
dari ibu ke janin serta untuk menghindari kondisi hepatitis kronis yang
bisa berujung pada sirosis hepatis.
B. Latar Belakang (Background)

• Ibu hamil menjadi salah satu kelompok yang rentan terinfeksi hepatitis
B. Rendahnya pemeriksaan hepatitis B pada wanita hamil dapat
meningkatkan resiko penularan virus hepatitis B pada bayi (Gozali,
• Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 menunjukkan
bahwa setiap tahunnya terdapat 5,3 juta ibu hamil dan sebanyak 2,7%
ibu hamil positif hepatitis. Hal ini berarti setiap tahun diperkirakan
terdapat 150 ribu bayi dengan 95% berpotensi mengalami hepatitis
kronis (sirosis atau kanker hati) pada 30 tahun kedepan. Prevalensi
sirosis hepatis pada wanita di masa reproduksi telah dilaporkan 0,45 /
1000. A.P., 2020).
B. Latar Belakang (Background)

• Kejadian hepatitis B tahun 2015 pada ibu hamil di Jawa Timur yaitu
sebanyak 41 kasus kemudian pada tahun 2016 sebanyak 432 kasus, dan
pada tahun 2017 sebanyak 1287 kasus. Hal tersebut terjadi karena ibu
hamil di Jawa Timur tidak melakukan pemeriksaan ANC secara berkala.
• Dampak negatif dari HbsAg dapat diketahui pada bayi baru lahir saat
proses kelahiran, seperti terjadi asfiksia pada bayi, bayi tertular HBV, dan
resiko bayi mengalami berat badan lahir rendah (BBLR)
• oleh karena itu kegiatan pemeriksaan rutin perlu dilakukan pada ibu
hamil khususnya pada masa awal kehamilan. Pemeriksaan pada ibu hamil
yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan antenatal care (ANC),
C. Analisa Data

• Pencegahan yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan imunisasi hepatitis


B, pada orang dewasa dilakukan skrining HbsAg, ibu hamil rutin melakukan
pemeriksaan ANC, melakukan hubungan seks yang aman, menghindari
mendonorkan darah jika sudah terinfeksi hepatitis, membersihkan ceceran
darah, menutup luka, serta personal hygiene yang baik.
• Penyakit hepatitis B yang diderita ibu secara vertikal dapat menularkan kepada
janinnya. Selain itu, komplikasi dari hepatitis B yang kronik dapat
menyebabkan sirosis hepatis dan bisa berujung kanker hati.
• Kasus hepatitis B cenderung mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena
masyarakat kurang pengetahuan terhadap rantai penyebaran serta penularan
virus hepatitis B dan kurang pengetahuan dalam pencegahannya.
D. Hasil

• Hepatitis B merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh hepatitis B virus (HBV),
dimana penyakit ini termasuk dalam permasalahan global utama. Indonesia menempati
urutan ke 3 dalam jumlah penderita hepatitis B terbanyak di Asia yaitu sebanyak 13,5
juta orang (Hou, et al. 2019).
• Provinsi jawa timur menempati urutan ke 14 kasus hepatitis B pada ibu hamil yaitu
sebesar 2,34 %. Hepatitis B pada ibu hamil menyebabkan efek koagulasi, kegagalan
fungsi organ, dan peningkatan mortalitas maternal pada bayi baru lahir. Risiko penularan
hepatitis B oleh ibu pada bayi (mother to child transmission) berhubungan dengan
HbeAg ibu; 70-90% transmisi pada HbeAg ibu positif, 10-40% pada HbeAg ibu negatif.
• frekuensi kunjungan 4 antenal care (ANC) di Jawa timur mulai dari tahun 2015, 2016,
dan 2017 mengalami penurunan sehingga menyebabkan jumlah kasus terjadinya
hepatitis B pada ibu hamil semakin meningkat.
D. Hasil

• didapatkan hasil bahwa dari 85 ibu hamil dengan


status positif HBsAg melahirkan bayi BBLR
sebanyak 54 bayi dan bayi tidak BBLR atau
normal sebanyak 31 bayi. Hasil tersebut
membuktikan bahwa ibu yang statusnya positif
hepatitis B lebih rentan untuk melahirkan bayi
BBLR. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
terdapat
• hubungan antara status HBsAg pada ibu hamil
dengan kejadian bayi BBLR dilihat dari
pemeriksaan darah menggunakan Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan pengujian
laboratorium.
D. Hasil

• didapatkan hasil bahwa karakteristik ibu hamil yang positif HBsAg dipengaruhi
oleh usia, BMI, pendidikan, tempat tinggal, dan paritas. Dalam karakteristik ibu
hamil yang lebih rentan terkena hepatitis B berdasarkan hasil tersebut yaitu usia
dan BMI ibu, pendidikan ibu yang rendah, tempat tinggal di pedesaan dan paritas
kehamilan multigravida lebih beresiko mengalami positif HBsAg,
• Berdasarkan hasil riset ditunjukkan bahwa sebanyak 5 ibu hamil dari 11 kasus
ibu hamil dengan sirosis hepatis didekompensasi serta sebanyak 2 kasus dari 5
kehamilan ibu sirosis hepatis dekompensasi tidak bisa dipertahankan karena
suara jantung janin sudah negatif dan abortus spontan. Berdasarkan 3 kasus
sirosis hepatis dekompensasi, ibu hamil mengalami kesulitan karena adanya
perdarahan gastrointestinal bagian atas (varises esofagus) sehingga pada minggu
ke 30 (prematur), bayi dilahirkan melalui persalinan caesar.
D. Hasil

• Dalam penelitian lain juga menyebutkan bahwa wanita hamil dengan


sirosis hepatis yaitu akan terjadi perdarahan varises esofagus (50%) dan
terjadi dekompensasi hati (25%). Dampak sirosis hepatis pada saat
kehamilan yaitu berkaitan dengan kondisi ibu dan janin yang merugikan
seperti kematian (0 - 8%) dan prematuritas (19 - 67%) pada bayi baru
lahir, dan kematian (0 - 14%), hipertensi akibat kehamilan (5 - 22%) dan
terjadi perdarahan post partum (5 - 45%) (Rahim, Mussarat N., et.al.
2020).
E. Diskusi

• Berdasarkan hasil penelitian oleh Cheung, dkk. Transmisi vertikal dari


ibu ke anak selama masa kehamilan dibagi menjadi 3 masa, yakni :
ketika konsepsi, terjadinya infeksi germ-line, ketika masa kehamilan
yang melalui darah maternal atau melalui transmisi transplasenta, dan
ketika melahirkan yang melalui membrane dan persalinan per vagina.
• Ibu hamil yang sudah mengalami hepatitis B kronis dan tidak segeraa
ditangani maka akan terkena sirosis hepatis, kondisi sirosis hepatis
pada saat kehamilan akan menyebabkaan resiko abortus spontan,
perdarahan varises esofagus karena tekanan pembesaran hati, dan bayi
lahir prematur dalam kondisi BBLR.
E. Diskusi

• Untuk pencegahan dari penyakit hepatitis B ini, bisa dilakukan dengan


menggunakan terapi obat-obatan alami yang berasal dari
tumbuhan(Yunarto, 2013).
Meniran Merupakan tanaman yang memiliki kandungan senyawa flavonoid yang tinggi pada akar
(Phyllanthus dan daunnya . Beberapa hasil riset membutikan bahwa tanaman meniran memiliki
keefektifan yang tinggi sebagai antihepatitis. Tanaman ini mampu menangkal virus dan
niruri) meningkatkan sistem imun tubuh. Berdasarkan penelitian meniran tidak menimbulkan
efek samping yang berbahaya, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil yang
mengidap hepatitis B.

Berdasarkan hasil penelitian, kurkumin memberikan efek hipolipidemia yakni efek yang
Temulawak
mencegah dalam pengakumulasian asam lemak di hati yang timbul akibat
(Curcuma ketidakseimbangan pada sistem metabolisme serta steatohepatitis nonalkohol.
Xanthoriza) Berdasarkan pada studi toksisitas, temulawak tidak menunjukkan efek toksik
E. Diskusi
mengkudu memiliki efek immunomodulator yang paling aktif pada mencit yang
Mengkudu diinduksi oleh vaksin hepatitis B. Vaksin hepatitis B bisa menimbulkan
kerusakan pada sel-sel hati, namun dengan memberikan ekstrak dari buah
(Morinda citrifolia) mengkudu dapat mencegah kerusakan sel-sel hati tersebut.

Tanaman ini memiliki kandungan seperti asiaticoside yang memiliki fungsi sebagai
Pegagan (Centella hepatoprotektif, penggunaannya sebagai antihepatitis sangat ampuh yakni dengan
asiatica) mencegah kerusakan pada sel-sel hati.

Daun kelor
Daun kelor terkenal kaya akan antioksidan dan antiinflamasi (Wahyuni et al., 2013).
(Moringa aloifera Kandungan anti-inflamasi inilah yang dapat digunakan dalam penyembuhan hepatitis B.
Lamk)
E. Diskusi

• Penatalaksanaan farmakologi penderita sirosis hepatis dengan


komplikasi dapat dilakukan penatalaksanaan dengan lebih dulu
menangani infeksi dengan cara pemberian antibiotik, seperti rifaximin,
amoxcillin, cefotaxime, dan aminoglikosida.
• Penatalaksanaan non farmakologi yang bisa dilakukan untuk penderita
sirosis hepatis yaitu dengan diet rendah garam dan kolesterol,
mengkonsumsi makanan gizi seimbang, menggunakan terapi
komplementer seperti tanaman herbal alami yang bisa meningkatkan
imunitas tubuh
F. Rekomendasi

• Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke
bayi yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan, yakni terkait edukasi pencegahan
penularan virus hepatitis B kepada ibu hamil dengan menanamkan pentingnya
pemeriksaan antenatal care (ANC) atau skrining kesehatan pada awal kehamilan
(Dhyanaputri, 2019).
• Selain itu, terdapat imunoprofilaksis yang merupakan bagian paling penting dalam
pencegahan transmisi secara vertical hepatitis B dan risikonya. Imunoprofilaksis
sendiri merupakan salah satu strategi komprehensif infeksi hepatitis B di
dunia(Khumaedi, Gani and Hasan, 2017).
• Thea Asian Pacific Association for the Study of The Liver (APASL)
merekomendasikan untuk penggunaan lamivudine dan telbivudin pada trimester ketiga
kehamilan untuk pencegahan transmisi vertical hepatitis B antara ibu dengan HBV
DNA yang tinggi dengan bayinya(Gozali, 2020).
F. Rekomendasi

• Selain imunoprofilaksis, vaksin, dan obat-obatan, masih terdapat cara


mencegah dan mengurangi penularan hepatitis B pada ibu kepada janin, yakni
dengan merekomendasikan menggunakan terapi obat-obatan herbal seperti
buah mengkudu, peganggan, temulawak, daun kelor, dan meniran.
• Peran sebagai mahasiswa keperawatan yang bisa dilakukan, yakni dengan
memberikan penyuluhan kesehatan melalui kegiatan UKM pengabdian
masyarakat, seperti edukasi kepada para ibu hamil terkait pentingnya menjaga
kesehatan baik dari ibunya sendiri dan janin, pentingnya personal hygiene ,
pemberian vaksin, imunisasi, skrining, dan menjelaskan terkait tanaman yang
bisa dijadikan obat herbal yang aman dikonsumsi serta mengajarkan para ibu
hamil bagaimana cara mengolah tanaman herbal tersebut menjadi obat.
G. Kesimpulan

• Hepatitis termasuk salah satu penyakit yang masuk dalam masalah


kesehatan global. Hepatitis B adalah suatu penyakit yang bisa
menyerang semua umur, gender, ataupun ras yang ada di seluruh dunia.
Ibu hamil termasuk pada salah satu kelompok rentan yang mudah
sekali terinfeksi virus hepatitis B. Ibu hamil yang positif hepatitis B
dapat menularkan ke bayi yang dilahirkan, selain itu bis amenyebabkan
bayi lahir BBLR, asfiksia, dan lahir prematur. Ibu hamil yang
menderita hepatitis B dan tidak segera ditangani dengan baik, maka
akan menyebabkan sirosis hepatis dan berujung kanker hati.
REFERENSI
• Dhyanaputri, et al (2019) ‘Penyuluhan dan Skrining Hepatitis B pada Ibu Hamil dengan Rapid Tes Di Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan Tahun 2018’, Jurnal Pengabmas Masyarakat Sehat (JPMS) , 1(2), pp. 95–103.
• Faizaturrahmi, E., L.S.Anim dan K.A.K. Sari. 2018. Risk Factors For Hepatitis B Virus Infections Among Pregnant Women In East
Lombok District. Public Health and Preventive Medicine Archive. 6(2). 108-113.
• Ginting, T.M, dan M.R.Kurniawan. 2020. Pengaruh Hepatitis B (HBsAg) pada Ibu Hamil Terhadap Resiko Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Binawan Student Journal. 2 (1). 221-225.
• Gozali, A.P. 2020. Diagnosis, Tatalaksana, dan Pencegahan Hepatitis B Dalam Kehamilan. CDK. 47(5). 354-358.
• Istiqomah, A., Marmi, dan Luksi. 2013. Hubungan Status HBsAg Pada Ibu Bersalin Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Akademi Kebidanan Ummi Khasanah . 1-10.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. 1,5 Juta Lebih Ibu Hamil Dideteksi Dini Hepatitis B. Kemkes RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19072300002/1-5-juta-lebih-ibu-hamil-dideteksi-dini-hepatitis-b.html [diakses pada 15 Maret
2021].
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. 150 Ribu Orang Potensial Alami Hepatitis Kronis. Kemkes RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/17072800006/150-ribu-orang-potensial-alami-hepatitis-kronis.html. [diakses pada 15 Maret
2021].
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kemenkes RI.
• Khalil, A.S., et al. 2017. Impact Of Maternal Hbsag Carrier Status On Pregnancy Outcomes In Duhok City, Iraq. Asian Pacific Journal
Of Tropical Biomedicine. 1-4.
• Khumaedi, A. I., Gani, R. A. and Hasan, I. (2017) ‘Pencegahan Transmisi Vertikal Hepatitis B: Fokus pada Penggunaan Antivirus
Antenatal’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia , 3(4), p. 225. doi: 10.7454/jpdi.v3i4.57.
REFERENSI

• Mustika, S., dan D. Hasanah. Prevalensi Of Hepatitis B Pada Ibu Hamil di Malang . Jurnal Kedokteran Brawijaya. 30(1). 76-80.
• Pertiwi, M.D. 2020. Distribusi Kejadian Hepatitis B Menurut Cakupan Imunisasi Hb-0 dan Cakupan K4 di Jawa Timur. Jurnal
Ikesmaa. 16(1). 36-44
• Rahim, Mussarat N., et.al. 2020. Manajemen of Pregnancy in Women With Cirrhosis. United European Gastroenterology Journal .
0(0): 1-9
• Sinaga, Herlando., et al. 2018. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) dan Anti-HBsAg pada Ibu Hamil sebagai Skrining
Penularan Hepatitis B. Jornal Riset Kesehatan. 7(2): 80-84.
• Tolunay, Harun Egemen., et.al. 2020. Maternal and Fetal Outcomes of Pregnant Women with Hepatic Cirrhosis. Gastroenterology
Research and Practice.1-4
• Waitz, M., et al. 2014. Hepatitis B Postexposure Prophylaxis In Preterm and Low Birth Weight Infants. e67-e82.
• Wahyuni, S. et al. (2013) ‘UJI MANFAAT DAUN KELOR (Moringa aloifera Lamk) UNTUK MENGOBATI PENYAKIT HEPATITIS B’,
KesMaDaSka, (juli 2013), pp. 100–103.
• Yana, A.D., dan A.Aznawi. 2021. Deteksi Daya Tular Darah Tali Pusat Kepada Bayi Dengan Ibu Hamil Positif Hepatitis B. Jurnal
Kebidanan Khatulistiwa. 7(1). 40-45.
• Yunarto, N. (2013) ‘Prospek Tanaman Obat Sebagai Antihepatitis’, Jurnal Kefarmasian Indonesia, 3(2), pp. 60–69.
TERIMA
KASIH
Any
Questions ??

Anda mungkin juga menyukai