Dalam masyarakat kerap terlihat laki-laki yang memakai sarung dengan gulungan khas
untuk mengeratkan sarung pada pinggang yang disebut bida’. Bida’ ini biasanya
sewaktu-waktu harus digulung lagi. Sebenarnya gulungan ini tidak begitu diperlukan
tetapi sebenarnya gerakan dengan menggulung kembali bida’nya ini adalah bentuk
penghormatan jika seseorang/sekelompok orang kedatangan tamu yang dipandang patut
dihormati. Gulungan bida’ yang dinaikkan sedikit ini adalah bentuk tata karma orang-
orang suku Makassar yang patut dilestarikan
Namun apabila sarung itu diikat dengan keras maka itu
Jika diluar sana melihat seseorang memakai sarung seolah-olah serampangan saja, maka
itu tidaklah diherankan, karena salah satu patokan orang Makassar dalam cara
berapakaian adalah pila’ “massolami solia, pila’ nampami na baji” . Artinya
“kesederhanaan itulah yang menambah kecantikan/ketampanan.
Jadi menurut pandangan orang Makassar jika ingin melihat gadis cantik atau tidak,
tidaklah dilihat saat dia selesai berdandan/berhias tetapi saat dia massolana (bershaja)
disitulah kita dapat melihat kecantikan yang sebenarnya.
TABE’
Budaya “Tabe” merupakan simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan
kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati. Nilai yang terkandung dalam budaya tabe adalah tidak
membeda-bedakan semua orang, saling menghormati, saling mengingatkan.
Mappatabe’/Attabe’ merupakan minta permisi untuk melewati arah orang lain, dengan kata-kata “tabe’”.
Kata tabe’ tersebut diikuti gerakan tangan kanan turun kebawah mengarah ketanah atau ketanah. makna
dari perilaku orang Bugis Makassar seperti demikian adalah bahwa kata tabe’ simbol dari upaya
menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati.
TABE’
Sekilas sikap tabe’ terlihat sepele, namun hal ini sangat penting dalam tata krama masyarakat di daerah
Sulawesi Selatan khususnya pada Suku Bugis Makassar. Sikap tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban
meskipun sebelumnya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal. Apabila ada yang melewati orang lain
yang sedang duduk sejajar tanpa sikap tabe’ maka yang bersangkutan akan dianggap tidak mengerti adat
sopan santun atau tata krama. Bila yang melakukannya adalah anak-anak atau masih muda, maka orang
tuanya akan dianggap tidak mengajari anaknya sopan santun. Oleh karena itu biasanya orang tua yang
melihat anaknya yang melewati orang lain tanpa sikap tabe’ akan langsung menegur sang anak langsung di
depan umum atau orang lain yang dilewati.
Hal ini semakin menunjukkan bahwa tata karma Tabe memiliki makna yang begitu dalam bagiseluruh
masyarakat Sulawesi Selatan.
TATA KRAMA