Anda di halaman 1dari 9

BAHASA DAN SASTRA DAERAH

“ADAT ISTIADAT: AJO [TATA KRAMA]”


TATA KRAMA

Pada umumnya suku Makassar menunjukka rasa hormatnya dengan sebuah


gerakan (ajo) tertentu. Gerakan itu bermacam-macam tapi memiliki batas-
batas tertentu.

Salah satu contoh, orang-orang suku Makassar menganggap “ulu” (kepala)


memiliki peranan penting dalam mengemban harga diri tiap individu. Itulah
mengapa orang-orang dari suku Makassar lebih memilih ditinju lengannya
dengan keras atau dipukul betisnya dengan sepotong kayu dari pada diraba
dan dipukul sedikit kepalanya.
MENYAMBUT ORANG YANG DIHORMATI

Seperti dikatakan bahwa orang Suku Makassar menghormati seseorang


dengan jalan melakukan sebuah gerakan. Maka dari itu jika ada seserang yang
dihormati lewat dihadapan kita maka orang-orang yang ada di sekitar/yang
hadir di tempat itu akan menggerakkan badannya dengan mundur
kebelakang sedikit atau berdiri jika sedang duduk. Dengan gerakan itu
sudah cukup menunjukkan rasa hormatnya meski tidak diucapkan
MENYAMBUT TAMU

Dalam masyarakat kerap terlihat laki-laki yang memakai sarung dengan gulungan khas
untuk mengeratkan sarung pada pinggang yang disebut bida’. Bida’ ini biasanya
sewaktu-waktu harus digulung lagi. Sebenarnya gulungan ini tidak begitu diperlukan
tetapi sebenarnya gerakan dengan menggulung kembali bida’nya ini adalah bentuk
penghormatan jika seseorang/sekelompok orang kedatangan tamu yang dipandang patut
dihormati. Gulungan bida’ yang dinaikkan sedikit ini adalah bentuk tata karma orang-
orang suku Makassar yang patut dilestarikan
Namun apabila sarung itu diikat dengan keras maka itu

menandakan akan terjadi sesuatu atau siap menghadapi

kemungkinan menghadapi orang jahat yang akan

menyerang atau melawan orang jahat.


KECANTIKAN DAN KETAMPANAN YANG SEBENARNYA

Jika diluar sana melihat seseorang memakai sarung seolah-olah serampangan saja, maka
itu tidaklah diherankan, karena salah satu patokan orang Makassar dalam cara
berapakaian adalah pila’ “massolami solia, pila’ nampami na baji” . Artinya
“kesederhanaan itulah yang menambah kecantikan/ketampanan.
Jadi menurut pandangan orang Makassar jika ingin melihat gadis cantik atau tidak,
tidaklah dilihat saat dia selesai berdandan/berhias tetapi saat dia massolana (bershaja)
disitulah kita dapat melihat kecantikan yang sebenarnya.
TABE’

Budaya “Tabe” merupakan simbol dari upaya menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan
kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati. Nilai yang terkandung dalam budaya tabe adalah tidak
membeda-bedakan semua orang, saling menghormati, saling mengingatkan.

Mappatabe’/Attabe’ merupakan minta permisi untuk melewati arah orang lain, dengan kata-kata “tabe’”.
Kata tabe’ tersebut diikuti gerakan tangan kanan turun kebawah mengarah ketanah atau ketanah. makna
dari perilaku orang Bugis Makassar seperti demikian adalah bahwa kata tabe’ simbol dari upaya
menghargai dan menghormati siapapun orang dihadapan kita, kita tidak boleh berbuat sekehendak hati.
TABE’

    Sekilas sikap tabe’ terlihat sepele, namun hal ini sangat penting dalam tata krama masyarakat di daerah
Sulawesi Selatan khususnya pada Suku Bugis Makassar. Sikap tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban
meskipun sebelumnya tidak pernah bertemu atau tidak saling kenal. Apabila ada yang melewati orang lain
yang sedang duduk sejajar tanpa sikap tabe’ maka yang bersangkutan akan dianggap tidak mengerti adat
sopan santun atau tata krama. Bila yang melakukannya adalah anak-anak atau masih muda, maka orang
tuanya akan dianggap tidak mengajari anaknya sopan santun. Oleh karena itu biasanya orang tua yang
melihat anaknya yang melewati orang lain tanpa sikap tabe’ akan langsung menegur sang anak langsung di
depan umum atau orang lain yang dilewati.

Hal ini semakin menunjukkan bahwa tata karma Tabe memiliki makna yang begitu dalam bagiseluruh
masyarakat Sulawesi Selatan.
TATA KRAMA

Jadi pada dasarnya orang-orang dari suku Makassar menghormati seseorang


cukuplah dengan AJO (gerakan) saja. Ini menunjukkan betapa
demokratisnya suku bangsa itu sehingga terhadap orang yang memiliki
kedudukan tinggi tidak perlu diberikan penghormatan yang berlebih-
lebihan.

Anda mungkin juga menyukai