Anda di halaman 1dari 2

Desa Kala Patra

Desa Kala Patra adalah kelenturan interpretasi masyarakat pada suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu yang disesuaikan dengan situasi/keadaan tertentu sebagaimana disebutkan dalam
majejahitan: pewarisan kesadaran estetika manusia Bali, yang prinsipnya penyesuaian desa kala
patra ini sebagai bentuk,

keleluasaan untuk melakukan re-interpretasi

improvisasi secara terus menerus

Sehingga menjadikan tradisi sebagai warisan yang

lentur,

fleksibel,

menjawab kebutuhan jamannya,

Dengan terus berpegang pada esensinya yang terdalam, penghalusan kemanusian kita secara
terus-menerus asalkan unsur-unsur pokok tetap terjaga seperti dalam pewarisan banten (yadnya)
dan mejejahitan yang terwariskan juga prinsip desa-kala-patra ini sehingga setiap generasi punya
kesempatan melakukan improvisasi secara terus-menerus pula.
Kelenturan desa kala patra ini dalam interpretasi masyarakat pada suatu wilayah seperti motif
patra dalam suatu bangunan pelinggih pura ataupun pelaksanaan upacara - upacara yadnya yaitu
sebagai contoh karya memungkah, Piodalan Rambut Sedana dll yang dudonan upacaranya
disesuaikan dengan desa kala patra masing - masing banjar atau desa adat sehingga terwujud
kehidupan
masyarakat
yang
sejahtera
dan
tentram.
Sehingga peranan para sulinggih tak kalah pentingnya dalam mensosialisasikan konsep DesaKala-Patra ini secara luas ke masyarakat dalam penjabaran makna banten bagi Umat Hindu di
Bali dan masalahnya kini bagi masyarakat yang dalam artikel stiti dharma online, disebutkan
bahwa umat Hindu di Bali diharapkan untuk dapat menyelenggarkan upacara yadnya sesuai
dengan kemampuan finansial yang nyata dan waktu yang luang.
Oleh karena itu bebantenan yang dikategorikan dalam kelompok :

alit

madya

ageng (utama)

Hendaknya dijelaskan oleh para Sulinggih kepada umat secara luas, dengan menekankan bahwa
banten yang alit tidak berarti nilainya lebih rendah dari banten yang madya-utama, demikian
sebaliknya, karena hakekat banten sebagai curahan rasa bhakti dan kasih kepada Hyang Widhi.
Diharapkan dengan adanya konsep Desa-Kala-Patra ini, janganlah sampai umat kita menghadapi
kesulitan atau menjadi miskin artha karena melaksanakan upacara yadnya secara berlebihan.

Tat Twam Asi


Di dalam bahasa Sansekerta, kata tat berasal dari suku kata tad yang berarti
itu atau dia. Kata tvam berasal dari suku kata yusmad yang berarti kamu
dan asi berasal dari urat kata as(a) yang berarti adalah. Jadi secara
sederhana kata TAT TVAM ASI bisa diartikan kamu adalah dia atau dia adalah
kamu. Meskipun gauna vakya merupakan kalimat penjelas, namun karena sastra
Veda disusun sedemikian rupa dimana sastra ini harus dipelajari melalui seorang
guru yang berkualifikasi dan sudah menerima pengetahuan tersebut dari gurunya,
maka kalimat penjelas inipun akan kelihatan tidak jelas kalau kita berusaha untuk
menggalinya tanpa bimbingan seorang guru. Kalau kita pikirkan kamu adalah dia,
dia adalah kamu, dan OMKARA, maka akan mucul pertanyaan di dalam benak kita,
apakah hubungan dari semua ini?????. Ini menjadi tanda tanya besar untuk kita.
Namun ketika sastra Veda dipelajari melalui garis perguruan yang dibenarkan, maka
atas karunia seorang guru kerohanian, semua permasalahan tersebut tidak akan
menjadi permasalahan yang rumit lagi.
Di dalam Katha Upanisad dinyatakan,
nityo nityanam cetanas cetananam
eko bahunam yo vidadhati kaman
tam pitha-gam ye nupasyanti dhiras
tesam santih sasvati netaresam
Diantara kepribadian yang kekal dan yang berkesadaran, ada satu kepribadian
yang menyediakan keperluan dari kepribadian-kepribadian yang lainnya. Orang
bijaksana yang memuja kepribadian yang satu ini, yang bertempat tinggal di
alamNya yang rohani akan mampu mencapai kedamaian sejati sedangkan yang
lain, yang tidak memujaNya tidak akan mencapai kedamaian

Anda mungkin juga menyukai