Anda di halaman 1dari 37

Modul 5_ Bahasa Indonesia

KEGIATAN BELAJAR 1 – Kegiatan Berbicara Formal

A. SITUASI KEGIATAN BERBICARA FORMAL

Kegiatan berbicara dapat terjadi dalam situasi tertentu. Keformalan siuas berbicara
menyebabkan sescorang melakukan kegiatan berbicara formal. Situasi berbicara formal
tidak sebebas berbicara nonformal. Berbicara formal terbatas oleh ruang, waktu, dan
jumlah serta pihak yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Situasi semacam inilah yang
mengikat kegiatan berbicara formal.

1. Berbicara Formal Dibatasi oleh Waktu

Tidak sembarang waktu dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berbicara


formal. Banyak aspek yang harus dipersiapkan, misalnya penentuan pembicara
topik, jumlah dan keterlibatan peserta, dan pembiayaan. Untuk menyiapkan itu
semua memerlukan waktu yang cukup. Kecukupan waktu persiapan dapat
menjamin kegiatan berbicara formal berlangsung sesuai dengan yang diharapkan.

Kegiatan seminar, ceramah, wawancara, dan dialog merupakan kegiatan-


kegiatan berbicara yang dapat dikelompokkan ke dalam berbicara formal. Untuk
menyiapkan acara tersebut, panitia kadang-kadang memerlukan waktu persiapan
sampai I tahun.

Waktu yang diberikan kepada pembicara harus dikonfirmasikan terlebih


dahulu dengan pembicara agar ada kesesuaian waktu antara pembicara dengan
pihak penyelenggara. Begitupun dengan pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam
kegiatan tersebut, misalnya pihak sponsor, tata ruang, teknisi peralatan, dan
sebagainya.

2. Berbicara Formal Dibatasi oleh Tempat

Selain dibatasi oleh waktu, kegiatan berbicara formal juga dibatasi oleh
tempat Tidak sembarang tempat dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan
berbicara formal. Kegiatan berbicara yang menghadirkan orang-orang penting,
baik peserta maupun pembicara, tenu perls tempat yang representatif Di
samping harus luas. Tempat tersebut juga harus memiliki nilai artistik, bahkan
mungkin harus memiliki nilai sejarah. Misalnya, kegiatan Konferensi Asia Afrika
selalu dilaksanakan salah satunya di Gedung Merdeka Bandung. Di samping
memiliki nilai artisik yang indah, Gedung Merdeka juga memiliki nilai-nilai sejarah
yang relevan dengan kegiatan tersebut Presentasi dibatasi oleh ruang yang
mengandung pengertian bahwa kegiatar berbicara formal harus dilakukan di
tempat tertentu, yaitu tempat yang telah dipersiapkan teslebih dahulu. Hal ini
tidak berarti berbicara formal tidak dapat dilakukan di tempat lain. Banyak
tempat yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan berbicara formal,
tetapi tempat tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu, terutama dari segi
penataan ruang dan perlengkapan serta formasi yang diwujudkan agar semua
yang ada di ruangan tersebut dapat mendukung kelancaran berbicara

3. Kegiatan Berbicara Formal Terikat oleh Jumlah dan Pihak yang Terlibat

Jumlah peserta atau partisipan dalam kegiatan berbicara formal cenderung


terbatas. Keterbatasan tersebut bukan karena kekhawatiran tempat kegiatan
tidak mencukupi, melainkan lebih disebabkan olch ketercapaian tujuan dan fokus
kegiatan agar sesuai dengan yang diharapkan. Selain jumlah pihak-pihak yang
terlibat, kegiatan berbicara formal juga sangat memperhatikan keikutsertaan
peserta. Pembicara harus orang yang memiliki kompetensi di bidang yang relevan
dengan topik yang dibahas.

Begitupun peserta merupakan sekelompok orang yang memiliki latar belakang


profesi vang relevan juga dengan topik yang dibahas dalam kegiatan berbicara
tersebut Dengan kondisi demikian, interaksi dalam komunikasi dapat berlangsung
lancar

4. Pra-Berbicara Formal

Untuk dapat berbicara dengan baik di hadapan audiensi diperlukan persiapan


seperti yang dijelaskan Munir (2013) berikut ini.

Berbicara di depan umum memerlukan persiapan yang baik. Untuk dapat


menyajikan pikiran dan gagasan secara oral, diperlukan persiapan sebagai berikut.

a. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat.

Keberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau


keberanian yang setengah-setengah akan mengakibatkan kacaunya
pembicaraan Tekad yang kuat akan menghilangkan keragu-raguan dan
menambah kepercayaan terhadap diri sendiri. Memiliki keberanian dan tekad
yang kuat sangat membantu pembicara dalam menghilangkan ketegangan atau
demam panggung.

b. Menguasai materi

Seorang pembicara harus menguasai materi yang akan dibicarakan sehingga


dapat menyampaikan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur. Di samping
itu, pembicara dituntut bertanggung jawab terhadap materi yang akan
disampaikan. Untuk itu pembicara harus banyak membaca.

c. Memahami proses komunikasi massa.

Untuk dapat memahami proses komunikasi massa, pembicara dapat mengawali


dengan analisis pendengar dan situasi. Hal ini akan membuat pembicara
sanggup beraksi dengan cepat dan tanggap.

d. Menguasai bahasa yang baik dan lancar.

Jika pembicara menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan
mempunyai perbendaharaan kosakata yang memadai. Dengan kosakata yang
memadai, pembicara akan mampu berimprovisasi dengan baik pula.

e. Melakukan pelatihan yang memadai.

Pelatihan merupakan syarat mutlak dalam berbicara di depan umum,


khususnya untuk para pemula. Pelatihan yang memadai akan meningkatkan
rasa percaya diri Dengan kata lain, kegiatan yang dipersiapkan dengan baik
akan memperoleh hasil yang baik

A. BAHASA YANG DI GUNAKAN DALAM BERBICARA FORMAL

Keformalan kegiatan berbicara dapat juga dilihat dari penggunaan bahasa. Bahass
yang digunakan terikat olch kaidah dan kebakuan struktur kebahasaan. Bahasa yang
dimaksud tidak identik dengan bahasa formal, sebab bahasa formal berbeda dengar
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Masih banyak orang menganggap bahwa bahasa formal sama dengan bahasa yang baik
dan benar Dalam berkomunikasi, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, harus
diusahakan mengeunakan bahasa formal. Jadi, bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi pun dapat dianggap sebagai bahasa formal.
Kembali kepada fokus pembahasan tentang bahasa formal, yang dimaksud bahasa
yang digunakan dalam kegiatan berbicara formal adalah bahasa Indonesia yang
memenuhi kaidah dan kebakuan kebahasaan. Olch karena itu, fokus pembahasan pada
bagian ini bukan bahasa formal, melainkan bahasa Indonesia yang digunakan dalam
kegiatan berbicara formal sehingga melalui penggunaan bahasa ini dapat dibedakan
antara kegiatan berbicara formal dan nonformal. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan
berbicara formal dapat ditandai oleh karakteristiknya yang dipaparkan berikut ini:

1. ragam baku/ilmah (terutama untuk kegiatan seminar, simposium, pidato formal


dan kenegaraan)

2. kata dipilih (diksi) termasuk kata baku

3. digunakan kalimat efektif

4. gaya bahasa retoris.

5. bernalar atau logis

1. Ragam Bahasa dalam Kegiatan Berbicara Formal

Tidak semua kegiatan berbicara formal mengharuskan penggunaan bahasa


baku. Misalnya, dalam wawancara atau talkshow, penggunaan bahasa baku tidak
begitu dianjurkan. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbicara seperti ini yang
penting menarik dan komunikatif. Akan tetapi, jika dalam kegiatan seminar,
simposium, kongres, atau pidato formal dan kenegaraan, bahasa pengantarnya harus
mengacu pada bahasa ragam baku atau ilmiah. Menurut Saukah dan Waseso (1998:
16), ada beberapa karakteristik bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu cendekia, lugas
dan logis, jelas, padat dan ringkas, dan konsisten.

a. Cendekia

Bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan berbicara mampu


mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. Untuk menghasilkan bahasa
seperti ini, dapat dilakukan dengan penyusunan atau pengorganisasian bahasa
secara sistematis Pengungkapan gagasan harus teratur dan runtut sehingga
menunjukkan kelogisan berpikir pembicara.

Contoh:
Kemajuan informasi pada era globatisasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilal-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya
barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimunekinkan tidak sesuai dengan
nilal-nitai budaya dan moral bangsa Indonesia.

Tampaknya agak sulit memahami kalimat di atas, padahal gagasan yang


disampaikan cukup sederhana, yairu "telah terjadi pergeseran nilai akibat budaya
barat Coba bandingkan kalimat di atas dengan kalimat berikut. Pergeseran nilal-nilai
budaya bangsa terjadi katena masuknya pengaruh budaya Barat ke Indonesia.

b. Lugas dan Logis

Bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan berbicara tidak bermakna ganda.
Ini berkaitan dengan kelugasan makna. Sementara kelogisan adalah bahasa yang
digunakan dalam kegiatan berbicara dapat diterima akal.

Contoh:

Kalau pada zaman Sunan Kalijaga dalam kesenian wayang termasuk ceritanya
digunakan sebagai media penyebaran agama. Maka di masa sekarang terbit
tepat apabila penanaman budi pekerti dalam cerita wayang melalui pengajaran
apresiasi.

Kalimat di atas tidak lugas, pendengar kesulitan memahamı kalimat tersebut


Oleh karena itu, kalimat tersebul perlu diperbaiki. Coba bandingkan kalimat di atas
dengan kalimat berikut.

Kalau pada zaman Sunan Kalijaga, kesenlan wayang, termasuk ceritanya,


digunakan sebagai media penyebaran agama. Saat ini, kesenian wayang
digunakan sebagai media penanaman budi pekerti melaluf apresiasi
Selain kelugasan, kalimat dalam berbicara formal juga harus memperhatikan
kelogisan yang tampak pada struktur, diksi, ejaan, dan tanda baca

Contoh:

Saat terjadi kekacauan di pasar, pencuri berhasil ditangkap sama polisi.

Kalimat di atas tidak logis. Apakah mungkin pencuri berhasil, tetapi ditangkap
polisi? Coba bandingkan kalimat di atas dengan kelimat berikut.

Saat teriadi kekacauan di pasar, polisi berhasil menangkap pencuri.

c. Jelas

Kejelasan makna bahasa sangat dituntui dalam kegiatan berbicard. Kejelasan


yang dimaksud adalah bahasa vang digunakan dalam kegiatan berbicara harus jelas
struktur kalimat dan maknanya

Contoh:

Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah
dan lakunya dalam sehari hari.

Coba cermati kalimat di atas, betapa sulitnya memahami makna kalimat


terscbut Agar kalimat tersebut dapat dipahami pendengar, perlu dilakukan
perbaikan, sepeni tampak pada kclimat berikut.

Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-
hari.

d. Padat dan Ringkas

Gagasan yang akan diungkapkan tidak tumpang tindih dengan unsur-unsur lain
yang tidak ada hubungannya dengan gagasan yang ingin dikemukakan. Sementara
yang dimaksud ringkas adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbicara
harus singkat, tidak menggunakan kata-kata berlebihan (mubazir).

Contoh:

Pendidikan agama di sekolah dasar bagaimanapun tidak akan terlaksana


dengan baik tanpa adanya dukungan yang baik pula dari orang tua murid dalam
keluarga.
Penggusaan kata baik yang diulang menjadikan kalimat tersebut agak sulit
dipahami. U'ntuk itu, perlu diringkas menjadi kalimat berikut:

Pendidikan agama di SD tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan


orang tua.

e. Konsisten

Bahasa ilmiah harus konsisten. Artinya, bahasa yang digunakan dalam


kegiatan berbicara hanus ajeg (tsat asas), baik dalam penggunaan struktur, pilihan
kata, maupun penggunaan kaidah bahasa Jainnya

2. Pilihan Kata (Diksi) dan Kata Baku dalam Berbicara Formal

Dalam menentukan sebuah kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu makna kata, posisi kata, dan kesesuaian kata dengan nilai sosial
kemasyarakatan. Ada dua dasar yang dapat dijadikan aturan memilih kata, yaitu
ketepatan dan kesesuaian.

Ketepatan berkaitan dengan pengucapan kala-kata yang sesuai dengas


kaidahkaidah kebahasaan. Sementara kesesuaian berkaitan dengan pengucapan kata-
kata yang sesuai dengan situasi pembicaraan daa norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

Kedua syarat ini harus diperhatikan pembicara dalam menentukan kata untuk
membangun sebuah ujaran. Perhatikan contoh berikut ini!

Hadirin yang berbahagia.

Di sini aku akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan posisi kita
sebagai orang yang teraniaya. Marilah berpikir sejenak, pantaskah kita
diperlakukan seperti ini? Satu hal yang musti di pahami, semua manusia lahir
mempunyai hak yang sama. Akan tetapi, apa yang kita dapatkan selama ini?
Apakah mereka enda tahu akan hal itu?

Ada tiga kata yang digunakan dalam kalimat di atas yang tidak
mempertimbangar kaidah-kidah pilihan kata. Penggunaan kata aku tidak sesuai
dengan situasi pembicara jika pembicaraan tersebut dilakukan dalam situasi formal.
Sementara penggunaan kata musti dan enda tidak tepat dilihat dari kaidah-kaidah
kebahasaan karena yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan adalah mesti dan
tidak.

Selain itu, dalam berbicara juga seorang pembicara formal perlu


memperhatikan penggunaan kata baku. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia. Kata baku merupakan kata yang sudah benar dengan aturan
maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia dan sumber utama dari bahasa baku, yaitu
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kata baku umumnya sering digunakan pada
kegiatan berbicara formal. Berikut ini merupakan contoh kata tidak baku yang
disandingkan dengan penulisan kata yang seharusnya (baku).
3. Kalimat Efektif dalam Kegiatan Berbicara Formal

Dalam berbicara, kemampuan menyusun kalimat sangat mendukung


keefektifan berbicara. Kalimat efektif mengandung pengertian bahwa kalimat yang
digunakan dalam berbicara harus mengandung makna yang jelas sehingga pesan yang
disampaikam pembicara dapat dimaknai pendengar seperti yang dimaksud pembicara.
Kejelasan pesan yang diterima pendengar memang tergantung dari dukungan
komponenkomponen komunikasi. Akan tetapi, jika berbicara kalimat efektif,
pembahasan masalah tersebut hanya menyangkut kalimat sebagai struktur sintaksis
dan semantis. Artinya, keefektifan kalimat ditentukan oleh struktur sintaksis dan
semantis yang benar. Kalimar yang demikian itu memenuhi syarat kesepadanan,
kesejajaran, dan kehematan. Terkait dengan itu.

a. Ketidaksepadanan

Sebuah ujaran harus mempunyai struktur kalimat yang baik. Artinya, sebuah
ujaran minimal harus mempunyai unsur subjek dan predikat karena kedua unsur
tersebut merupakan syarat minmal sebuah kalimat

Contoh:

Dalam peristiwa itu mengingatkan kita akan keberadaan dan tugas kita
sebagai anak bangsa. Dalam peristiwa itu pula menunjukkan bahwa ada
di antara elemenelemen bangsa yang kurang siap mengisi era
reformasi.

Dari segi struktur, kedua kalimat itu tidak jelas fungsi subjeknya, dan
pembicara menganggap frase dalam peristiwa itu pada kedua kalimat di atas
sebagai subjek. Padaha frase dalam peristiwa itu berfungsi sebagai keterangan.
Seharusnya kedua kalimat itu diungkapkan dalam struktur berikut.

Peristiwa itu mengingatkan kita akan keberadaan dan tugas kita


sebagai anak bangsa. Peristiwa itu pula menunjukkan bahwa ada di
antara elemen-elemen bangsa yang kurang siap mengisi era reformasi.
b. Ketidaksejajaran

Kalimat-kalimat yang diungkapkan pembicara juga menuntut kesejajaran


bentuk gagasan dan makna. Kesejajaran bentuk mengandung pengertian bahwa
kata-kata yang digunakan dalam suatu ujaran harus mempunyai bentuk yang
sama.

Contoh:

Hal yang harus diperhatika dan terpenting bagi para peserta


penataran ini adalah menghayati dan pengamalan Pancasila

Dalam kalimat di atas ada dua kata yang mempunyai bentuk yang tidak sejajar,
yaitu menghayati dan pengamalan. Kedua kata tersebut mempunyai kedudukan yang
sederajat. Oleh karena itu, bentuknya pun harus disejajarkan. Kesejajaran gagasan
adalah kesejajaran gagasan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf. Kalimat-kalimat
tersebut harus mengandung gagasan yang sejajar. Perhatikan contoh berikut.

Seperti yang telah dilakukan oleh Bapak Bupati. Kemarin Bapak Bupati
mengunjungi desa ini, dan Pak Lurah menyertai Bapak Bupati, dan
mereka meninjau pelaksanaan program penghijauan, tetapi cuacanya
tidak baik, dan mereka hanya dapat meninfau dua lokasi.

Bagaimana menurut Anda memahami kalimat di atas? Kalimat itu


memperlihatkar gabungan yang berlebihan Memang anak kalimatnya menunjukkan
kesejajaran, tetapi gagasannya tidak menunjukkan kesejajaran. Bandingkan kalimat
tersebut dengan perbaikan kalimat berikut.

Kemarin Bapak Bupati mengunjungi Desa ini, disertai para lurah.


Mereka ermaksud meninjau pelaksanaan program penghijauan. Karena
Cuacanya tidak baik, mereka hanya dapat meninjau dua lokasi.

Kesejajaran gagasan makna adalah kesejajaran makna kata-kata dalam


sebuah kalimat Dalam bahasa Ingeris, kesejajaran makna imi harus diperhatikan
karena makna satu kata harus disejajarkan dengan makna kata lainnya dalam sebuah
kalimat. Misalnya, ketika sebuah kalimat mengharuskan menggunakan kata there
dalam jenis kalimat present tenses maka harus dikuti oleh are, tdak boleh is atau am.
Walaupun tidak sebanyak dalam bahasa Inggris, dalamm bahasa Indonesia pun
kadang-kadang ada kata yang harus disejajarkan maknanya dengan kata lain dalam
sebuah kalimat
Contoh:

Seperti yang kita perhatikan dalam tayangan televisi Aljajera, anak


itu berlarian menghindari serangan udara pasukan koalisi.

Ketidaksejajaran dalam kalimat di atas terletak pada penggunaan kata


berlarian untuk menunjukkan perbuatan yang ditunjukkan oleh anak itu. Anak itus
bermakna tunggal, sedangkan berlarian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
orang banyak. Jadi, kurang tepat jika berlarian dipakai untuk menunjukkan kegiatan
yang dilakukan anak itu yang masih menunyukkan jumlah satu Seharusnya kalimat itu
diubah menjadi:

Seperti yang kita perhatikan dalam tayangan televisi Aljajera, anak-


anak itu berlarian menghindari serangan udara pasukan koalisi.

Atau

Seperti yang kita perhatikan dalam tayangan televisi Aljajera, anak


itu bertari menghindari serangan udara pasukan koalisi.

c. Ketidakhematan

Ketidakhematan mengandung pengertian bahwa dalam menggunakan kata


harus sehemat mungkin. Banyak potensi-potensi yang dapat menyebabkan
penggunaan kata yang sebetulnya tidak diperlukan. Hal ini telah menjadi sesuatu
yang dianggap lumrah sehingga hampir tidak dirasakan lagi bahwa penggunaan
kata tersebut bukan merupakan kesalahan. Masalah ini biasa teriadi dalam
penggunaan kata yang mengandung makna arah.

Contoh:

 Anda harus turun ke bawah melaluf tangga ini.

 Tundukanlah matamu ke bawah.

Kata turun, tundukanlah, sudah mengandung makna arah ke bawah Jadi, tidak
perlu lagi menggunakan frase ke bawah Ketidakhematan ini pun biasa terjadi
pada penggunaan kata-kata yang mempunyai hubungan hiponimi.

Contoh:
Pada hari Jumat pula, kemerdekaan kita diproklamirkan. Hal ini
semakin membuktikan bahwa hari Jumat meruoakan hari keramat.

Penggunaan kala hari dalams kalimat di atas dianggap sebagai penggunaan


kata yang tidak hemat, sebab dalam kata jumat sudah mengandung makna hari.
Olch karena itu, sebaiknya kalimat di atas diungkapkan dalam urutan-unutan
berikut.

Contoh:

Pada Jumat pula, kemerdekaan kita diproklamirkan. Hat ini semmakin


membuktikan bahwa Jumat merupakan hari keramat.

Selain itu, ketidakhematan juga dapat berupa penggunaan kata-kata yang


tidak mendukung keutuhan makna sebuah kalimat, justru kehadirannya malah
merusak keutuhan makna.

Contoh:

Tujuan daripada pembangunan inf adalah membangun manusia


Indonesia seutuhnya.

Penggunaan kata daripada pada kalimat di atas selain tidak hemat juga
mengganggu keutuhan makna kalimat secara keseluruhan. Tidak hemat karena
kalimat tersebut tidak berubah maknanya dengan kehadiran kata daripada.
Mengganggu keutuhan makna kalimat karena dari segi makna kata daripada
tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Daripada biasa digunakan untuk
menghubungkan dua satuan yang menunjukkan hubungan perbandingan dalam
sebuah kalimat, sedangkan kalimat tersebut tidak mengandung makna hubungan.
Sebenarnya pembicara dalam kalimat tersebut bermaksud menggunakan kata
dari, bukan daripada. Akan tetapi, penggunaan kata dari pun dalam kalimat di
atas dipandang sebagai ketidakhematan karena kalimat tersebut tidak berubah
maknanya dengan kehadiran kata dari.

4. Gaya Bahasa Retoris dalam Berbicara Formal

Gaya bahasa merupakan cara yang digunakan pembicara untuk menyampaikan


pikiran dan perasaannya agar mendapat kesan tertentu pada pendengar Keraf (1984
112) berpendapat, "Gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai
bahasa"

Gaya bahasa tidak hanya mengandalkan unsur-unsur kebahasaan, tetapi


unsurunsur di luar bahasa pun memegang peranan yang cukup menentukan
keberhasilan berbicara Olch karena itu, di samping harus menguasai kosakata dan
memiliki kemampuan merangkai kalimat yang efektif, seorang pembicara harus
menguasai keterampilan menggunakan gaya bahasa.

Hal lain diungkapkan oleh Tarigan (1990 5) bahwa gaya bahasa adalah bahasa
indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih
umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu. Konotasi yang ditimbulkan gaya bahasa harus mendukung tujuan
berbicara bukan justru menimbulkan makna ambigu.

Dalam menggunakan gaya bahasa, seorang pembicara tentu mempunyai tujuan


tertentu. Dengan memanfaatkan unsur kebahasaan, seorang pembicara berusaha
"merekayasa" cjaan, kata, kalimat, dan unsur-unsur kebahasaan lainnya agar menjadi
kalimat-kalimat yang mempunyai makna lebih dari makna dasarnya.

Karena adanya rekayasa" unsur-unsur kebahasaan, gaya bahasa memungkinkan


munculnya penyimpangan penggunaan kalimat dan makna dasanya. Penyimpangan
tersebut dapat berada pada tataran struktur dan makna. Misalnya, dalam retorika
presenter musik, gaya bahasa yang digunakan umumnya menyimpang dari struktur
bahasa baku. Penyimpangan seperti ini oleh Keraf disebut gaya bahasa retoris

Berkenaan dengan gaya bahasa retoris, Keraf (1984: 130-136) membagi gaya
bahasa ini menjadi dua puluh jenis, sebagamana dikemukakan dalam rincian berikut.
Aliterasi, yaitu gaya bahaya yang berwujud perulangan konsonan yang sama.

a. Aliterasi, yaitu gaya bahaya yang berwujud perulangan konsonan yang


sama.
Contoh:

 Susuri Sungai Sebrangi Samudra

 Senyum Sopan Salam Sapa Sesama


b. Asonansi, yaitu gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang
sama.

Contoh:

 Salam rindu di malam minggu.

 Sedikit pelit sedikit rumit

c. Anastrof. yaitu gaya bahasa yang diperoleh dengan pembalikan susuran


kata yang biasa dalam kalimat.

Contoh:

Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya

d. Apofasis, yaitu gaya dengan cara penegasan sesuatu, tetapi tampaknya


menyangkal.
Contoh:

Saya tidak mau berterus terang kepada wartawan bahwa Anda telah
menggelapkan uang negara

e. Apostrof, yaitu gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari


hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.
Contoh:

Hai Penguasa Tangkuban Perahu, datanglah, tolonglah cucumu inl untuk


melawan si angkara murka.

f. Asindeton, yaitu gaya behasa yang berupa acuan yag bersifat rmpat dan
beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan
dengan kata penghubung.

Contoh:

Perasaannya remuk, hatinya hancur, pikirannya tinglung, semangat


hidupnya lenyap saat mendengar kabar tentang istrinya yang telah
menyeleweng dengar laki laki lain.
g. Polisindeton, yaitu gaya bahasa yang berupa acuan yang berstfat rapat
dan beberapa kata, frase, dan klausa yang sederajat dihubungkan dengan
kata penghubung.

Contoh:

Dia tertunduk lesu dan lantas membungkuk, kemudian menangis


tersedu-sedu.

h. Kiasmus, yaitu gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau
klaust yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain,
tetapi susunan frase atau klausanya terbalik jika dibamdingkan dengan
frase atau klausa lainnya.

Contoh:

Dia betul betul telah frustasi, hilang sudah semangatnya yang


menggebu-gebu karena usaha wiraswastanya selalu gagal.

i. Elipsis, yaitu gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur


kalimat yang dengan mudah dapat disy atau ditafsirkan sendiri olch
pembaca atau pendengar sehingga struktur gramatikal atau kalimafnya
memenuhi pola yang berlaku.

Contoh:

Orang itu mengambil sesuka hati (Penghilangan objek)

j. Eufemismus, yaitu gaya bahasa yang menggunakan ungkapan yang halus


agar tidak menyinggung orang lain.

Contoh:

Penjahat perang itu sekarang tetah diamankan. (Maksudnya


dipenjarakan).

k. Litotes, yattu gaya hahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan
tujuan merendahkan diri.

Contoh:

Inilah gubuk kami, mudah mudahan tuan betah bermalam di sini.


l. Histeron proteron, yaitu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
sesuatu yang logis atau wajar.

Contoh:

Bila ia sudah berhasit mendaki tebing itu, sampailah ia di tepl danau


dengan airnya yang jernih

m. Pleonasme, yaitu gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang lebih


untuk menyatakan satu gagasan.

Contoh:

Saya sudah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.

n. Erotesis, vaitu gaya bahasa yang menggunakan kalimat pertanyaan yang


tdak membutuhkan jawaban.

Contoh:

Buat apa kita takut kepadanya? Dia manusia, kita juga manusia, sama
sana makan nasi.

o. Koreksio, gaya bahasa yang berwujud pencgasan sesuatu yang kemudian


diperbaiki.
Contoh:

Kemarin sore eh maaf tadi malam wanita itu datang di pondoknya.

p. Hiperbola, yaitu gaya bahasa yang mengandung permyataan yang


berlebihan.
Contoh:

Pidatonya berapi api.

q. Paradoks, yaitu gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan


fakta-fakta yang ada.

Contoh:

la merasa sepi di tengah-tengah kota Jakarta.


r. Oksimoron, yaitu gaya bahasa dengan cara menggabung-gabungkan dua
kata atau frase yang bertentangan, lebih tajam dari paradoks.
Contoh:

Dari tadi mereka memang tidak berkata-kata, tetapi sebenarnya


kepala mereka bergejolak dengan protes.

s. Personifikasi, yaitu gaya bahasa yang membandingkan benda-benda tidak


ernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:

Dengan sabarnya, ombak-ombak itu mencium bibir pantai.

5. Penalaran dalam Berbicara Formal

Uraian yang disampaikan dalam kegiatan berbicara formal pada dasarnya


merupakan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada fakta-fakta yang
mendukung gagasan pokok pembicaraan. Berdasarkan fakta-fakta inilah sebuah
permyataan muncul dari seorang pembicara. Kegiatan menghubungkan fakta-fakta
yang menghasilkan gagasan itu menghasilkan. Jadi, penalaran bertumpu pada fakta.

Ada dua jenis penalaran, yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran
induktif adalah proses menghubungkan fakta-fakta untuk mencapai sebuah
kesimpulan. Fakta bersifat khusus dan kesimpulan bersifat lebih umum dari fakta.

Sementara penalaran deduktif merupakan proses pembuktian sebuah teori.


Teori yang ada mengenai sebuah konsep dibuktikan kebenarannya dengan cara
mencari data data yang dapat membenarkan teori tersebut. Dalam hal ini, teori
diperlakukan sebaga pemyataan yang bersifat umum. Dari fakta itulah, dapat
diketahui beberapa kesimpulan yang lebih khusus dari pernyataannya.

Uraian seorang pembicara biasanya dikemukakan dengan kedua pola ini. Ketika
seorang pembicara memulai pembicaraannya dengan menghadirkan beberapa fakta
sehingga pada akhimya diperoleh sebuah kesimpulan tentang fakta-fakta itu, dia
sedang menggunakan penalaran induktif. Sebaliknya, ketika seorang pembicara
memulai pembicaraannya dengan sebuah teori, kemudian teori itu dibuktikan dengan
beberapa fakta yang dapat membenarkan atau sebaliknya mementahkan teori
tersebut, dia sedang menggunakan penalaran deduktif. C.
B. TAHAP-TAHAP BERBICARA FORMAL

Kegiatan berbicara formal mempunyai tahapan-tahapan tertentu. Dari mulai


persiapan sampai pada pelaksanaan, bahkan kalau memungkinkan sampai pada tahap
evaluasi. Tahap-tahap tersebut bukan merupakan sesuatu yang harus dilalui dengan utuh
karena tahapan-tahapan ini bukan merupakan suatu rukun dari sebuah perbuatan.

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh scorang
nenbicara, yaitu (1) penentuan topik. (2) penentuan tujuan, (3) pengumpulan
referensi.(4) penyusunan kerangka, dan (5) berlatih.

a. Penenuan Topik

Penentuan topik merupakan hal yang pertama kali dilakukan sebelum


kegiatan herbicara berlangsung. Biasanya ada dua jenis penentuan topik,
yaitu topik tersebui telah ditentukan oleh panitia yang mengundang
pembicara dan topik yang ditentukan sendiri olch pembicara. Jika topik itu
telah ditentukan olch panitia yang mengundang segala hal pertimbangan yang
berkaitan dengan penentuan topik tidak perlu dilakukan pembicara. Di sini
mungkin pembicara hanya tingeal mendiskusikan kemungkinan topik tersebut
dapat direspons oleh calon pendengar Diskusikanlah segala kemungkinan yang
dapat diprediksi dengan topik tersebut. Tidak salah jika pembicara memberi
masukan masukan kepada panitia berdasarkan pengalaman selama dia menjadi
pembicara. Dengan cara ini, topik yang akan dibicarakan akan lebih sempurna.

Akan tetapi, jika penentuan topik terscbut diserahkan sepenuhnya


kepada pembicara. Miadar dan Mukti US (1992 39) mengungkapkan hal-hal
berikut dapat menjadi bahan pertimbangan.

1) Topik harus menarik, kemenarikan sebuah topik harus diukur dari


sudur pembicara dan pendengar Hal-hal yang harus dipertimbangkan
selanjutnya agar topik yang telah ditentukan itu menarik sebagai
berikut.

a) merupakan masalah yang menyangkut persoalan bersama

b) merupakan jalan keluat dani persoalan yang sedang dihadapi


mengandung konfliık pendapat
c) tidak tmelampaui dan terlalu mudah untuk daya tangkap pendengar.

d) masalah yang disampaikan sesuai dengan waktu yang disediakan.

e) bersifat aktual, sedang menjadi pembicaraan dalam waktu yang


relevan.

f) mengandung nilai manfaat.

2) Topik tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu sempit.

3) Topik yang dipilih hendaklah belum bany ak diketahui pendengar.

4) Topik-topik yang dipilih juga hendaklah jangan yang tidak Anda


ketahui dan kurang didukung bahan dan sumbet-sumber bahan yang
cukup.

b. Penentuan Tujuan

Sebelum kegiatan berbicara dilakukan, harus diperjelas dulu tujuan


Anda berbicara Jangan sampai kegiatan berbicara dilakukan tanpa tujuan
yang jelas Banyak tujuan yang dapat dicapai melalui kegiatan berbicara
Sebelum kegiatan berbicara dilakukan, perlu ditentukan dulu tujuannya Jika
tujuannya sudah jelas. pembicara dapat mengembangkan dan menggunakan
media yang sesuai dengan tujuan tersebut Banyak tujuan yang dapat dicapai
melalur kegiatan berbicara. Supriyana (2007:171.13) mengemukakan bahwa
sedikitnya ada sermbilan rujuan berbicara formal, yaitu (1) kebutuhan sosial,
(2) ekspresif, (3) rttal, (4) instrumental. (5) meyakinkan, (6) memengaruhi,
(7) mempesluas wawasan. (8) menggambarkan, dan (9) menceritakan.

Seorang pembicara harus pandai menentukan tujuan berbicara Tojuan


berbicara terkait dengan jenis kegiatan berbicara yang akan dilakukan
Misalnya, dalam makalah seminar, pembicara mencntukan tujuan pemalisas
makalah seminar ini untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui
latihan membuat resensi buku. Munckinkah melalui seminar kemampusn
tmenulis siswa dapat ditinekatkan?

Peningkatan kemampuan menulis tidak dapat ditingkatkan melalui


kegiatur semsusar, tetapi melalut kegiatan kegiafan yang bersifat praktis,
misalnya pelatihan atau lokakarya Berkaitan dengan penimekatan kemampuan
menuis, kegiatan semina hanya dapat menjclaskan bagaimana membuat model
pelatihar untuk meningkatkan kemampuan memulis, dan hubungan antara
latihan membuat resetsi buku dengan peningkatan kemampuan menulis Jadi,
tujuan seminar di atas harus diubah menjadi "untuk menjclaskan pemingkatan
kemampuan menulis melalui latihan membuat resensi buku

c. Pengumpulan Referensi

Banyak sumber infomasi yang dapat dijadikan referensi atau


pendukung kegiatan berbicara, misalnya media cetak, medis elektossk, buku,
dan internet. Ini dapat diperolch di banyak tempat dengan mudah. Satu hal
yang harus menjadi pegangan seorung pembicara dalam mencani referensi
adalah keautentikan referensi yang dijadikan pendukung dalam berbicara
Kcautentikan referensi menjadi bahan pertimbangan agar uraian dalam
pembicarnan dapat diperuanggungjawabkan.

Referensi berguna bagi pembicara untuk pertanggungiawaban


kebenaran maten tuturan Jika ada tangsapan dan pendengar, walaupun
tangeapan lersebut menyalahkan uraian pembicara, petbicara dapat
mictungukkan babwa referenst yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Misalnya, dalam berbicara argumentatif referensi dapat
berfunssi untuk memperkuat gagasan atau dapat mementahkan opini opini
yang berkembang di masyarakat Dalam berbicara ekposstif, referensi dapat
digunakan untuk memperluas wawasan pendengaf

d. Pengorganisasian Gagasan

Kerangka dalam kegiatan berbicara berfungsi untuk menbimhing arah


pembicaraan. Dengan kerangka ini, pembicara dapat mengatur keluasan dan
kedalaman gagasan yang diuraikannya sehingga uraiannya terfokus pada satu
pokok pembicaraan.

Topik yang telah ditentukan dengan segala pertimbangannya dipecah-


pecah menjadi beberapa subtopik yang menunjukkan hubungan bagian.
Misalnya, Anda menenukan topik "Peraman Orang Tua dalam Membina
Hubungan Harmonis Antaranggota Keluarga. Dalam kegiatan ceramah,
organisasi gagasannya dapat disusun lebih kurang seperi berikut ini.
1) Mukadimah.

2) Pendahuluan.

3) Bila perlu, uraian-uraian pemikat (dapat berupa puisi, lagu, atau cerita
anekdot)

4) Uraian pokok

a) fungsi orang tua dalam keluarga;

b) jenis-jenis hubungan yang perlu dibangun dalarn sebuah keluarga;

c) pentingnya membina hubungan harmonis dalam keluarga;

d) kiat-kiat yang dapat dilakukan orang tua dalam membangun hubungan


barmonis.

5) Pertanyaan dan tanggapan

6) Penutup

e. Berlatih

Berlatth merupakan tahapan terakhir dalam persiapan Berlatihlah


dalam kualitas dan kuantitas yang mendukung dan terarah. Banyak cara dapat
dilakukan dalam berlatih Latihan dapat dilakukan dengan cara sendiri atau
meminta bantuan pihak lain.

Secara mandin, cobalah berlatih di depan cermin agar scgala gerak


getik tubuh dari atas sampai bawah dapat diamati. Dengan cara seperti ini,
Anda sebagai pembicar berfungsi ganda, yaitu sebagai pembicara dan
pengamat Amatilah setiap gerakan dan ucapan yang Anda lakukan Berilah
evaluasi yang jujur.

Jika dengan cara mandin dirasakan kurang memungkinkan karena akan


membuyarkan konsentrasi Anda. latihan dapat dilakukan dengan meminta
bantuan orang lain Orang lain dapat berperan sebagai pengamat atau
pendengar (dilakukan dengan cara simulasi) Mintalah masukan dari mercka
Jika perlu siapkanlah lembar pengamatan yang dapat diisi olch "pendengar"
agar pengamatan terfokus pada hal-hal yang memang perlu mendapat
perhatian Jika proses ini sudah Anda lakukan, siapkanlah mental dan fisik
Anda agar pada saat melakukan kegiatan berbicara yang sesungguhnya dapat
berjalan seperti yang telah direncanakan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Berbicara

Tibalah saatnya kegiatan berbicara yang sesungguhnya Anda harus percaya


diri bahwa segala sesuatunya telah dilakukan Secara umum, pelaksanaan kegiatan
berbicara dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut.

a. Pembukaan
Pembuka berisi tentang pengantar sebelum masuk ke pembahasan pokok
Dalam bagian ini biasa berisi tentang:

1) doa pembuka (jika kegiatan berbicara berkaitan dengan masalah


keagamaan);

2) latar belakang masalah yang berkaitan dengan pembahasan;

3) tujuan pembahasan;

b. Pembahasan Pokok

Bagian ini merupakan inti dari pembicaraan. Bagian ini menuntut banyal
persiapan pembicara karena di bagian inilah kemampuan pembicara diuji.

c. Penutup

Bagian ini merupakan akhir dari seluruh kegiatan berbicara. Olch karena
itu, halhal yang diungkapkan adalah simpulan dari seluruh uraian.

Tahapan-tahapan di atas merupakan tahapan-tahapan yang biasa dilakukan dalam.


kegiatan berbicara formal. Namun, saat ini berkembang teknik baru dalam
berbicara yang sering dilakukan oleh pembicara, yaitu dengan menyisipkan satu
kegiatan di antara pembukaan dan pembahasan pokok atau di antara pembahasan
dan penutup, yaitu ungkapan-ungkapan yang berfungsi sebagai pemikat atas daya
tarik untuk memusatkar perhatian pendengar, misalnya dengan mengungkapkan
puisi, lagu, atau cerita anekdot yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan
berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut
seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya. Sesuatu yang
masih kurang dapat segera diperbaiki, sedangkan yang sudah bagus harus
dipertahankan kualitasnya, bahkan kalau mungkin lebih diperbagus lagi.

Sama halnya dengan ketika berlatih, evaluası dapat dilakukan baik secara mandiri
maupun bantuan orang lain. Secara mandiri, dapat dibantu dengan alat perekam,
baik rekaman auditif maupun rekaman audiovisual. Rekaman ini dapat saja
dilakukan atas permintaan pembicara sendiri dan dengan petlengkapan yang
disediakannya sendini Hasil rekaman diputar ulang, lalu amatilah setiap tahapan-
tahapan yang dilakukan. Dengan demikian, pembicara dapat memberikan evaluasi
terhadap kualitas berbicaranya.

Selain itu, evaluasi pun dapat dilakukan dengan minta bantuan orang lain, baik itu
orang yang diminta secara khusus oleh pembicara maupun pendengar. Minialah
masukan dan mereka. Masukan tersebut dapat saja berupa masukan yang kurang
baik yang baik, balikan mungkin saja yang menyudutkan Jadikanlah semua itu
sebags bahan untuk memperbaiki diri agar kemampuan berbicara Anda menjadi
kompetens yang banyak diperhitungkan orang.
KEGIATAN BELAJAR 2 – Presentasi
salah satu kegiatan akademik yang sering dilakukan mahasiswa adalah presentasi, misalnya
presentasi materi perkuliahan, presentasi dalam melaporkan hasil penelitian, atau
presentasi dalam mengajukan kegiatan (proposal). Banyak kesempatan bagi setiap
mahasiswa untuk melakukan kegiatan presentasi.

Ada tujuan yang akan disampaikan seseorang dalam melakukan presentasi. Akan tetapi,
banyak presentasi disampaikan dengan cara membaca makalah, membaca slide. Tidak
memaksimalkan bahasa tubuh, dan tidak mampu menghadapi sesi tanya jawab dengan baik.
Betapa membosankannya mengikuti presentasi semacam ini.

Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan presentasi, kegiatan belaja ini terfokus
pada pembahasan tentang (1) pengertian dan macam-macam presentasi, (2) tujuan dan
manfaat presentasi, (3) teknik melakukan presentasi, (4) aspek kebahasaan dalam
presentasi, dan (5) presentasi bagi mahasiswa.

A. PENGERTIAN, KOMPONEN, DAN JENIS PRESENTASI

Presentasi telah berkembang tidak hanya di lingkungan akademik, tetapi di dunia


hiburan pun istilah presentasi serng digunakan. Misalnya, tayangan musik di televisi
sering dipandu oleh scorang presenter, walaupun praktiknya tidak sama dengan
presentasi yang dilakukan untuk kepentingan akademik.

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan pihak lain yang yang sifat
kolektif. yakni sekelompok orang dalam berbagai skala (kecil/sedikit atau besar/ banyak)
Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada
orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada lima batasan tentang presentasi,
yaitu:

1. pemberian (tentang hadiah);

2. pengucapan pidato (pada penerima suatu jabatan);

3. perkenalan (tentang sescorang kepada sescorang, biasanya kedudukannya lebih


tìnggi);

4. penyajian atau pertunjukan (tentang sandiwara, film, dan sebagainya) kepada orang-
orang yang diundang;
5. menyajikan dan mengemukakan (dalam diskusi, ceramah, dan sebagainya);
Banyak abli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian presentasi.
Triwidodo dan Kristanto (2004: 147) mengemukakan bahwa
presentasi merupakan suatu bentuk laporan lisan mengenal
suatu fakta tertentu kepada komunikan.

Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran komunikasi. Hal ini berarti
presentasi dapat bctlangsusng dalsamdusabestuk, yastu lisan dan tulisan Melalui
presentasi seorang presenter (orang yang menyampaikan presentasi) dapat
menyampaikan pesan dan gagasannya kepada orang lain.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sutomo (2007 1) mengatakan bahwa,

presentasi adalah suatu kegiatan aktif yang dilakukan seorang


pembicara untuk menyampalkan dan mengomunikasikan ide dan
Informasi kepada sekelompok pendengar."

Jadi, presentasi merupakan kegiatan yang dilakukan secara aktif dengan


melibatkan orang lain selain pembicara.

Di samping digunakan untuk kepentingan akadernik, presentasi juga sering


digunakan untuk tuyuan di suas akademik Untuk kepentingan ini, Triwahyuni dan
Kadir (2003 1) mengemukakan bahwa.

"presentasi merupakan kegiatan yang penting dalam


mengomuntkasikan suatu gagasan kepada orang lain dengan
berbagai tujuan, misalnya untuk menarik pendengar agar
membelf produk, menggunakan jasa, atau untuk kepentingan
orang lain."

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa presentasi


adalah kegiatan berbicara untuk menyampaikan informasi dan gagasan secara verba
kepada pihak dengan tujuan serienu Sclain itu, presentasi juga merupakan sebuah
proses yang melibatkan banyak komponen.

Berkaitan dengan komponen presentasi, Binhar (2016) mengemukakan Iima


komponen dalam presentasi sebagai berikut.

1. Komunitor
Dalam kegiatan presentasi, komunikator sering disebut presenter, yaitu orang
yang menyampaikan presentasi. Untuk melakukan presentasi dengan sukses,
sebagai seorang presenter harus memiliki kriteria sebagai berikut.

a. menguasai materi dan bahasa dengan baik;

b. mempunyai keberanian;

c. memiliki ketenangan;

d. sanggup menampilkan gagasan secara lancar dan teratur;

e. sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat terhadap situasi apapun
yang mungkin timbul saat presentasi; dan

f. memperlihatkan sikap yang tidak kaku.

2. Pesan

Presentasi dilaksanakan karena ada pesan yang ingin disampaikan kepada pihak
lain. Pesan ini bisa berbeda-beda tergantung topiknya, misalnya hasil penelitian,
produk, dan jasa.

3. Media yang digunakan

Media maksudnya alat atau sarana yang dijadikan sebagai pendukung dalam
presentasi karena pesan tidak hanya disampaikan secara verbal atau diucapkan,
tetapi juga dapat secara nonverbal (penekanan suara, gestur/mimik, dan tatapan
mata), dan visual (powerpoint).

4. Penerima pesan

Penerima pesan adalah pendengar. Mereka adalah orang-orang yang


berkepentingan untuk mendengarkan presentasi.

5. Efek pesan

Efek pesan adalah pengaruh vang muncul dari pendengar setelah menyampaikan
mendengarkan presentasi. Misalnya, setelah presentasi pendengar jadi
mengetahui produk Anda dan membeli. Keberhasilan efek ini bagi pendengar
sangat tergantung dari cara presenter menyiapkan dan menyampaikan presentasi.
Sebagai salah satu jenis kegiatan berbicara, presentasi dapat dilihat dari beberapa
jenis Edi (2016) mengemukakan empat jenis presentasi berikut.

1. Presentasi dadakan (impromptu).

Presentasi dilakukan secara mendadak tanpa persiapan apapun. Dalam hal ini
pembicara ditunjuk langsung untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar.

2. Presentasi naskah (manuscript).

Untuk melakukan presentasi ini, presenter melakukan presentasi dengan membaca


naskah yang sudah disiapkan sebelumnya.

3. Presentasi hafalan (memoriter).

Jenis presentasi yang dilakukan dengan cara menghapal teks yang telah disediakan
Berbeda dengan jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah dalam
melakukan presentasi.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRESENTASI

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa presentasi merupakan kegiatar


berbicara yang memerlukan proses. Oleh karena itu, kegiatan presertasi memiliki
beberapa tujuan. Edi (2016) mengemukakan lima tujuan kegiatan presentasi berikut.

1. Menginformasi

Presentasi dengan tujuan menginformasikan berisi informasi yang akar disampaikan


kepada orang lain. Seorang presenter sebaiknya menyampaikar informasi secara
rinci dan jelas sehingga pendengar dapat menerima informasi dengan baik dan tidak
salah persepsi.

2. Meyakinkan

Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusun secara logis (masuk
akal) dan sistematis sehingga presenter dapat meyakinkan pendengar tentang topik
yang menjadi fokus pembahasan.

3. Membujuk
Presentasi ini dapat berupa bujukan, tetapi harus didukung dengan bukti-bukti.
Melalui presentasi ini, presenter meyakinkan pendengar sehingga mau melakukan
suatu tindakan sesuai dengan yang disarankan presenter.

4. Menginspirasi

Presentasi bertujuan untuk membangkitkan inspirasi dan membenikan motivasi


kepada pendengar.

5. Menghibur

Presentasi bertujuan untuk memberi kesenangan kepada orang atau pendengar


melalui informasi yang disampaikan dalam presentasi

Selain memiliki tujuan, presentasi juga memiliki beberapa manfaat, dengan rincian
berikut.

1. Sebagai bahan paparan suatu pokok bahasan inti,

2. Media pembantu untuk penjabaran dari materi pelajaran sekolah alau suatu
proyek kerja,

3. Kesan lebih eksklusif karena melibatkan alat presentasi (profesional),

4. Pendengar biasanya akan lebih jelas jika disertai dengan media gambar dan
presentasi itu sendiri, dan

5. Memupuk mental yang ada dalam diri presenter.

C. TEKNIK PRESENTASI

Teknik presentasi digunakan olch seorang presenter dengan tujuan agar


presentasinya sesuai dengan yang diharapkan. Edi (2016) membahas presentasi dihat
dari tiga aspek, yaitu penyiapan media, penyampaian presentasi, dan struktur presentasi.

1. Penyiapan Media

Media yang lazim digunakan dalam presentasi adalah slide power point Ada teknik
presentasi yang perlu dipeshatikan dalam pembuatan slide presentasi.

a. Pilih tema desain yang relevan.


Sebuah slide yang baik akan mampu menjelaskan ide dan gagasan yang ingin
disampaikan oleh seorang presenter. Slide harus memiliki kesesuaian dengan
topik yang dibicarakan.

b. Hindari sajian teks panjang.

Pemakaian teks yang terlalu panjang dapat mernbuat slide tidak dapat terbaca
oleh pendengar Berdasarkan beberapa teori, maksimum lima baris teks dalam
sebuah slide. Jadi, jika harus menampilkan teks dalam bentuk daftar, pastikan
tidak lebih dari lima baris.

c. Gunakan alur yang teratur.

Slide yang baik memiliki alur yang teratur, dari pendabuluan, penjelasan/isi
hingga penutup.

d. Berikan mulimedia yang relevan.

Untuk menambah daya tarik, slide dapat ditambahkan multumedia yang relevan,
sepesti gambar, animasi, audio, video.

e. Usahakan satu slide berisi satu pesan.

Slide presentasi yang baik hanya terfokus pada satu pesan.

f. Perhatikan karakter huruf dan ukuran huruf!

Karakter huruf dan ukuran huruf dalamı slide harus proporsional dan sesuai
dengan ilustrasi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

2. Penyampaian Presentasi

Berikut ini adalah teknik presentast yang perlu diperhatikan pembycara saat
akan menyampaikan presentasi.

a. Persiapkan diri dan sering latihan, semakin banyak melakukan latihan, akar
semakin mahir dalam presentasi.

b. Penampilan, menjaga penampilan pada saat presentasi juga sangat penting


Penampilan seseorang dapat meningkatkan rasa percaya diri.
c. Persiapkan materi dan bahan, teptukan butir-butir penting (bukan slide yang
penuh tulisan).

d. Kuasai materi (menjabarkan secara lisan poin tersebut).

e. Siapkan contoh pendukung.

f. Susun materi dengan terstruktur

g. Cara penyampaian

1) santai, sopan, dan tidak terburu-buru,

2) intonasi dan bahasa rubuh,

3) interaksi,

4) bahasa yang mudah.

5) selipkan selingan atau humor

3. Struktur Presentasi

a. Pembuka

Pembuka sangat penting karena di sinilah kesempatan untuk menarik perkatian


pendengar tentang apa yang akan disampaikan, membangun kredibilitas Anda
sebagai presenter bahwa Anda adalah orang tepat dan patut didengarkan dan
menyampaikan garis-garis besar presentasi.

b. Isi

Isi dari presentasi yang sudah dipersiapkan akan memudahkan dalam menyusun
pembuka dan penutupnya Dari topik yang ingin disampaikan cobalah untuk
menguraikannya dalam beberapa poin utama. Kemsudian dari poin-poin itus
kembangkan lagi menjadi subpoin Jangan lupa untuk tmemperhitungkan lama atau
waktu yang ingin dipumakan untuk presentasi. kira-kura berapa menit yang
dibutuhkan untuk menyampaikan satu poin utama.

c. Penutup

Untuk menimbulkan kesan yang menarik maka penutup harus menimbulkan kesan
terakhir yang mendalam schingga akan dingat oleh pendengar
D. ASPEK KEBAHASAAN DALAM PRESENTASI

Presentasi adalah bentuk kegiatan berbicara yang menggunakan bahasa sebagai


media utama. Untuk melakukan presentasi yang baik, diperlukan pemahaman tentang
bahasa yang digunakan dalam presentasi Pembahasan aspek kebahasaan pada bagian ini
difokuskan pada penggunaan bahasa yang lazim digunakan dalam presentasi Binham
(2016) mengemukakan enam aspek yang terkait dengan penggunaan bahasa dalam
presentasi, seperti yang dipaparkan berikut.

1. Penggunaan Bahasa

Langkah pertama yang petlu diperhatikan dalarn menggunakan bahasa verbal


adalah penggunaan bahasa. Dalam hal ini, scorang presenter tidak perlu menunjukkan
keintelektualannya, karena yang diperhatikan dan dipedulikan pendengar adalah
bagamana seorang presenter menggunakan bahasa yang mudah mereka pahami.

2. Efisiensi Penggunaan Kalimat

Seorang presenter harus menggunakan kalimat secara efisien Hal ini terkait
dengan penggunaan kata-kata yang mubazin Kalau dengan sepuluh kata, pendengan
sudah bisa memahami materi sajian, presenter tidak perlu menggunakan tiga puluh
atau empat puluh kata.

3. Kejelasan atau Kejernihan Suara

Kefasihan ucapan lafal sangat mendukung suara presenter sehingga dapat


didengar dengan jelas dan jemih. Jika harus menggunakan (unsus) bahasa asing,
Anda harus memastikan bahwa ucapan Anda benar Pesan yang disampakan presenter
harus dapat didengarkan oleh semua yang hadir. jika ruangan luas das tidak
disediakan alat pengeras suara, perlu diatur posisi duduk para pendengar, agar suara
presenter dapat didengar semua hadirin.

4. Kecepatan Berbicara

Memahami kecepatan bicara dengan baik adalah penting bagi scorang


presenter. Ada panduan sederhana untuk mengetahui kecepatan berbicara, yaitu:

a. <110 wpm : kecepatan berbicara rendah

b. 110 wpm-150 wpm : kecepatan berbicara normal

c. >150 wpm : kecepatan berbicara cepat


Untuk mengukur kecepatan berbicara, ada cara sederhana, yaitu dengan
menghirung jumlah kata yang kita ucapkan dalam satu menit Namun, dalam konteks
presentasi, ukuran atau standar berbicara normal tidak selalu berlaku Kadang-
kadang presentasi itu unik Sebagai presenter yang bak, perlu menggunakan variasi
tempo. Presenter harus tahu pada kalimat mama dia harus berbicara cepat. pada
kalimat mana dia harus berbicara lambat, dan pada kalimat mana dia berbicara
secara normal.

5. Variasi Nada Suara

Variasi suara adalah tinggi rendahnya nada saat berbicara Hal ini penting karena jika
tidak dioptimalkan, bicara presenter akan datar, tidak mesggugah, dan cenderung
membosankan.

6. Jeda

Seorang presenter yang baik piawai dalam menggunakan jeda Jeda dapat
memberikan banyak manfaat untuk presenter dan pendengar Berikut adalah
bebesapw manfaat penggunaan jeda dengan baik dapat:

a. membantu pendengar memaharmi pesan,

b. membantu menciptakan dampak secara emosional,

c. membantu mengalass bergumanu, dan

d. membantu mengontrol kecepatan dalam berbicara.

Untuk menggunakan jeda dengan efektif, enam petunjuk sedethana berikut


dapat dijadikan panduan.

a. Gunakan jeda pada saat akan mengambil napas!

b. Gunakan jeda pada akhir kalimat!

c. Gunakan jeda saat presenter perlu berpikir sesaat!

d. Gunakan jeda sebelum menyampaikan sesuatu yang dianggap berharga!

e. Gunakan jeda setclah mengajukan pertanyaan retoris!


f. Gunakan jeda sat melakukan transisi dass satu topik ke topik lamnya!

E. PRESENTASI BAGI MAHASISWA

Seperti yang dikemukakan di bagian awal bahwa presentasi sering digunakun


seseorang untuk menyampaikan informasi dan gagasan dengan latar belakang profei
beragam. Di kalangan mahasiswa, presentasi juga cukup dekat dengan aktivitas menimba
ilmu Bagi mahasiswa, presentast sering digunakan untuk beberapa keperluan berikut.

1. Menginformasikan hasil penelitian atau kajian tentang konsep-konsep tertent


terkait dengan materi kuliah yang mercka ambil.

2. Mengajukan permohonan dukungan dana (beasiswa) dari pihak tertertu terkai


dengan rencana studi lanjut.

3. Mempertahankan hasi temuan penelitian ilmiah yang terkait dengan lomba karya
ilmjah mahasiswa atau tugas akhir studi (skripsi, tesis, dan disertast); dan

4. Melamar pekerjaan setelah mereka lulus kuliah.

Sama dengan presentasi lasnnya, presentasi yang dilakukan mahasiswa pun harus
betul-betul dipersiapkan karena kualitas mahasiswa dalam presentasi memiliki and cukup
besar dalam mendapatkan nilai akhir (tugas mata kuliah, tugas akhir, skripsi, tesis bahkan
disertasi) Binhan (2016) mengemukakan cara cara berikut perlu diperhatikan dan dilakukan
seorang mahasiswa agar presentasi berkualitas.

1. Mulailah dengan membuat makalah yang baik

Terkait dengan materi kuliah, brasanya materi presentasi merupakan hasi


kajian atau penelitian tentang suatu masalah baik yang ditentukan dosen maupun
oleh mahasiswa sendin. Langkah pertama yang harus dilakukan mahasiswa adalah
menyusu makalah dengan baik. Sistematika yang lazim dibuat mahasiswa adalah
pendahuluan, isi, dan penutup Apapun makalahnya, mahasiswa tetap harus tetapkan
tujuan makalahnya karena tujuan ini akan menyadi sasaran presentasi

2. Kerjakan materi presentasi secara bersama-sama.

Jika makalah disusun secara kelompok, jangan biasakan makalah dibuat olch
salah satu anggota kelompok saja Libatkanlah semua anggota kelompok untuk
menyusun makalah dengan teknik pembagian tugas yang ditentukan bersama jika
dibuat secara bersama-sama, semua anggota kelompok akan mengetahui isi makalah
yang akan dipresentasikan. Hal ini perlu diperhatikan karena menyusun makalah juga
merupakan bagian dari proses pembelajaran.

3. Buat media (slide) tayangan yang menarik.

Media visual sangat diperlukan dalam presentasi. Kecanggihan media yang


memiliki kelebihan nilai guna dan manfaat merupakan pertimbangan utama, termasuk
shide yang harus dibuat dengan baik. Jangan sekali-kali terkesan asal-asalan di
hadapan partisipan. Media dari media sosial boleh dimanfaatkan jika sudah
dipertimbangkan layak diadikan media presentasi.

Media presentasi apapun jenisnya haruslah menjadi bagian integral dar


presentasi. Pertimbangan fungsional menjadi sangat penting, yakni memudahkar
presenter menyampaikan maten untuk mencapai tujuan presentasi dan membantu
pendengar untuk memahami materi dengan efektif dan efisien. Oleh sebab itu,
media presentasi harus menjadi bagian kinerja profesional seorang presenter.

4. Lakukan latihan secara bersama-sama.

Setelah media presentasi, misalnya slide, dibuat lakukanlah latihan Pahami


seluruh bagian-bagian materi yang akan dipresentasikan. Jika perlu, buatlah
perkiraan. perkiraan pertanyaan dan tanggapan yang akan diajukan pendengar,
seperti dosen atau peserta presentasi lainnya Jika sudah dibuat perkiraan
pertanyaan tersebut, lakukan juga latihan cara menjawabnya.

5. Buka presentasi dengan menarik

Dalam presentasi, pembukaan memegang peran yang sangat penting untuk


memberikan kesan awal Pembukaan merupakan penentuan apakah presentasi yang
dibawakan berkesan atau tidak di hati pendengar Jika berkesan, pendengar akan
antusias mendengaskan presentasi sampai tuntas. Akan tetapi, jika pembukaan tidak
berkesan, antusiasme pendengar sudah berkurang sejak awal.

Dalam presentasi mateni kuliah, presenter dapat menggunakan pembukaan


dengan cara menjelaskan maksud dan tujuan, menggunakan kutipan, data dan fakta
atau cerita. Semua itu tergantung dari materi yang akan disampaikan dan kesan apa
yang ingin dibangun di awal presentasi

6. Sampaikan maferi presentasi dengan meyakinkan.


Sesuatu yang meyakinkan akan lebih mudah diternma oleh pendengar dari
pada sesuahu yang meragukan. Selain itu, pethatikan intonasi suara, variasi suara,
kontak mata, gerakan tangan, atau bahasa tubuh Karena sesuatu yang disampaikan,
tidak akan cukup kuat jika tidak didukung oleh aspek nonverbal

7. Gunakan transisi yang baik.

Dalam presentasi kelompok, petlu diperhattkan transisi pergantian presenter


Presenter vang lebih dulu harus membuat transisi yang mengarahkan ke presenter
selanjutnya Bagi presenfer selasyutaya, dapat mengulas sedikit apa yang
disampaikan presenter sebelumnya, baru ia menyampaikan apa yang perlu ia
sampaikan.

8. Tutup presentasi dengan mengesankan.

Jika dalam pembukaan dibangun kesan pertama yang menarik, dalam


penutupar presentasi perlu dibangun kesan yang mendalam. Harapannya pendengar
mengingat apa yang disampaikan setelah mendengarkan presentasi. Caranya terbaik
dalam menutup presentasi materi kuliah adalah dengan menyampaikan rangkuman
materi atau gagasar yang sudah disampaikan.

9. Hadapi sesi tanya jawab dengan cemerlang.

Sesi tanya jawab merupakan bagian dari kegiatan presentasi. Tanpa sesi ini
maka presentasi tidak ada bedanya dengan pidato. Di sini pemahaman materi
presenter akan benar-benar diuji. Jika presenter telah mempersiapkan
presentasinya dengan baik, sesi tanya jawab bukan hal yang perlu ditakutkan.

Jika dalam presentasi kelompok, perlu ada pembagian tugas untuk menjawab
pertanyaan. Jangan sampai penyampaian jawaban didominasi oleh salah satu anggota
kelompok. Untuk itu, pada dasarnya semua anggota kelompok menguasai benar materi
presentasi. Mendapat bagian apapun yang dipercayakan kepada anggota, dia haruslah
siap untuk menjawab atau memberi respons balik. Bahkan, diperlukan kesan bahwa
para anggota kelompok itu bisa bekerja sama dalam saling mengisi kekurangan dan
kelebihan.

Baik dalam presentasi individual maupun kelompok, jika presenter memahami


dan siap menghadapi sesi tanya jawab dengan baik, presenter akan sukses, tidak
hanya dalam sesi tanya jawab, tetapi juga sukses melakukan keseluruhan presentasi.
Untuk itu, persiapan bersama sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai