Kegiatan berbicara dapat terjadi dalam situasi tertentu. Keformalan siuas berbicara
menyebabkan sescorang melakukan kegiatan berbicara formal. Situasi berbicara formal
tidak sebebas berbicara nonformal. Berbicara formal terbatas oleh ruang, waktu, dan
jumlah serta pihak yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Situasi semacam inilah yang
mengikat kegiatan berbicara formal.
Selain dibatasi oleh waktu, kegiatan berbicara formal juga dibatasi oleh
tempat Tidak sembarang tempat dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan
berbicara formal. Kegiatan berbicara yang menghadirkan orang-orang penting,
baik peserta maupun pembicara, tenu perls tempat yang representatif Di
samping harus luas. Tempat tersebut juga harus memiliki nilai artistik, bahkan
mungkin harus memiliki nilai sejarah. Misalnya, kegiatan Konferensi Asia Afrika
selalu dilaksanakan salah satunya di Gedung Merdeka Bandung. Di samping
memiliki nilai artisik yang indah, Gedung Merdeka juga memiliki nilai-nilai sejarah
yang relevan dengan kegiatan tersebut Presentasi dibatasi oleh ruang yang
mengandung pengertian bahwa kegiatar berbicara formal harus dilakukan di
tempat tertentu, yaitu tempat yang telah dipersiapkan teslebih dahulu. Hal ini
tidak berarti berbicara formal tidak dapat dilakukan di tempat lain. Banyak
tempat yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan kegiatan berbicara formal,
tetapi tempat tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu, terutama dari segi
penataan ruang dan perlengkapan serta formasi yang diwujudkan agar semua
yang ada di ruangan tersebut dapat mendukung kelancaran berbicara
3. Kegiatan Berbicara Formal Terikat oleh Jumlah dan Pihak yang Terlibat
4. Pra-Berbicara Formal
b. Menguasai materi
Jika pembicara menguasai bahasa dengan baik dan lancar, otomatis akan
mempunyai perbendaharaan kosakata yang memadai. Dengan kosakata yang
memadai, pembicara akan mampu berimprovisasi dengan baik pula.
Keformalan kegiatan berbicara dapat juga dilihat dari penggunaan bahasa. Bahass
yang digunakan terikat olch kaidah dan kebakuan struktur kebahasaan. Bahasa yang
dimaksud tidak identik dengan bahasa formal, sebab bahasa formal berbeda dengar
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Masih banyak orang menganggap bahwa bahasa formal sama dengan bahasa yang baik
dan benar Dalam berkomunikasi, baik dalam situasi resmi maupun tidak resmi, harus
diusahakan mengeunakan bahasa formal. Jadi, bahasa yang digunakan dalam situasi tidak
resmi pun dapat dianggap sebagai bahasa formal.
Kembali kepada fokus pembahasan tentang bahasa formal, yang dimaksud bahasa
yang digunakan dalam kegiatan berbicara formal adalah bahasa Indonesia yang
memenuhi kaidah dan kebakuan kebahasaan. Olch karena itu, fokus pembahasan pada
bagian ini bukan bahasa formal, melainkan bahasa Indonesia yang digunakan dalam
kegiatan berbicara formal sehingga melalui penggunaan bahasa ini dapat dibedakan
antara kegiatan berbicara formal dan nonformal. Bahasa yang digunakan dalam kegiatan
berbicara formal dapat ditandai oleh karakteristiknya yang dipaparkan berikut ini:
a. Cendekia
Contoh:
Kemajuan informasi pada era globatisasi ini dikhawatirkan akan terjadi
pergeseran nilal-nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya
barat yang masuk ke negara Indonesia yang dimunekinkan tidak sesuai dengan
nilal-nitai budaya dan moral bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan berbicara tidak bermakna ganda.
Ini berkaitan dengan kelugasan makna. Sementara kelogisan adalah bahasa yang
digunakan dalam kegiatan berbicara dapat diterima akal.
Contoh:
Kalau pada zaman Sunan Kalijaga dalam kesenian wayang termasuk ceritanya
digunakan sebagai media penyebaran agama. Maka di masa sekarang terbit
tepat apabila penanaman budi pekerti dalam cerita wayang melalui pengajaran
apresiasi.
Contoh:
Kalimat di atas tidak logis. Apakah mungkin pencuri berhasil, tetapi ditangkap
polisi? Coba bandingkan kalimat di atas dengan kelimat berikut.
c. Jelas
Contoh:
Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah
dan lakunya dalam sehari hari.
Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-
hari.
Gagasan yang akan diungkapkan tidak tumpang tindih dengan unsur-unsur lain
yang tidak ada hubungannya dengan gagasan yang ingin dikemukakan. Sementara
yang dimaksud ringkas adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan berbicara
harus singkat, tidak menggunakan kata-kata berlebihan (mubazir).
Contoh:
e. Konsisten
Dalam menentukan sebuah kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu makna kata, posisi kata, dan kesesuaian kata dengan nilai sosial
kemasyarakatan. Ada dua dasar yang dapat dijadikan aturan memilih kata, yaitu
ketepatan dan kesesuaian.
Kedua syarat ini harus diperhatikan pembicara dalam menentukan kata untuk
membangun sebuah ujaran. Perhatikan contoh berikut ini!
Di sini aku akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan dengan posisi kita
sebagai orang yang teraniaya. Marilah berpikir sejenak, pantaskah kita
diperlakukan seperti ini? Satu hal yang musti di pahami, semua manusia lahir
mempunyai hak yang sama. Akan tetapi, apa yang kita dapatkan selama ini?
Apakah mereka enda tahu akan hal itu?
Ada tiga kata yang digunakan dalam kalimat di atas yang tidak
mempertimbangar kaidah-kidah pilihan kata. Penggunaan kata aku tidak sesuai
dengan situasi pembicara jika pembicaraan tersebut dilakukan dalam situasi formal.
Sementara penggunaan kata musti dan enda tidak tepat dilihat dari kaidah-kaidah
kebahasaan karena yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan adalah mesti dan
tidak.
a. Ketidaksepadanan
Sebuah ujaran harus mempunyai struktur kalimat yang baik. Artinya, sebuah
ujaran minimal harus mempunyai unsur subjek dan predikat karena kedua unsur
tersebut merupakan syarat minmal sebuah kalimat
Contoh:
Dalam peristiwa itu mengingatkan kita akan keberadaan dan tugas kita
sebagai anak bangsa. Dalam peristiwa itu pula menunjukkan bahwa ada
di antara elemenelemen bangsa yang kurang siap mengisi era
reformasi.
Dari segi struktur, kedua kalimat itu tidak jelas fungsi subjeknya, dan
pembicara menganggap frase dalam peristiwa itu pada kedua kalimat di atas
sebagai subjek. Padaha frase dalam peristiwa itu berfungsi sebagai keterangan.
Seharusnya kedua kalimat itu diungkapkan dalam struktur berikut.
Contoh:
Dalam kalimat di atas ada dua kata yang mempunyai bentuk yang tidak sejajar,
yaitu menghayati dan pengamalan. Kedua kata tersebut mempunyai kedudukan yang
sederajat. Oleh karena itu, bentuknya pun harus disejajarkan. Kesejajaran gagasan
adalah kesejajaran gagasan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf. Kalimat-kalimat
tersebut harus mengandung gagasan yang sejajar. Perhatikan contoh berikut.
Seperti yang telah dilakukan oleh Bapak Bupati. Kemarin Bapak Bupati
mengunjungi desa ini, dan Pak Lurah menyertai Bapak Bupati, dan
mereka meninjau pelaksanaan program penghijauan, tetapi cuacanya
tidak baik, dan mereka hanya dapat meninfau dua lokasi.
Atau
c. Ketidakhematan
Contoh:
Kata turun, tundukanlah, sudah mengandung makna arah ke bawah Jadi, tidak
perlu lagi menggunakan frase ke bawah Ketidakhematan ini pun biasa terjadi
pada penggunaan kata-kata yang mempunyai hubungan hiponimi.
Contoh:
Pada hari Jumat pula, kemerdekaan kita diproklamirkan. Hal ini
semakin membuktikan bahwa hari Jumat meruoakan hari keramat.
Contoh:
Contoh:
Penggunaan kata daripada pada kalimat di atas selain tidak hemat juga
mengganggu keutuhan makna kalimat secara keseluruhan. Tidak hemat karena
kalimat tersebut tidak berubah maknanya dengan kehadiran kata daripada.
Mengganggu keutuhan makna kalimat karena dari segi makna kata daripada
tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Daripada biasa digunakan untuk
menghubungkan dua satuan yang menunjukkan hubungan perbandingan dalam
sebuah kalimat, sedangkan kalimat tersebut tidak mengandung makna hubungan.
Sebenarnya pembicara dalam kalimat tersebut bermaksud menggunakan kata
dari, bukan daripada. Akan tetapi, penggunaan kata dari pun dalam kalimat di
atas dipandang sebagai ketidakhematan karena kalimat tersebut tidak berubah
maknanya dengan kehadiran kata dari.
Hal lain diungkapkan oleh Tarigan (1990 5) bahwa gaya bahasa adalah bahasa
indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih
umum. Penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu. Konotasi yang ditimbulkan gaya bahasa harus mendukung tujuan
berbicara bukan justru menimbulkan makna ambigu.
Berkenaan dengan gaya bahasa retoris, Keraf (1984: 130-136) membagi gaya
bahasa ini menjadi dua puluh jenis, sebagamana dikemukakan dalam rincian berikut.
Aliterasi, yaitu gaya bahaya yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Contoh:
Contoh:
Saya tidak mau berterus terang kepada wartawan bahwa Anda telah
menggelapkan uang negara
f. Asindeton, yaitu gaya behasa yang berupa acuan yag bersifat rmpat dan
beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan
dengan kata penghubung.
Contoh:
Contoh:
h. Kiasmus, yaitu gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frase atau
klaust yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain,
tetapi susunan frase atau klausanya terbalik jika dibamdingkan dengan
frase atau klausa lainnya.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
k. Litotes, yattu gaya hahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan
tujuan merendahkan diri.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Saya sudah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Contoh:
Buat apa kita takut kepadanya? Dia manusia, kita juga manusia, sama
sana makan nasi.
Contoh:
Ada dua jenis penalaran, yaitu penalaran induktif dan deduktif. Penalaran
induktif adalah proses menghubungkan fakta-fakta untuk mencapai sebuah
kesimpulan. Fakta bersifat khusus dan kesimpulan bersifat lebih umum dari fakta.
Uraian seorang pembicara biasanya dikemukakan dengan kedua pola ini. Ketika
seorang pembicara memulai pembicaraannya dengan menghadirkan beberapa fakta
sehingga pada akhimya diperoleh sebuah kesimpulan tentang fakta-fakta itu, dia
sedang menggunakan penalaran induktif. Sebaliknya, ketika seorang pembicara
memulai pembicaraannya dengan sebuah teori, kemudian teori itu dibuktikan dengan
beberapa fakta yang dapat membenarkan atau sebaliknya mementahkan teori
tersebut, dia sedang menggunakan penalaran deduktif. C.
B. TAHAP-TAHAP BERBICARA FORMAL
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh scorang
nenbicara, yaitu (1) penentuan topik. (2) penentuan tujuan, (3) pengumpulan
referensi.(4) penyusunan kerangka, dan (5) berlatih.
a. Penenuan Topik
b. Penentuan Tujuan
c. Pengumpulan Referensi
d. Pengorganisasian Gagasan
2) Pendahuluan.
3) Bila perlu, uraian-uraian pemikat (dapat berupa puisi, lagu, atau cerita
anekdot)
4) Uraian pokok
6) Penutup
e. Berlatih
a. Pembukaan
Pembuka berisi tentang pengantar sebelum masuk ke pembahasan pokok
Dalam bagian ini biasa berisi tentang:
3) tujuan pembahasan;
b. Pembahasan Pokok
Bagian ini merupakan inti dari pembicaraan. Bagian ini menuntut banyal
persiapan pembicara karena di bagian inilah kemampuan pembicara diuji.
c. Penutup
Bagian ini merupakan akhir dari seluruh kegiatan berbicara. Olch karena
itu, halhal yang diungkapkan adalah simpulan dari seluruh uraian.
3. Evaluasi
Adakalanya evaluasi perlu dilakukan untuk mendapat masukan tentang kegiatan
berbicara yang telah dilakukan seorang pembicara. Dengan masukan tersebut
seorang pembicara dapat menentukan kualitas pembicaraannya. Sesuatu yang
masih kurang dapat segera diperbaiki, sedangkan yang sudah bagus harus
dipertahankan kualitasnya, bahkan kalau mungkin lebih diperbagus lagi.
Sama halnya dengan ketika berlatih, evaluası dapat dilakukan baik secara mandiri
maupun bantuan orang lain. Secara mandiri, dapat dibantu dengan alat perekam,
baik rekaman auditif maupun rekaman audiovisual. Rekaman ini dapat saja
dilakukan atas permintaan pembicara sendiri dan dengan petlengkapan yang
disediakannya sendini Hasil rekaman diputar ulang, lalu amatilah setiap tahapan-
tahapan yang dilakukan. Dengan demikian, pembicara dapat memberikan evaluasi
terhadap kualitas berbicaranya.
Selain itu, evaluasi pun dapat dilakukan dengan minta bantuan orang lain, baik itu
orang yang diminta secara khusus oleh pembicara maupun pendengar. Minialah
masukan dan mereka. Masukan tersebut dapat saja berupa masukan yang kurang
baik yang baik, balikan mungkin saja yang menyudutkan Jadikanlah semua itu
sebags bahan untuk memperbaiki diri agar kemampuan berbicara Anda menjadi
kompetens yang banyak diperhitungkan orang.
KEGIATAN BELAJAR 2 – Presentasi
salah satu kegiatan akademik yang sering dilakukan mahasiswa adalah presentasi, misalnya
presentasi materi perkuliahan, presentasi dalam melaporkan hasil penelitian, atau
presentasi dalam mengajukan kegiatan (proposal). Banyak kesempatan bagi setiap
mahasiswa untuk melakukan kegiatan presentasi.
Ada tujuan yang akan disampaikan seseorang dalam melakukan presentasi. Akan tetapi,
banyak presentasi disampaikan dengan cara membaca makalah, membaca slide. Tidak
memaksimalkan bahasa tubuh, dan tidak mampu menghadapi sesi tanya jawab dengan baik.
Betapa membosankannya mengikuti presentasi semacam ini.
Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan presentasi, kegiatan belaja ini terfokus
pada pembahasan tentang (1) pengertian dan macam-macam presentasi, (2) tujuan dan
manfaat presentasi, (3) teknik melakukan presentasi, (4) aspek kebahasaan dalam
presentasi, dan (5) presentasi bagi mahasiswa.
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan pihak lain yang yang sifat
kolektif. yakni sekelompok orang dalam berbagai skala (kecil/sedikit atau besar/ banyak)
Presentasi merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada
orang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada lima batasan tentang presentasi,
yaitu:
4. penyajian atau pertunjukan (tentang sandiwara, film, dan sebagainya) kepada orang-
orang yang diundang;
5. menyajikan dan mengemukakan (dalam diskusi, ceramah, dan sebagainya);
Banyak abli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian presentasi.
Triwidodo dan Kristanto (2004: 147) mengemukakan bahwa
presentasi merupakan suatu bentuk laporan lisan mengenal
suatu fakta tertentu kepada komunikan.
Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran komunikasi. Hal ini berarti
presentasi dapat bctlangsusng dalsamdusabestuk, yastu lisan dan tulisan Melalui
presentasi seorang presenter (orang yang menyampaikan presentasi) dapat
menyampaikan pesan dan gagasannya kepada orang lain.
1. Komunitor
Dalam kegiatan presentasi, komunikator sering disebut presenter, yaitu orang
yang menyampaikan presentasi. Untuk melakukan presentasi dengan sukses,
sebagai seorang presenter harus memiliki kriteria sebagai berikut.
b. mempunyai keberanian;
c. memiliki ketenangan;
e. sanggup mengadakan reaksi yang cepat dan tepat terhadap situasi apapun
yang mungkin timbul saat presentasi; dan
2. Pesan
Presentasi dilaksanakan karena ada pesan yang ingin disampaikan kepada pihak
lain. Pesan ini bisa berbeda-beda tergantung topiknya, misalnya hasil penelitian,
produk, dan jasa.
Media maksudnya alat atau sarana yang dijadikan sebagai pendukung dalam
presentasi karena pesan tidak hanya disampaikan secara verbal atau diucapkan,
tetapi juga dapat secara nonverbal (penekanan suara, gestur/mimik, dan tatapan
mata), dan visual (powerpoint).
4. Penerima pesan
5. Efek pesan
Efek pesan adalah pengaruh vang muncul dari pendengar setelah menyampaikan
mendengarkan presentasi. Misalnya, setelah presentasi pendengar jadi
mengetahui produk Anda dan membeli. Keberhasilan efek ini bagi pendengar
sangat tergantung dari cara presenter menyiapkan dan menyampaikan presentasi.
Sebagai salah satu jenis kegiatan berbicara, presentasi dapat dilihat dari beberapa
jenis Edi (2016) mengemukakan empat jenis presentasi berikut.
Presentasi dilakukan secara mendadak tanpa persiapan apapun. Dalam hal ini
pembicara ditunjuk langsung untuk menyampaikan informasi kepada para pendengar.
Jenis presentasi yang dilakukan dengan cara menghapal teks yang telah disediakan
Berbeda dengan jenis manuscript, memoriter tidak menggunakan naskah dalam
melakukan presentasi.
1. Menginformasi
2. Meyakinkan
Presentasi berisi informasi, data, dan bukti-bukti yang disusun secara logis (masuk
akal) dan sistematis sehingga presenter dapat meyakinkan pendengar tentang topik
yang menjadi fokus pembahasan.
3. Membujuk
Presentasi ini dapat berupa bujukan, tetapi harus didukung dengan bukti-bukti.
Melalui presentasi ini, presenter meyakinkan pendengar sehingga mau melakukan
suatu tindakan sesuai dengan yang disarankan presenter.
4. Menginspirasi
5. Menghibur
Selain memiliki tujuan, presentasi juga memiliki beberapa manfaat, dengan rincian
berikut.
2. Media pembantu untuk penjabaran dari materi pelajaran sekolah alau suatu
proyek kerja,
4. Pendengar biasanya akan lebih jelas jika disertai dengan media gambar dan
presentasi itu sendiri, dan
C. TEKNIK PRESENTASI
1. Penyiapan Media
Media yang lazim digunakan dalam presentasi adalah slide power point Ada teknik
presentasi yang perlu dipeshatikan dalam pembuatan slide presentasi.
Pemakaian teks yang terlalu panjang dapat mernbuat slide tidak dapat terbaca
oleh pendengar Berdasarkan beberapa teori, maksimum lima baris teks dalam
sebuah slide. Jadi, jika harus menampilkan teks dalam bentuk daftar, pastikan
tidak lebih dari lima baris.
Slide yang baik memiliki alur yang teratur, dari pendabuluan, penjelasan/isi
hingga penutup.
Untuk menambah daya tarik, slide dapat ditambahkan multumedia yang relevan,
sepesti gambar, animasi, audio, video.
Karakter huruf dan ukuran huruf dalamı slide harus proporsional dan sesuai
dengan ilustrasi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
2. Penyampaian Presentasi
Berikut ini adalah teknik presentast yang perlu diperhatikan pembycara saat
akan menyampaikan presentasi.
a. Persiapkan diri dan sering latihan, semakin banyak melakukan latihan, akar
semakin mahir dalam presentasi.
g. Cara penyampaian
3) interaksi,
3. Struktur Presentasi
a. Pembuka
b. Isi
Isi dari presentasi yang sudah dipersiapkan akan memudahkan dalam menyusun
pembuka dan penutupnya Dari topik yang ingin disampaikan cobalah untuk
menguraikannya dalam beberapa poin utama. Kemsudian dari poin-poin itus
kembangkan lagi menjadi subpoin Jangan lupa untuk tmemperhitungkan lama atau
waktu yang ingin dipumakan untuk presentasi. kira-kura berapa menit yang
dibutuhkan untuk menyampaikan satu poin utama.
c. Penutup
Untuk menimbulkan kesan yang menarik maka penutup harus menimbulkan kesan
terakhir yang mendalam schingga akan dingat oleh pendengar
D. ASPEK KEBAHASAAN DALAM PRESENTASI
1. Penggunaan Bahasa
Seorang presenter harus menggunakan kalimat secara efisien Hal ini terkait
dengan penggunaan kata-kata yang mubazin Kalau dengan sepuluh kata, pendengan
sudah bisa memahami materi sajian, presenter tidak perlu menggunakan tiga puluh
atau empat puluh kata.
4. Kecepatan Berbicara
Variasi suara adalah tinggi rendahnya nada saat berbicara Hal ini penting karena jika
tidak dioptimalkan, bicara presenter akan datar, tidak mesggugah, dan cenderung
membosankan.
6. Jeda
Seorang presenter yang baik piawai dalam menggunakan jeda Jeda dapat
memberikan banyak manfaat untuk presenter dan pendengar Berikut adalah
bebesapw manfaat penggunaan jeda dengan baik dapat:
3. Mempertahankan hasi temuan penelitian ilmiah yang terkait dengan lomba karya
ilmjah mahasiswa atau tugas akhir studi (skripsi, tesis, dan disertast); dan
Sama dengan presentasi lasnnya, presentasi yang dilakukan mahasiswa pun harus
betul-betul dipersiapkan karena kualitas mahasiswa dalam presentasi memiliki and cukup
besar dalam mendapatkan nilai akhir (tugas mata kuliah, tugas akhir, skripsi, tesis bahkan
disertasi) Binhan (2016) mengemukakan cara cara berikut perlu diperhatikan dan dilakukan
seorang mahasiswa agar presentasi berkualitas.
Jika makalah disusun secara kelompok, jangan biasakan makalah dibuat olch
salah satu anggota kelompok saja Libatkanlah semua anggota kelompok untuk
menyusun makalah dengan teknik pembagian tugas yang ditentukan bersama jika
dibuat secara bersama-sama, semua anggota kelompok akan mengetahui isi makalah
yang akan dipresentasikan. Hal ini perlu diperhatikan karena menyusun makalah juga
merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Sesi tanya jawab merupakan bagian dari kegiatan presentasi. Tanpa sesi ini
maka presentasi tidak ada bedanya dengan pidato. Di sini pemahaman materi
presenter akan benar-benar diuji. Jika presenter telah mempersiapkan
presentasinya dengan baik, sesi tanya jawab bukan hal yang perlu ditakutkan.
Jika dalam presentasi kelompok, perlu ada pembagian tugas untuk menjawab
pertanyaan. Jangan sampai penyampaian jawaban didominasi oleh salah satu anggota
kelompok. Untuk itu, pada dasarnya semua anggota kelompok menguasai benar materi
presentasi. Mendapat bagian apapun yang dipercayakan kepada anggota, dia haruslah
siap untuk menjawab atau memberi respons balik. Bahkan, diperlukan kesan bahwa
para anggota kelompok itu bisa bekerja sama dalam saling mengisi kekurangan dan
kelebihan.