Anda di halaman 1dari 6

Nama: Farah Amalia F.

Gugus 4 (BUMI)

KEBUDAYAAN SURABAYA
Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Selain itu,
Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya terkenal
dengan sebutan Kota Pahlawan karena pada zaman penjajahan di Indonesia, perjuangan
Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-Pemuda Surabaya) untuk bangsa Indonesia sangat heroik. Saat
ini kota Surabaya dipimpin oleh wanita bernama Tri Rismaharini.
1.) Seni Panggung
Selain julukannya sebagai Kota Pahlawan,Surabaya juga terkenal dengan
kebudayaannya yang memiliki ciri khas dibandingkan daerah lainnya. Salah satu kebudayaan
dan kesenian khas Surabaya yaitu Ludruk. Ludruk adalah seni pertunjukan drama yang
menceritakan kehidupan rakyat sehari-hari. Biasanya Ludruk khas Suroboyoan dilengkapi
dengan komedi dan lawakan yang dapat menggelitik perut para penontonnya. Kartolo CS,
itulah nama grup Ludruk terkenal di Surabaya yang didirikan oleh Kartolo pada era 1960-an.
Pada era itulah seni Ludruk berada dalam masa kejayaannya. Masa kejayaan itu berlawanan
dengan era 2000-an ini. Seni Ludruk di Surabaya di ambang kepunahan. Sejalan dengan
kemajuan zaman, minat masyarakat Surabaya untuk menonton Ludruk semakin berkurang.
Peran pemerintah sangat diperlukan untuk tetap melestarikan budaya khas jawa timur ini. Di
samping itu, pemerintah seharusnya juga berusaha untuk memperhatikan kesejahteraan para
pemain. Jangan sampai Kesenian ini punah dikikis zaman. Selain Ludruk, masih banyak lagi
kebudayaan Surabaya. Kesenian Kidungan juga merupakan salah satu kebudayaan Surabaya.
Kidungan adalah pantun yang dilagukan, dan mengandung unsur humor.
2.) Seni Tari
Tari Remo adalah salah satu bentuk seni tari di Surabaya. Biasanya Tari Remo
dipersembahkan untuk tamu-tamu istimewa. Karakteristik yang paling utama dari Tari Remo
adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya loncenglonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau
menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau

sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari
membuat tarian ini semakin atraktif. Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di
antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat
pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan. Selain Tari Remo, Tari
Lenggang juga merupakan tari selamat datang khas Surabaya. Tari Lenggang ini dimainkan
oleh beberapa penari wanita yang menari dengan gerakan yang indah dan anggun. Tari
Lenggang Surabaya ini merupakan adaptasi pengembangan dari kesenian sebelumnya
yaitu Tari Tandaan/ Ledek Tayub dan Sandur Madura. Dalam pertunjukan Tari Lenggang ini
penari bisa ditampilkan secara individu, berpasangan atau berkelompok. Untuk gerakan Tari
Lenggang ini lebih menekankan gerakan kepala, tangan, dada dan pinggul. Selain itu dalam
tarian ini juga didominasi dengan gerakan memainkan selendang yang biasanya dikenakan di
leher penari. Dalam pertunjukannya, penari menari dengan gerakan yang lemah gemulai dan
penuh perasaan sesuai dengan iringan musik pengiringnya. Musik pengiring dalam
pertunjukan Tari Lenggang ini biasanya menggunakan iringan gamelan jawa dengan laras
slendro yang menjadi ciri khas musik Gamelan Jawa Timur. Iringan musik ini harus
dipadukan dengan gerakan tarian sehingga memunculkan penyajian tari yang serasi.
3.) Baju Adat
Selain kesenian khas tersebut, budaya panggilan arek (sebutan khas Surabaya) juga
diterjemahkan sebagai Cak untuk laki-laki dan Ning untuk perempuan. Cak merupakan
sosok pemuda pria Surabaya yang ceplas ceplos sehingga lebih suka mengatakan sesuatu
secara spontan dan penuh pertimbangan. Sosok Cak Surabaya adalah sosok pelindung dan
memiliki loyalitas yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat melalui kemanapun Ning pergi, Cak
selalu mendampingi. Cak Surabaya memiliki busana kebesaran. Baju Kebesaran adalah
pakaian khas Surabaya Tempo Doeloe (dulu) dan hingga kini pakaian tersebut masih
digunakan dalam acara besar di kediaman walikota, balai kota dan acara - acara formal yang
lain. Setiap baju kebesaran Cak Surabaya memiliki banyak filosofi. Mulai dari Udeng Batik
poteh pancot miring warna hitam tiga tingkat hingga terompah.Menariknya, setiap satu tahun
sekali diadakan pemilihan Cak dan Ning Surabaya sebagai wujud melestarikan budaya. Cak
dan Ning Surabaya ini merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya. Satu
hal lagi yang menarik di kota ini yaitu Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival
seni untuk melestarikan budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Festival ini
diadakan setiap setahun sekali di Gedung Cak Durasim, Surabaya. Selain itu ada juga
Festival Seni Surabaya (FSS) yang mengangkat berbagai bentuk kesenian misalnya teater,

tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan, pemutaran film layar tancap, pameran kaos
oblong dan lain-lain. Festival ini juga diadakan setiap satu tahun sekali pada bulan Juni di
Balai Pemuda Surabaya. Bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang
digunakan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian
masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat
dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang
lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas
orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di
kalangan orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta
dan Surakarta.
4.) Bahasa
Sangat beragam kebudayaan di Surabaya ini. Mulai dari seni panggung, seni tari, dan
lain-lain. Bahasa khas Suroboyoan juga salah satu kebudayaan yang masih melekat di jiwa
Arek-Arek Suroboyo. Festival ini juga diadakan setiap satu tahun sekali pada bulan Juni di
Balai Pemuda Surabaya. Bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang
digunakan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian
masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat
dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang
lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas
orang lain. Namun demikian penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di
kalangan orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta
dan Surakarta.
5.) Adat Istiadat
Adat istiadat di Surabaya juga merupakan bagian dari kebudayaan Surabaya.
Masyarakat desa di Jawa Timur termasuk Surabaya, memiliki ikatan yang didasarkan pada
persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain:
tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara
menjelang lahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara
setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan dan pacangan. Di Surabaya, seperti halnya
penduduk Jawa Timur pada umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum lamaran,
pihak laki-laki melakukan acara nakoake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon
suami atau belum), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan

didahului dengan acara temu atau kepanggih. Selain itu, untuk mendoakan orang yang telah
meninggal, biasanya pihak keluarga melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke40,ke-100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian. Surabaya yang terkenal dengan kota
metropolitan yang ke-2 setelah jakarta, ternyata masih terasa tradisi budayanya. Seperti di
desa-desa, yang mensyukuri atas hasil bumi yang melimpah dengan kegiatan yang biasa kita
sebut Sedekah Bumi atau dalam bahasa jawa Tegal Desa (Tegal Deso). Nah, di kawasan kota
surabaya sangat marak kegiatan-kegiatan seperti ini, terutama di daerah persawahan atau
perkebunan yang masih tercium aroma pedesaannya (lebih tepatnya pinggiran
kota Surabaya). Tegal Desa atau tegal Deso ini kegiatan seperti acara syukuran pada
umumnya, yaitu membuat makanan dari hasil panen dan dibagikan pada orang-orang yang
mereka kenal, seperti saudara, tetangga, hingga kerabat lain. Kegiatan seperti ini tak kalah
dengan tradisi lebaran yang membuat ketupat dan opor ayam, serta berkunjung kerumah
kerabat untuk bermaaf-maafan. Namun bedanya di sini adalah kita berkunjung untuk
menikmati hasil bumi yang telah diolah sebagai rasa syukur Layaknya prasmanan, si tuan
rumah menyediakan banyak sekali (meskipun menunya sama). Tidak hanya itu, namun ada
kegiatan-kegiatan lain untuk meramaikannya, seperti wayang, ludruk, panggung orkes,
karawitan, dan masih banyak lainnya untuk memeriahkan acara ini.
6.) Kuliner
Surabaya juga terkenal dengan makanan khasnya yang sudah terkenal hampir di
seluruh Indonesia. Ada Semanggi Suroboyo, rawon, rujak cingur, lontong balap dan sate
klopo. Semanggi adalah tergolong tanaman paku berdaun 4, Bahasa Inggrisnya Marsilea.
Semanggi sudah tidak asing untuk di dengar, karena semanggi sekarang sudah banyak untuk
nama sebuah mall, apartement, plaza semanggi di Jakarta. Di Surabaya beda dengan di
Jakarta, semanggi di Surabaya di jadikan saksi hidup pada jaman penjajahan, sehingga
munculah lagu dengan judul Semanggi Suroboyo. Selain sebagai lagusemanggi merupakan
salah satu makanan tradisional khas Surabaya yang disebut resep masakan semanggi
Surabaya. Makanan dulunya sangat populer karena banyak yang menjual, lambat laun
semakin sedikit yang menjual, hingga susah untuk menemukan penjual Semanggi Surabaya.
Resep masakan semanggi surabaya sangat khas dengan sambal yang terbuat dari singkong /
ketela rambat. Semanggi Surabaya biasanya dihidangkan dengan kangkung, dan kecambah,
ditambahkan kerupuk puli (kerupuk yang terbuat dari beras). Rujak cingur adalah salah satu
jenis makanan tradisional khas dari Jawa Timur terutama kota Surabaya. Rujak cingur
biasanya disajikan dengan perpaduan buah dan sayuran. Buah dan sayuran yang dicampur

yaitu nanas, mangga, bengkuang, kedondong, timun dan kangkung atau bisa juga buah dan
sayur yang lainnya. Dan masih banyak pelengkap lainnya seperti lontong dan kuahnya.
Makanan tradisional ini banyak disukai oleh semua orang, terutama orang Surabaya. Rawon
sendiri merupakan makanan yang cukup khas, salah satu bumbu yang tidak boleh terlewat
saat membuat rawon adalah kluwak. Kluwat atau dalam bahasa Indonesia di sebut dengan
Kepayang merupakan buah dari tumbuhan setengah liar yang mudah kita dapatkan, kluwak
sendiri mudah di dapatkan di pasar. Klopo yang berarti kelapa ini menjadi nama sate yang
memang dibalut dengan kelapa parut. Sajian yang terbuat dari daging sapi ini dapat Anda
nikmati dengan potongan ketupat atau lontong atau dapat juga dinikmati dengan nasi putih
bumbu kacang sebagai pelengkapnya. Lontong Balap adalah salah satu jenis makanan
kebanggaan khas Jawa Timur. Dinamakan lontong balap karena dahulu pedagang lontong
berjualan di satu tempat dengan bergantian memakai peralatan, dengan selalu ingin cepat
selesai dengan istilah balapan. Maka dari keunikan seperti itu lontong tersebut dinamakan
Lontong Balap. Lontong Balap Pak Gendut adalah satu dari sekian banyak Lontong Balap
yang ada di Surabaya. Memulai berjualan pada tahun 1956 dijalan Wonokromo, kemudian
pada tahun 1976 pindah dan menetap berjualan di depan Bioskop Garuda. Disajikan hanya
dengan bahan baku bumbu pilihan seperti bawah merah, bawang putih, daun bawang, dan
udang. Lontong Bapal Pak Gendut ini hanya dimasak dengan teknik yang merupakan warisan
turun temurun. Cita rasa lezat sudah menjadi jaminan untuk Lontong Pak Gendut, karena
hanya bahan-bahan terbaik yang dipilih dalam membuat hidangan ini. Lontong Balap Pak
Gendut dinilai mempunyai 3 kelezatan unggulan dibandingkan lontong balap lainnya. Kuah
bening dengan rasa yang khas, irisan lontong yang nikmat, dan tentunya sambal dan lentho
yang mantap! Hanya Lontong Balap Pak Gendut yang membuat lentho murni berbahan
kacang tolo dan bumbu. Lentho khas Pak Gendut ini pun bertahan kriuk-nya meskipun sudah
dicampur dengan kuah lontong balap. Tidak lupa kecap manis sebagai pemanis sajian sang
legenda.
7.) Monumen
Selain kebudayaan-kebudayaan diatas, Surabaya juga memiliki monumen-monumen
perjuangan yang tak asing lagi di telinga rakyat Indonesia. Tugu Pahlawan, Monumen ini
adalah landmark kota Surabaya. Dibangun dan diresmikan pada 10 November, tahun 1951
oleh presiden pertama RepublikIndonesia, Ir. Sukarno, untuk memperingati keberanian Arek
arek Suroboyo (panggilan untuk warga Surabaya) serangan terhadap sekutu. Tugu Pahlawan
memiliki ketinggian 45 meter dengan 10 sisi yang menggambarkan pertempuran 10

November 1945. Monumen ini terletak dipusat kota dan di depann kantor Gubernur Jawa
Timur. Monumen ini setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh
monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan
terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11,
tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga
bagi seluruh Rakyat Indonesia. Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, dimana arek-arek Suroboyo berjuang melawan
pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Monumen Tugu
Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November mengenang peristiwa pada
tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan. Monumen
ini juga dilengkapi dengan Museum bawah tanah, yang berisi item peringatan selama
pertempuran pada tanggal 10 November dan diorama. Museum ini diresmikan pada 19
Oktober 2000 oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Selain Tugu Pahlawan, Bambu
Runcing merupakan salah satu monumen di Surabaya yang terkenal juga. Monumen
Bambu Runcing melambangkan semangat Arekarek Suroboyo (menyerukan warga Surabaya)
di masa penjajahan Belandadengan senjata improvisasi yang dengan bambu
runcing. Tidak banyak yang tahu bahwa di lokasi monumen Bambu Runcing juga terjadi
tragedi bernama tragedi Palmenlan, yang merupakan peristiwa tragis membunuh interniran
Belanda pada tahun 1945. Baru- baru ini Surabaya memiliki museum baru yang bernama
Museum Surabaya. Museum Kota Surabaya ini berisi 1.000-an benda-benda bersejarah dalam
kaitan perjalanan Kota Surabaya yang berada di lantai I gedung SIOLA dibuka mulai 3 Mei
2015. Koleksi Museum Surabaya antara lain mulai dari arsip kependudukan sejak tahun
1837, baju Dinas Pemadam Kebakaran sejak zaman Belanda, juga alat transportasi seperti
dua becak yang berwarna biru dan putih. Salah satu corner di Museum Surabaya yang
menjadi favorit pengunjung adalah deretan foto wali kota Surabaya dari mulai Wali Kota
Surabaya pertama, Mr A Meyroos, yang menjabat pada 1916 hingga 1920, sampai era Wali
Kota Tri Rismaharini.

Anda mungkin juga menyukai