Anda di halaman 1dari 26

MODEL PELEPASAN OBAT

DARI MATRIKS

SUPRIANTO, S.Si., M.Si., Apt


Saat pengembangan bentuk sediaan obat, sangat
penting untuk mempelajari pelepasan obat atau
disolusi yang diakui sebagai elemen dalam
pengembangan obat. Model matematika dapat
membantu mengoptimalkan desain obat untuk
menghasilkan informasi model pelepasan. Analisis
nilai kuantitatif yang diperoleh saat disolusi yang
menggambarkan profil pelepasan obat lebih mudah
ketika konsep matematika digunakan untuk
menggambarkan model kinetika pelepasan obat.
Tujuan tinjauan ini menerapkan konsep matematika
untuk mempelajari fenomena pelepasan obat
matriks.
Sustained release, sustained action,
prolonged action, controlled release,
extended release, depot release adalah
istilah untuk mengidentifikasi sistem
penyampaian obat yang dirancang untuk
mencapai efek terapi berkepanjangan oleh
obat yang terus melepaskan selama jangka
waktu setelah pemberian dosis obat
tunggal. Profil pelepasan obat secara in
vivo dapat dilihat seperti Gambar 1
(Kakar, et al.,2014).
Range Terapi
Produk pelepasan terkendali
menawarkan beberapa keuntungan,
antara lain: mempertahankan kadar obat
dalam plasma, memperkecil toksisitas,
menurunkan efek samping akibat
fluktuasi kadar obat, frekuensi
pemberian obat sekali sehari dan
menjamin terapi optimum (Ninama, et
al., 2015).
Sediaan konvensional dirancang untuk
melepaskan zat aktif dengan segera
sehingga diabsorbsi ke dalam sirkulasi
sistemik dengan cepat dan sempurna.
Sebaliknya Sediaan Pelepasan Terkendali
dirancang untuk melepaskan zat aktif
secara lambat dibandingkan dengan sediaan
konvensional (Mandhar, dan Joshi, 2015).
Kemajuan teknis telah menyebabkan
perkembangan modifikasi pelepasan
sistem pemberian obat untuk mengatasi
kelemahan sistem pemberian obat
konvensional, berikut beberapa
modifikasi pelepasan sistem
penyampaian obat, yaitu (Kakar, et
al.,2014; Dixit, et al, 2013 dan
Patnaik, et al, 2013):
1. Delayed release (DR)
Delayed-release atau pelepasan tertunda
menunjukkan bahwa obat ini tidak dibebaskan
segera tetapi dilepaskan saat tertentu. Delayed
release adalah pelepasan yang berulang dari satu
atau lebih dosis berselang obat digabungakan ke
dalam bentuk dosis tunggal. Contoh Delayed-
release termasuk repeat action tablet dan
kapsul, dan tablet salut enterik dimana waktu
pelepasan dicapai melalui lapisan penghalang.
Delayed-release dimaksudkan untuk menahan
cairan lambung tetapi hancur dalam cairan usus.
2. Repeat Action (RA)
Repeat action menunjukkan bahwa dosis
individual dilepaskan segera setelah pemberian
dan dosis kedua atau ketiga dilepaskan pada
interval berselang.
3. Extended Release (ER)
Extended release mengacu pada pelepasan lambat
dari obat sehingga konsentrasi plasma
dipertahankan pada tingkat terapi untuk jangka
waktu tertentu, biasanya 8 dan 12 jam.
4. Prolonged Release (PR)
Prolonged release menunjukkan bahwa obat disiapkan
untuk penyerapan selama periode yang lebih lama
dari bentuk sediaan konvensional.
Hal ini dirancang untuk melepaskan obat secara
perlahan dan untuk menyediakan kelangsungan
penyediaan obat selama periode yang
diperpanjang. Sebuah sistem pelepasan
dikendalikan khas dirancang untuk memberikan
tingkat obat yang konstan atau hampir konstan
dalam plasma dengan mengurangi fluktuasi melalui
lepas lambat selama jangka waktu tertentu.
5. Controlled Release (CR)
• Controlled release melepaskan obat konstan
sehingga memberikan konsentrasi obat
dalam plasma tetap setiap waktu. Sistem
pemberian dari obat disampaikan dengan
laju yang telah ditentukan untuk jangka
panjang.
• Istilah controlled release, prolonged release,
sustained atau slow release dan long-acting
telah digunakan secara sinonim dengan
extended release (Bhowmik, et al., 2012).
6. Sustained Release (SR)
Sustained release menunjukkan pelepasan
terhambat, berkepanjangan atau pelepasan
lambat untuk jangka waktu lama. Sistem
pelepasan berkelanjutan hanya
memperpanjang terapi obat untuk jangka
waktu lama (Bhowmik, et al., 2012).
7. Pulsatile release
Pulsatile release melibatkan pelepasan sejumlah
terbatas obat pada interval waktu yang
berbeda yang diprogram ke dalam produk
obat (Singhvi dan Singh, 2011).
8. Timed release
Timed release digunakan untuk mendapatkan
pelepasan dengan jeda waktu sekitar 4-5 jam.
Sediaan dilapisi selulosa asetat ftalat untuk
memberikan perlindungan asam lambung.
Lapisan menyebabkan keterlambatan pelepasan
obat, menunda pelepasan obat di usus halus.
Waktu pelepasan obat dikendalikan sehingga
dapat terhambat hingga 5 jam menargetkan
obat untuk usus besar.
Laju Pelepasan Obat
Profil pelepasan obat diperoleh dari
uji disolusi, beberapa model yang
digunakan untuk mempelajari
mekanisme pelepasan obat
adalah model berikut:
1. Model Orde Nol
• Orde Nol merupakan model yang ideal
pelepasan obat dalam rangka mencapai aksi
farmakologis berkepanjangan. Obat didisolusi
dari bentuk sediaan dan melepaskan obat secara
perlahan diwakili oleh persamaan berikut
(Bhowmik, et al., 2012):
Qt = Qo + Ko t
• Dimana Qt merupakan jumlah obat dalam waktu
t, Qo sebagai jumlah awal obat dalam larutan
dan Ko adalah konstanta pelepasan orde nol
• Sediaan memiliki pelepasan orde nol akan
melepaskan zat aktif dengan kecepatan konstan.
Peningkatan konsentrasi obat berbanding lurus
dengan waktu (Aiache, 1993). Data pelepasan obat
yang diperoleh secara in vitro diplot sebagai jumlah
kumulatif obat terlepas terhadap waktu dan dihasilkan
grafik linear jika kondisi yang ditetapkan terpenuhi
seperti Gambar 2 (Lokhandwal, et al., 2013)
• Model orde nol dapat digunakan untuk
menggambarkan disolusi obat dari beberapa jenis
modifikasi bentuk pelepasan sediaan obat, seperti
beberapa sistem transdermal, matriks tablet dengan
obat yang kelarutan rendah, sistem osmotik, dll
(Ramteke, dkk., 2014).
Gambar 2. Pelepasan Model Orde Nol Fomulasi Obat
Sustained Release.
2. Model Orde Satu
• Wagner mengasumsikan bahwa luas permukaan
terpapar dari tablet menurun secara eksponensial
dengan waktu selama proses disolusi yang
menunjukkan bahwa pelepasan obat dari sebagian
besar tablet lepas lambat dapat dijelaskan oleh
kinetika orde Satu. Persamaan yang menggambarkan
kinetika orde satu adalah (Ramteke, dkk., 2014):
log Qt = logQ0 + (K1/2.303).t
• Dimana, Q adalah fraksi obat yang dilepaskan pada
waktu t dan k1 adalah konstanta pelepasan obat orde
pertama. Plot logaritma fraksi obat terhadap waktu
akan linear jika pelepasan mememnuhi kinetika
pelepasan orde satu seperti Gambar 3 (Shaikh, et al.,
2015).
Gambar 3. Pelepasan Model Orde Satu Fomulasi Obat Sustained Release
3. Model Higuchi
• Kinetika pelepasan obat yang diselidiki oleh T.
Higuchi sering disebut orde Higuchi. Orde Higuchi.
Model Higuchi mendefinisikan ketergantungan linear
dari fraksi aktif yang dilepaskan per unit (Q) dari
akar kuadrat waktu.
Q = K2t½
• Dimana, K2 adalah konstanta laju pelepasan. Plot
fraksi obat yang dilepaskan terhadap akar kuadrat
waktu akan linear jika pelepasan mengikuti
persamaan Higuchi, seperti Gambar 4. Persamaan ini
menjelaskan pelepasan obat sebagai proses difusi
berdasarkan hukum Fick (Shaikh, et al., 2015).
Gambar 4. Pelepasan Model Higuchi Fomulasi Obat
Sustained Release
4. Model Hixson-Crowell
• Hixson-Crowell (1931) memahami bahwa luas
permukaan partikel sebanding dengan akar kubik
volume yang berasal dari persamaan yang dijelaskan
dengan cara berikut:
Qo1/3 - Qt1/3 = Ks t
• Dimana Qo adalah jumlah awal obat dalam bentuk
sediaan farmasi. Qt adalah jumlah sisa obat bentuk
sediaan farmasi pada waktu t. Ks adalah konstanta
menggabungkan hubungan volume permukaan. Plot
akar pangkat tiga fraksi obat yang tersisa terhadap
waktu akan linear jika pelepasan mengikuti persamaan
Hixson-Crowell, seperti Gambar 5,. (Shaikh, et al.,
2015).
Gambar 5. Pelepasan Model Hixson-Crowell Fomulasi Obat Sustained Release
5. Model Korsemeyer-Peppas
• Korsemeyer et al. (1983) menurunkan hubungan yang
menggambarkan pelepasan obat dari sistem polimer dengan
persamaan sebagai berikut (Ramakrishna, et al., 2012):
Qt/Qo = Ktn
• Dimana Qt/Qo adalah fraksi obat yang dilepaskan pada waktu t, K
adalah konstan kinetik yang dilengkapi karakteristik struktural dan
geometris sistem penyampaian. n adalah eksponen difusi yang
menunjukkan mekanisme transportasi obat melalui polimer.
Eksponen pelepasan n ≤ 0,5 untuk Fickian difusi dilepaskan dari slab
(matriks non swellable); 0,5 < n < 1.0 untuk pelepasan non-Fickian
(anomali), ini berarti bahwa pelepasan obat diikuti kedua difusi dan
dikendalikan mekanisme erosi dan n = 1 untuk pelepasan orde nol.
• Untuk mempelajari kinetika pelepasan, data yang diperoleh dari
penelitian in vitro pelepasan obat yang diplot sebagai log persentase
kumulatif pelepasan obat terhadap log waktu seperti Gambar 6.
Log Persen Kumulatif
Pelepasan Obat

Gambar 6. Pelepasan Model Korsemeyer-Peppas Fomulasi Obat Sustained Release


DAFTAR PUSTAKA

Aiache, J.M. (1993). Farmasetika 2. Biofarmasi. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 154-177, 195-210 dan 338-339.
Bhowmik, D., Gopinath and Kumar,K.P.S., (2012). Controlled Release Drug Delivery Systems. The Pharma Innovation Journal. 1(10):
24-32
Dixit, N., Maurya, S.D and Sagar, B.P.S., (2013). Controlled Release Drug Delivery Systems. Indian Journal of Research in Pharmacy
and Biotechnology. 1(3): 305-310
Suprianto, Analisis Kinetika Pelepasan Teofilin dari Garnul Matriks Kitosan. Jurnal Ilmiah Manuntung. 2016. 2(1): 70-80
Kakar, S., Singh, R and Semwal, A., (2014). Drug Release Characteristics of Dosage Forms: A Review. Int. J. Recent Adv Pharm Res.
4(1): 6-17
Suprianto, Optimasi Formula Matriks Kitosan dengan Metilselulosa pada Pelepasan Terkendali Sediaan Granul Teofilin. Jurnal Ilmiah
Manuntung. 2015. 1(2): 114-120.
Lokhandwala, H., Deshpande, A., and Deshpande, S. (2013). Kinetic Modeling and Dissolution Profil Comparison: An Overview. Int. J.
Pharm. Bio. Sci. 4(1): 728 – 737
Suprianto, Formulasi dan Penentuan Orde Pelepasan Teofilin Sediaan Granul Campuran Kitosan dengan Metilselulosa. Akademia. 2013.
17(2) 2013: 58-62.
Mandhar, P and Joshi, G. (2015) Development of Sustained Release Drug Delivery System: A Review. Asian Pac. J. Health Sci., 2(1):
179-185
Ninama.U., Pal, J.T., Chaudhary, S., Bhimani, B., and Dalsaniya, D. (2015). Lipid Matrix Tablet as Sustaind Drug Delivery System: A
Review. IJPRBS, 4(2): 98-114
Patnaik, N.A., Nagarjuna1, T and Thulasiramaraju, T.V. (2013) Sustained Release Drug Delivery System: A Modern Formulation
Appoach. International Journal of Research in Pharmaceutical and Nano Sciences. 2(5): 586- 601
Ramakrishna, S., Mihira, V., Vyshnavi, K.R and Ranjith, V. (2012) Design and Evaluation of Drug Release Kinetics of Meloxicam
Sustained Release Matrix Tablet. Int J Curr Pharm Res, (1): 90-99
Ramteke K.H., Dighe P.A., Kharat A. R and Patil, S.V. (2014). Mathematical Models of Drug Dissolution: A Review. Sch. Acad. J.
Pharm., 3(5): 388-396
Shaikh, H.K., Kshirsagar, R. V. and Patil, S. G. (2015). Mathematical Model for Drug Release Characterization: A Review. World
Journal of Pharmaceutical Research. 4(4): 324-338.
Singhvi, G and Singh, M., (2011).Review: In-Vitro Drug Release Characterization Models. IJPSR. 2(1): 77-84

Anda mungkin juga menyukai