INFLUENZA
(FLU BURUNG)
Kelompok:
1.DEVAN ADILSYAH J500190037
2. IMAM MUCHLIS S. J500190038
3. IKA INTAN SARI U.P J500190039
PENGERTIAN
Flu burung, atau avian influenza, merupakan
penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A
subtype HN5/HN51 yang biasa mengenai
unggas.Virus avian influenza ini digolongkan dalam
highly pathogenic avian influenza (HPAI)
SIFAT VIRUS
INFLUENZA
Virus influenza pada unggas mempunyai sifat dapat
bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C,
mati pada pemanasan 60° C selama 30 menit. Memiliki
kemampuan mengubah antigen permukaannya
antigenis shift, memungkinkan terbentuk virus baru
yang lebih ganas, keadaan ini menyebabkan infeksi
sistemik yang berat karena sistim imun host baik seluler
maupun humoral belum sempat terbentuk.Ada 15
subtipe virus influenza yg terdapat pada populasi
burung dimana manusia dapat menjadi lahan
pencampur.
PENULARAN KE
MANUSIA
Indonesia merupakan Negara ke lima di Asia yang
terkena flu burung. Hingga 5 Agustus 2005, WHO
melaporkan 112 kasus flu burung. Sebagian besar
kasus konfirmasi WHO di atas, sebelumnya
mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan
unggas atau produk unggas.
PATOGENESIS
Penyebaran virus Avian Influenza (Al) terjadi melalui
udara (droplet infection) virus dapat tertanam pada
membran mukosa yang melapisi saluran napas atau
langsung memasuki alveoli. Virus avian influenza dapat
berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida berasal
dari membran sel di mana didapatkan residu asam
sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa
melalui ikatan 2,6 linkage. Adanya perbedaan pada
reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga
sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat
mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.
Mukoprotein akan mengikat virus sehingga
perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas
dapat dicegah. Virus akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas kemudian
bereplikasi selama 4-6 jam di dalam sel
tersebut. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4
hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel
kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang
terinfeksi akan membengkak dan intinya
mengkerut dan kemudian mengalami piknosis.
Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan
hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk
badan inklusi.
DIAGNOSIS AVIAN
INFLUENZA
1.Batuk
2.pilek,
3 demam. Demam >38°C.
Gejala lain berupa :
1.Sefalgia
2.nyeri tenggorokan
3.mialgia, dan malaise
4.Asimtomatik
5.flu ringan hingga berat
6.pneumonia, ARDS (Acute respiratory distress syndrome): lekopenia,
limfopenia dan trombositopenia
7.peningkatan nilai ureum dan kreatinin
PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Kultur, realtime nested PCR, serology
(lmunofluorescence), Hematologi,
Kimia : Albumin/Globulin
Radiology: (foto thoraks)
Suspect: gejala mirip dengan orang dalam
observasi. Pernah kontak dengan unggas yang
mati secara mendadak, tinggal disekitar unggas
tersebut, pernah kontak dengan pasien dalam 7
hari terakhir
Probabel Avian Influenza : kenaikan titer
antibody H5 minimal 4 kali (ELISA TEST),
dideteksi antibodi spesifik H5 (tes netralisasi),
pneumonia berat dalam waktu singkat.
Confirm avian influenza : kultur (+), PCR (+),
lmunofluorescence (antigen +), kenaikan titer
spesifik NH5N1 4 kali dalam uji netralisasi
KELOMPOK RESIKO
TINGGI
Pekerja petemakan/pemrosesan unggas
Pekerja laboratorium
Pengunjung perternakan/pemrosesan unggas
PENATALAKSANAAN
Istirahat, peningkatan daya tahan tubuh,
pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik,
perawatan respirasi, anti inflamasi,
imunomodulators
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya
memberikan petunjuk sebagai berikut :
Pada kasus suspek flu burung diberikan
Oseltamivir 2 x 75mg 5 hari, simptomatik
dan antibiotik jika ada indikasi. Pada kasus
probable flu burung diberikan
Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari,
antibiotik spektrum luas yang mencakup
kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika
perlu seperti pada kasus pneumonia
berat, ARDS. Respiratory Care di ICU
sesuai indikasi
TERIMAKASIH