Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI MANAJEMEN

LANJUTAN

Kelompok 1 :
Aldi Setia Budi
Ariz Gusti Randi
Muhamad Sholihul Anwar
Rizkayani
Profil Perusahaan

Deere & Company


John Deere, didirikan pada tahun 1837 oleh John
Deere pandai besi yang mengembangkan alat bajak
baja pertama yang sukses secara komersial. Selama
tahun 1970, Deere menghabiskan lebih dari satu
miliar dollar pada modernisasi pabrik, perluasan
usaha dan perkakas. Selama tiga dekade, Deere
mengembangkan lini produknya, membangun pabrik
baru dan menjalankan usaha sesuai dengan kapasitas
pabrik, namun tetap tidak mampu untuk memenuhi
permintaan. Dalam periode yang sama,
John Deere Components Works

Selama beberapa tahun, komponen traktor dibuat dan


dirakit di pabrik traktor, Waterloo. Untuk menghasilkan produk
lain, pada tahun 1970 Deere berhasil memisahkan komponen
produksi traktor menjadi mesin dan perakitan. JDCW memiliki
3 divisi, yaitu divisi hydraulics, drive trains division, dan gear
dan divisi produk spesial. JDCW didesain untuk menjadi
bagian dari produsen peralatan yang diproduksi Deere,
terutama traktor.

Selama tahun 1970, kegiatan operasi dan peralatan JDCW


telah dirancang untuk membantu divisi traktor sebesar 150 unit
per hari.
183 196 196
7 2 3
• Didirikan oleh • Membangun • Menggantikan
John Deere gedung dan Traktor International Harvester
perkebunan dan sebagai produsen No.1
peralatan

197 1980 198


0 6
• Modernisasi • Menjadi pertanian dan • Penurunan
pabrik, Perkebunan terbesar di Tenaga Kerja
perluasan, dan Dunia dan pada tahun
perkakas yg sama adanya
penurunan komoditas
pertanian
Penjualan Internal dan
Transfer Pricing

Hampir seluruh penjualan


JDCW merupakan penjualan
internal.

Kebijakan perusahaan menyatakan bahwa transfer pricing


antara divisi ditentukan pada nilai full cost.

Direct Direct Period


Direct Labor
Material OverHead Overhead
JDCW STANDARD COST
ACCOUNTING SYSTEM

Direct labor (run time only)

Direct material

Overhead (direct + period) applied on direct


labor

Overhead (direct + period) applied on material dollars

Overhead (direct + period) applied on ACTS [actual cycle time standard]


machine hours
Menetapkan Tarif Overhead Basis Evaluasi untuk Tarif
Overhead

Setiap satu tahun sekali, departemen Selama beberapa tahun JDCW


akuntansi JDCW menetapkan kembali menggunakan tenaga kerja langsung
tarif overhead berdasarkan dua studi, studi sebagai tarif untuk mengalokasikan
normal dan studi proses. overhead. Namun pada tahun 1960,
perusahaan menerapkan pemisahan
overhead berdasarkan material.
Permasalahan

Pada awalnya JDCW menggunakan standar costing untuk perhitungan biayanya, alokasi overhead
berdasarkan pada direct labor hours, machine hours, dan material. Pada kenyataannya metode biaya ini
bekerja cukup baik di masa lalu karena perusahaan memproduksi produk yang spesifik dalam secara
konsisten. Namun, metode biaya ini tidak memberikan sistem alokasi biaya yang terbaik bagi JDCW
Keith William menyadari bahwa pada awalnya JDCW menggunakan standard costing untuk
menentukan biaya alokasi overhead, yang ternyata metode tersebut kurang efektif untuk costing dan
bidding. William dan Vintila mengambil 44 sample dari 275 bagian bid. Hasilnya menunjukkan terdapat
temuan beberapa pertanyaan tentang validitas dari standard cost system untuk menentukan biaya per
unit dan mempertimbangkan kembali untuk menggunakan metode costing alternative

Setelah menentukan metode costing alternative, Perusahaan menentukan untuk menggunakan Activity
Based Costing (ABC), dan mengalokasikan biaya overhead menjadi 7, daripada hanya menggunakan 2
aktivitas.
Activity-Based Costing

Menentukan biaya overhead atas produk: Activity-based costing with idle capacity
Tahap I Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead ditentukan
 Mengidentifikasi biaya overhead masing-masing dimuka dengan cara membagi anggaran biaya overhead dengan
aktivitas, dikelompokkan secara homogen yang ukuran aktivitas yang dianggarkan seperti jam kerja langsung
disebut activity cost pool.
(direct labor hour). Praktek seperti ini akan megakibatkan biaya
Tahap II idle capacity dibebankan ke produk dan akan menyebabkan
 Menetukan tarif untuk cost pool dengan cara:
biaya produksi per unit tidak tepat. Jika aktivitas produksi
diperkirakan turun, maka tarif overhead akan meningkat
semua biaya cost pool dibagi dengan ukuran karena dengan produksi yang lebih sedikit maka biaya idle
aktivitas yang dilakukan. Ini disebut juga dengan capacity yang ditanggung masing-masing unit produksi akan
biaya per unit pemacu biaya (cost driver) meningkat.

Dalam ABC, produk hanya dibebani biaya dari kapasitas yang


digunakan dan tidak dibebankan biaya dari idle capacity. Ini
menyebabkan perhitungan biaya produksi per unit akan lebih
akurat, karena perhitungan biaya hanya atas kegiatan peroduksi
yang dilakukan
Activity-Based Costing
• Time-driven activity-based costing
Metode Time-Driven Activity-Based Costing memiliki dua parameter, yaitu:
1. Pembebanan biaya untuk setiap unit waktu yang digunakan sumber daya yang
tersedia dalam memenuhi kapasitas yang tersedia sesuai dengan aktivitas
perusahaan/bisnis (Total pengeluaran Overhead dibagi dengan total jam kerja
karyawan yang digunakan/tersedia).
2. Penilaian dari unit waktu yang digunakan dalam setiap aktivitas: berapa banyak
waktu yang digunakan dalam menyelesaikan satu unit produk pada setiap
aktivitas (hal ini didasarkan pada hasil perkiraan atau pengamatan langsung).
Setelah menentukan metode costing
alternative, Perusahaan menentukan untuk
menggunakan Activity Based Costing
(ABC), dan mengalokasikan biaya overhead
menjadi 7, daripada hanya menggunakan 2
aktivitas.
Standard Cost
ABC Methode
Perbandingan Standard Cost dengan
ABC Methode

JDCW Sebaiknya menggunakan ABC Methode dalam


menentukan cost/unitnya karena JDCW memiliki beragam produk
yang dihasilkan dan setiap produk mengkosumsi overhead yang
berbeda-beda
Oleh sebeb itu, apabila menggunakan standart costing maka hasil
alokasi overhead menjadi tidak akurat, keakuratn yang dihasilkan
oleh ABC Methode ini yang sebenarnya terjadi dalam membuat
suatu produk
Standard Costing
Direct Material $ 6.44

Direct Labor $ 12.76 x 0.185 $ 2.36

Overhead Direct Labor (0.185 x $ 12.76) x 205% $ 4.84

ACT Machine Hours 0.310 x $ 27.56 $ 8.54

Total $ 22.18

Activity-Based
Direct Material
Costing $ 6.44
Direct Labor $ 12.76 x 0.185 $ 2.36
Overhead Direct Labor Support (0.185 x $ 12.76) x 111% $ 2.62
Machine Operation 0.31 x ($ 8.99 + $ 7.61) $ 5.15
Machine Setup (4.2 x $ 33.76x 2) / ( 8000/100) $ 3.54
Production Order (2/8000/100) x $ 114.27 $ 2.86
Material-Handling (2/8000/100x2) x $ 19.42 $ 0.97
Part Administration 0.176 x $ 487 / (8000/100) $ 1.07
General and Administration 9.1%
0.97+
x $ (2.36+ 2.62+ 5.15 + 3.54+ 2.86+ $ 2.07
1.07)
Total $ 26.7
KESIMPULAN
• Penggunaan standard costing pada perusahaan yang memiliki aktivitas
produksi dan variasi produk adalah tidak tepat karena kurang mampu
mencerminkan biaya yang sebenarnya. Pemicu biaya (cost driver) yang
digunakan hanya tenaga kerja langsung dan jam mesin, padahal
sebenarnya pemicu biaya dapat lebih beragam yang tercermin sesuai
dengan banyaknya aktivitas untuk pengukuran biaya yang lebih tepat.
• Penggunaan Activity Based Costing oleh perusahaan dapat membuat
perusahaan menghindari adanya undercosting atau overcosting dalam
penentuan biaya karena telah mengetahui biaya sebenarnya per unit
(actual cost per unit). Penggunaan cost driver untuk yang disesuaikan
berdasarkan aktivitas produksi yang telah ditetapkan activity cost pool-
nya, terdiri dari 7 cost driver yaitu direct labor support, machine
operation, setup hours, production order activity, materials handling, parts
administration, general and administrative.
• Tujuan dari penggunaan metode ABC adalah untuk mengetahui biaya
yang sebenarnya. bukan untuk menghasilkan biaya per unit yang kecil.
Pada kasus John Deere, perbedaan biaya dari awal perusahaan
menggunakan standard costing menjadi Activity Based Costing hasilnya
bervariasi, ada yang biayanya menjadi lebih kecil dan menjadi lebih
besar.
KESIMPULAN
• Walaupun adanya variasi perubahan biaya karena adanya peralihan
penggunaan metode dari standard cost ke ABC, John Deere tetap
dapat bersaing dengan lebih percaya diri karena biaya yang
ditentukan menjadi lebih akurat dengan menghindari profit margin
yang semu akibat adanya overcosting dan undercosting.
• Beberapa perubahan pada pabrik dapat dilakukan agar dapat
membantu memaksimalkan aplikasi metode ABC. Misalnya, dalam
kebijakan transfer pricing yang di ubah dengan menggunakan market
based dibandingkan dengan direct cost v.s full cost. Selain kebijakan,
layout pabrik juga diubah untuk memaksimalkan efisiensi
penggunaan ABC.
• Saat ini John Deere hanya menerapkan metode ABC untuk
operasi-operasi yang menggunakan turning machine, namun tidak
ada salahnya dikemudian hari untuk mengaplikasikan ABC pada
proses-proses produksi lain. Hal ini dikarenakan penggunaan ABC
dalam mengalokasikan overhead lebih tepat untuk John Deere
karena banyaknya variasi produk pada operasi bisnis mereka.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai