LANJUTAN
Kelompok 1 :
Aldi Setia Budi
Ariz Gusti Randi
Muhamad Sholihul Anwar
Rizkayani
Profil Perusahaan
Direct material
Pada awalnya JDCW menggunakan standar costing untuk perhitungan biayanya, alokasi overhead
berdasarkan pada direct labor hours, machine hours, dan material. Pada kenyataannya metode biaya ini
bekerja cukup baik di masa lalu karena perusahaan memproduksi produk yang spesifik dalam secara
konsisten. Namun, metode biaya ini tidak memberikan sistem alokasi biaya yang terbaik bagi JDCW
Keith William menyadari bahwa pada awalnya JDCW menggunakan standard costing untuk
menentukan biaya alokasi overhead, yang ternyata metode tersebut kurang efektif untuk costing dan
bidding. William dan Vintila mengambil 44 sample dari 275 bagian bid. Hasilnya menunjukkan terdapat
temuan beberapa pertanyaan tentang validitas dari standard cost system untuk menentukan biaya per
unit dan mempertimbangkan kembali untuk menggunakan metode costing alternative
Setelah menentukan metode costing alternative, Perusahaan menentukan untuk menggunakan Activity
Based Costing (ABC), dan mengalokasikan biaya overhead menjadi 7, daripada hanya menggunakan 2
aktivitas.
Activity-Based Costing
Menentukan biaya overhead atas produk: Activity-based costing with idle capacity
Tahap I Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead ditentukan
Mengidentifikasi biaya overhead masing-masing dimuka dengan cara membagi anggaran biaya overhead dengan
aktivitas, dikelompokkan secara homogen yang ukuran aktivitas yang dianggarkan seperti jam kerja langsung
disebut activity cost pool.
(direct labor hour). Praktek seperti ini akan megakibatkan biaya
Tahap II idle capacity dibebankan ke produk dan akan menyebabkan
Menetukan tarif untuk cost pool dengan cara:
biaya produksi per unit tidak tepat. Jika aktivitas produksi
diperkirakan turun, maka tarif overhead akan meningkat
semua biaya cost pool dibagi dengan ukuran karena dengan produksi yang lebih sedikit maka biaya idle
aktivitas yang dilakukan. Ini disebut juga dengan capacity yang ditanggung masing-masing unit produksi akan
biaya per unit pemacu biaya (cost driver) meningkat.
Total $ 22.18
Activity-Based
Direct Material
Costing $ 6.44
Direct Labor $ 12.76 x 0.185 $ 2.36
Overhead Direct Labor Support (0.185 x $ 12.76) x 111% $ 2.62
Machine Operation 0.31 x ($ 8.99 + $ 7.61) $ 5.15
Machine Setup (4.2 x $ 33.76x 2) / ( 8000/100) $ 3.54
Production Order (2/8000/100) x $ 114.27 $ 2.86
Material-Handling (2/8000/100x2) x $ 19.42 $ 0.97
Part Administration 0.176 x $ 487 / (8000/100) $ 1.07
General and Administration 9.1%
0.97+
x $ (2.36+ 2.62+ 5.15 + 3.54+ 2.86+ $ 2.07
1.07)
Total $ 26.7
KESIMPULAN
• Penggunaan standard costing pada perusahaan yang memiliki aktivitas
produksi dan variasi produk adalah tidak tepat karena kurang mampu
mencerminkan biaya yang sebenarnya. Pemicu biaya (cost driver) yang
digunakan hanya tenaga kerja langsung dan jam mesin, padahal
sebenarnya pemicu biaya dapat lebih beragam yang tercermin sesuai
dengan banyaknya aktivitas untuk pengukuran biaya yang lebih tepat.
• Penggunaan Activity Based Costing oleh perusahaan dapat membuat
perusahaan menghindari adanya undercosting atau overcosting dalam
penentuan biaya karena telah mengetahui biaya sebenarnya per unit
(actual cost per unit). Penggunaan cost driver untuk yang disesuaikan
berdasarkan aktivitas produksi yang telah ditetapkan activity cost pool-
nya, terdiri dari 7 cost driver yaitu direct labor support, machine
operation, setup hours, production order activity, materials handling, parts
administration, general and administrative.
• Tujuan dari penggunaan metode ABC adalah untuk mengetahui biaya
yang sebenarnya. bukan untuk menghasilkan biaya per unit yang kecil.
Pada kasus John Deere, perbedaan biaya dari awal perusahaan
menggunakan standard costing menjadi Activity Based Costing hasilnya
bervariasi, ada yang biayanya menjadi lebih kecil dan menjadi lebih
besar.
KESIMPULAN
• Walaupun adanya variasi perubahan biaya karena adanya peralihan
penggunaan metode dari standard cost ke ABC, John Deere tetap
dapat bersaing dengan lebih percaya diri karena biaya yang
ditentukan menjadi lebih akurat dengan menghindari profit margin
yang semu akibat adanya overcosting dan undercosting.
• Beberapa perubahan pada pabrik dapat dilakukan agar dapat
membantu memaksimalkan aplikasi metode ABC. Misalnya, dalam
kebijakan transfer pricing yang di ubah dengan menggunakan market
based dibandingkan dengan direct cost v.s full cost. Selain kebijakan,
layout pabrik juga diubah untuk memaksimalkan efisiensi
penggunaan ABC.
• Saat ini John Deere hanya menerapkan metode ABC untuk
operasi-operasi yang menggunakan turning machine, namun tidak
ada salahnya dikemudian hari untuk mengaplikasikan ABC pada
proses-proses produksi lain. Hal ini dikarenakan penggunaan ABC
dalam mengalokasikan overhead lebih tepat untuk John Deere
karena banyaknya variasi produk pada operasi bisnis mereka.
TERIMAKASIH