Anda di halaman 1dari 43

Usaha Pembesaran

Teripang Pasir
(Holothuria scabra)
ARDANA KURNIAJI
AZHARI TARMIZI
ANANG FAJRIN

Manajemen Produksi Akuakultur, 2015


Pendahuluan
Latar belakang

Produksi Akuakultur
Teripang memiliki protein Usaha Budidaya Teripang
mengalami peningkatan
tinggi dan bahan baku obat-
sejak tahun 1970 (FAO obatan (Pujiono 2007) Manajemen Produksi
2009)

Salah satu budidaya laut Sebaran: Riau, Lampung, Usaha Budidaya:


komoditas penting Sulawesi, Nusa Tenggara Perencanaan,
Teripang Pasir (Hendri et Barat dan Timur, Maluku, Pengorganisasian,
dan Papua (Azis 1997) Pelaksanaan, Pengendalian)
al. 2009)

Komoditas Internasional sehingga Sulawesi Tenggara: Manajemen produksi


pasarnya terbuka lebar. Harga US$ Buton 16-20 kg/musim pembesaran teripang pasir (H.
200 per kg. Permintaan nasional (Hatani 2006) scabra) dengan berdasarkan
20.000-30.000 ton/th (KKP Kolaka 15 ton pertahun hasil wawancara dan informasi
2010), pendukung dari hasil diskusi
(BAPPEDA Kolaka 2013)

Manajemen Produksi Akuakultur, 2015


Produk dari teripang
Pendahuluan
Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyusun manajemen


produksi pembesaran teripang pasir (H. scabra) dengan
berdasarkan hasil wawancara pembudidaya teripang di
Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka dan informasi
pendukung dari hasil diskusi serta literatur yang ada dalam
rangka meningkatkan kapasitas produksi.

Manfaat yang dari penulisan makalah ini sebagai informasi dasar


terkait manajemen produksi budidaya teripang yang dilakukan
menggunakan pen culture.

Manajemen Produksi Akuakultur, 2015


Kebijakan Strategis
Visi dan Misi Kegiatan Akuakultur

Visi
Menjadi perusahaan unggulan yang mampu bergerak dalam bidang budidaya teripang pasir
yang memiliki manajemen dan struktur organisasi yang efektif dan efisien dengan target
produksi 2 ton perminggu pada tahun 2020.

Misi
1. Melakukan usaha produksi dan pembesaran teripang pasir yang berkelanjutan melalui usaha
peningkatan kapasitas produksi dan faktor evaluasi.
2. Melakukan peningkatan sektor pengembangan usaha melalui peningkatan areal produksi
dan sarana prasarana yang memadai setiap tahun.
3. Menstabilkan aktivitas produksi harin melalui peningkatkan kinerja elemen pengelola dan
ketenagakerjaan, dengan cara menggambarkan Job Analisys berupa Job Description dan Job
Spesification yang jelas dan tegas bagi karyawan.

Manajemen Produksi Akuakultur, 2015


Kebijakan Strategis
Tujuan Kegiatan Akuakultur Terpilih

Dengan kandungan protein tinggi pada teripang pasir, dan permintaan yang
semakin meningkat, maka tujuan dari kegiatan akuakultur teripang dalam
skala pembesaran adalah untuk meningkatkan ketersediaan teripang di pasar
nasional maupun internasional secara berkelanjutan melalui pengembangan
kapasitas produksi secara bertahap menggunakan media pen culture

Manajemen Produksi Akuakultur, 2015


Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem

Persiapan Pembesaran Pemanenan Pascapanen

Penentuan pasar Pemberian Pakan Persiapan Pencucian

Pemilihan Lokasi Pengontrolan Pemanenan Pemberokan

Pembuatan Media Sampling Perebusan

Pengadaan Benih Package

Pengadaan sarana &


Prasarana
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Input
Material and Machine

Pemilihan Lokasi
Keterlindungan, Kualitas Air, Transportasi & Komunikasi,
Topografi
Persiapan Pen Culture
Bahan yang digunakan ialah jaring (super-net) (0,5 – 1 inci) dan
Pagar setinggi 100 cm dari dasar perairan
Pengadaan Benih
Benih berumur 2-3 bulan (bobot 20–50 g/ekor) berasal dari
hatchery/penangkap

Pengadaan Pakan
Pakan dari dedak dan kotoran ayam, dicampur 1:1 dalam karung
dan diberikan langsung ke media pembesaran (Rustam 2006).
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Input
Method

Penebaran Benih
10 - 15 ekor/m2. Sehingga untuk satu unit lahan budi daya
seluas 500 m2 = 10.000
Pemberian Pakan
Setiap 2 minggu jumlah pakan yang diberikan sebanyak 150 kg
untuk satu areal berukuran 500 m2
Sampling & Hama

Dilakukan penimbangan setiap 2 minggu dan pengontrolan hama

Perawatan Pen Culture


Perawatan dapat dilakukan dengan membersihkan pen culture dan
mengecek apakah terdapat kerusakan pada jaring atau pada patok
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Input
Man/Karyawan

Manajer
Memimpin, menentukan strategi, engkordinasikan, mengarahkan,
memantau, meninjau, dan mengevaluasi
Administrasi &Keuangan
Melaksanakan perintah pimpinan yang berkaitan dengan administrasi dan
keuangan dalam perusahaan
Tenaga Kerja Tetap
Mengoperasikan budidaya teripang di lapangan dan memberi pakan serta
mengontrol kondisi media

Tenaga Kerja tak tetap


Bertanggung jawab pascapanen dan pengolahan teripang sampai siap
dipasarkan
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Input
Money

Modal yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya teripang ini adalah modal pribadi
yang selanjutnya berasal dri modal saham, laba ditahan dan cadangan yang tersimpan

Rantai Pasok

Rantai pasok pada budidaya teripang dilakukan dengan peramalan permintaan


pelanggan, membuat jadwal produksi untuk memudahkan proses pengendalian,
penyiapan jaringan, pemesanan persediaan dari pemasok barang/material yang
diperlukan baik berupa pakan, bibit maupun alat yang digunakan dalam pembuatan
pen culture
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Input
Manajemen Persediaan

Pembesaran teripang dilakukan di Kecamatan Pomala, Kabupaten Kolaka, Sulawesi


Tenggara ini. Benih yang digunakan pada kegiatan usaha budidaya pembesaran
teripang ini didapatkan dari nelayan pengumpul di sekitar peraiaran Kab. Kolaka,
untuk kemudian diadaptasi lalu kemudian dibesarkan dalam pen culture.

Dalam pemeliharaan pembesaran teripang, pakan yang digunakan adalah pakan yang
bersumber dari daun lamun yang ditumbuk dan ulva. Pemberian pakan tambahan dari
bahan baku berupa dedak yang dibeli langsung dari toko-toko pertanian, sedangkan
untuk kotoran ayam dibeli pada rumah usaha pembesaran ayam.
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Proses
Skala Produksi

Perencanaan perlu mempertimbangkan segala bentuk asumsi yang kemungkinan akan


mempengaruhi proses produksi. Jenis produk berupa teripang yang ditargetkan dapat
diproduksi sebanyak 720 kg/tahun berat kering dari 4 pen culture dengan panen
parsial disesuaikan dengan jumlah permintaan pasar yang juga semakin meningkat
pertahunnya.

Kapasitas Produksi

Dalam budidaya teripang, kapasitas produksi bisa mencapai 7.200 kg berat basah per
siklus. Dari luas pen culture 20x25 meter sebanyak 4 buah pen culture, dengan asumsi
pemanenan 200-250 gram persiklus (6 bulan) dan tingkat kelangungan hidup 90%,
maka setiap pen culture bisa memproduksi 1.800 kg/500 m2 berat basah atau 180 kg
berat kering.
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Proses
Pola tanam & Panen

pola tanam budidaya teripang dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan memanfaatkan jumlah pen
culture sebanyak 4 buah. Masing-masing pen culture menampung 10.000 ekor bibit dan dengan
jumlah 4 pen culture, maka target produksi bias mencapai 40.000. Berdasarkan lama produksi
persiklus, maka dalam satu pen culture dapat dilakukan pemanenan 1 kali setiap 6 bulan, dan
nantinya akan diperoleh hasil produksi setiap dua bulan secara bergantian per pen culture
(Lampiran 1).

Jadwal Produksi

Jadwal produksi diperlukan untuk mengetahui jenis tahapan demi tahapn yang akan
dikerjakan. Jadwal produksi pada budidaya teripang ini dibuat per siklus untuk
memudahkan proses pengontrolan dan mendetailkan target kegiatan
Pola Tanam
Waktu (bulan ke-)
Uraian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

POLA TANAM

P1   P2    P3   P4/P1   P4   P4   P4
Jumlah penculture

10.000   10.000   10.000   10.000   10.000   10.000   10.000


Jumlah tebar (ekor)

POLA PANEN

            90%   90%   90%   90%


SR

            200   200   200   200


Ukuran panen (gram/ekor)
            1.800   1.800   1.800   1.800
Jumlah panen (kg)
Jadwal
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Suatu Sistem
- Output
Nilai Tambah

- Pembuatan teripang menjadi teripang kering


- Pembuatan teripang asap
- Pembuatan teripang menjadi aneka makanan
- Penyimpanan teripang pada tempat yang baik

Distribusi

Secara langsung, konsumen bisa mengakses penjualan teripang di lokasi budidaya


dan melakukan pemesanan (ordering).

Secara tidak langsung dapat dilakukan melalui perantara kolektor atau pengepul,
yang selanjutnya bias dijual atau disampaikan ke pasar dalam negeri maupun ekspor.
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Organisasi
- Produktivitas

Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (input). Produktivitas
mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga
kerja persatuan waktu (Riyanto 1986).

Dalam budidaya teripang jika dibandingkan antara peneluaran dan pendapatan, maka
diketahui bahwa pada kegiatan budidaya teripang ini produktivitas 4,5.

Manfaat dari diketahuinya nilai produktivitas secara organisasi yakni perusahaan dapat
menilai efisiensi konversi sumberdaya aggar dapat meningkatkan produktivitas melalui
efisiensi penggunaan sumberdaya.
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Organisasi
- Efisiensi

Efisiensi merupakan komponen-komponen input yang digunakan seperti waktu,


tenaga dan biaya dapat dihitung penggunaannya dan tidak berdampak pada
pemborosan atau pengeluaran yang tidak berarti (Adisasmita 2011).

Pada kegiatan budidaya teripang ini, indikator efisiensi menggambarkan hubungan


antara masukan sumberdaya oleh biaya variable dan biaya tetap.

Selain itu juga ditinjau dari sumberdaya suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah,
biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan. Indikator tersebut memberikan
informasi tentang konversi masukan menjadi keluaran (yaitu: efisiensi dari proses
internal
Kebijakan Produksi
Produksi Sebagai Organisasi
- Minimalisasi Input, Maksimalisasi Output

Input Variabel:
Jumlah benih
Pakan
Pascapanen

Usaha budidaya Keuntungan


Produktivitas Skala usaha
Teripang Efisiensi

Input Tetap
Pen culture
Tenaga Kerja

Dalam konsep maksimisasi output yang menjadi tujuan adalah output/utility yang maksimum sedangkan fungsi
kendalanya adalah anggaran atau belanja (Nicholson 1995). Dalam budidaya teripang, maksimasi output dan
minimalisasi input dapat dilakukan dengan menekan pengeluaran pada biaya variable, dan meningkatkan
produksi
Kebijakan Pengendalian
Pengendalian Preventif

Pembentukan asumi-asumsi kerja dan prediksi solutif pada permasalahan yang diduga
muncul dalam proses produksi

Mempelajari kondisi lokasi Merekrut tenaga kerja yang


yang akan digunakan dalam Menjamin ketersediaan memiliki pengalaman kerja
produksi secara fisika, kimia, untuk memudahkan
benih dan pakan secara
dan biologinya. peningkatan kinerja
kintinyu,

Melakukan sosialisasi
Pencegahan
Pencegahan kerusakan
kerusakan media
media
dengan
dengan mempersiapkan stok atau
mempersiapkan stok atau
bersama masyarakat
cadangan
cadangan dari bagian-bagian pen
dari bagian-bagian pen Membangun jaringan pasar seputar kehadiran lokasi
culture,
culture, budidaya,
yang siap menerima hasil
produksi
Contoh formulir identifikasi awal
Kolam dan Sistem
No Pen culture Ukuran (pxlxt): .. m x…..m x…..m Tinggi air : ……cm
Sistem : Kondisi kualitas air
Substrat : pasir berlamun

Parameter kualitas air


pH : ………. Suhu : …….. DO : ……….. Akalinitas : …….
Salinitas : … Amonia : …… H2S : ……….. Kecerahan : …….
Data Teripang
Tgl tebar : .... Sumber : …… Jenis : ………. Strain : ……
Jml tebar : … Ukuran : …….
Berat total: ……………………. Berat/ekor : …………………………….
Kegiatan Rutin
Pemeriksaan pen culture, peralatan Per ……. Hari
Pemeriksaan kualitas air Per ……. Hari
Pemeriksaan mortalitas, kesehatan Per ……. Hari
Sampling Per ……. bulan
Perlakuan pemberian pakan
Pemberian pakan Waktu:
Jumlah pakan yang diberikan 1…. 2….. 3…..
Perlakuan khusus lainnya : …………………………………………………………
Kebijakan Pengendalian
Pengendalian Pemantauan
Tindakan
Uraian Standar Operasional Evaluasi
  Ya Tidak
Kedalaman air 0,5 – 1,0
Kurang dari 0,5 – 1,0 m Menetapkan sebagai lokasi Mencari lokasi yang
Kelayakan lokasi m pada saat surut
pada surut terendah pembesaran teripang memenuhi syarat
terendah
Mensuplay benih sesuai
Bobot benih antara 30 – Digunakan dalam proses kebutuhan dengan
Benih Stok benih tidak mencukupi
Input 50 gr per ekor pemeliharaan membeli dari luar
daerah
Menggunakan
Diaplikasikan pada teripang
campuran antara Kekurangan salah satu atau Memesan bahan baku
Pakan yang dibesarkan sesuai
kotoran ayam dan seluruh bahan baku pakan dari luar daerah
dengan kebutuhan
dedak (1:1)

Melanjutkan proses Menganalisa kelayakan


pembesaran, dan berupaya lokasi (kualitas air, dsb),
SR SR 80% SR kurang dari 80%
untuk meningkatkan SR serta jumlah pakan yang
teripang diberikan

Proses Melanjutkan proses


Mengevaluasi jumlah
pembesaran, serta
Pemberian pakan setiap pakan yang diberikan
Jumlah pakan yang melakukan peningkatan
Pakan 2 minggu sekali (15 kg agar mencukupi
diberikan kurang mutu pakan untuk
pakan/50 m2) kebutuhan nutrien
mempercepat pertumbuhan
teripang.
teripang
Ukuran teripang pada saat Mengevaluasi kualitas
4 – 6 ekor/kg atau 200
Output Ukuran/bobot teripang panen kurang dari 200 Melanjutkan usaha air, serta jumlah pakan
gr/ekor (market size)
gr/ekor yang diberikan.
Kebijakan Pengendalian
Pengendalian Refresif

Pengedalian represif dilakukan jika seluruh proses selesai dikerjakan. Dalam


pengendalian represif, kerugian atau kesalahan telah terjadi diperbaiki dan diolah
secara evaluatif untuk memperbaiki berbagai kesalahan-kesalahan kerja.

Sebagai contoh pemberian teguran bagi tenaga kerja yang kinerjanya tidak sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan yang sama
tidak akan terjadi selanjutnya. Pengendalian represif ini akan menentukan
keberlanjutan dari proses produksi selanjutnya
Kebijakan Finansial
Perencanaan Finasial

Kelayakan finannsial dilakukan terhadap usaha budidaya teripang dengan


kriteria:
 Ukuran penkultur seluas 20 m x 25 m/kolam (500 m2)
 Jumlah penkultur 4 buah (2000 m2)
 Padat tebar 15-20 ekor setiap m2
 Size 20-30 gram/ekor
 Kebutuhan bibit 40.000 ekor, mortalitas 10%
 Ukuran panen 200 gram/ekor
 Produksi 7200 kg (basah) atau 720 kg (kering)
 Lama pemeliharaan 6 bulan per siklus
 Sarana budidaya bertahan untuk 4 kali siklus produksi
 Harga Jual Rp 1.500.000/kg
Kebijakan Finansial
Perencanaan Finasial

Pembiayaan
Biaya Investasi: Rp 458.688.000

Biaya Variabel: Rp 450.240.000

Biaya Tetap: Rp 116.453.082

Penerimaan
Hasil Panen x Harga Jual: 1.080.000.000

Keuntungan
Total Penerimaan-Total Biaya: 840.987.000/siklus
Biaya Investasi: Rp 458.688.000
Analisa Analisis usaha
Analisa Usaha 1 Tahun
Uraian Jumlah Harga satuan Total Umur Eko Penyusutan
Angka Satuan Rp. 1.000 Rp. 1.000 tahun Rp. 1.000
Output
Pengeluaran Produksi Teripang Penyusutan
Investasi (I)
Perizinan Usaha
120.000 30.000
1 Paket 120.000 4
1 Pen culture Poin 1-5 354.360
Kayu/Patok 120 m3 250 30.000 2 15.000
Jaring 60.000 Meter 5 300.000 2 150.000
Paku/Mur 1.200 Kg 4.5 5.400 2 2.700
Tali nilon 3 48 Kg 20 960 2 480
Tali nilon 7 1200 Kg 15 18.000 2 9.000
Perahu Katinting 8 Buah 5000 40000 10 4.000
Mesin Perahu 8 Buah 10.000 80.000 6 13.333,3
2 Peralatan Produksi Poin 1-5 55.800
Pisau 48 lusin 50 2.400 1 2.400
Alat pengasapan 24 unit 200 4.800 1 4.800
Drum 96 buah 350 33.600 2 16.800
Ember 240 buah 50 12.000 1 12.000
Para-para 24 unit 125 3.000 1 3.000
3 Rumah Pengolahan Poin 1-8 48.528
Kayu kaso 24 kubik 185 4.440 4 1.110
Paku 5 cm 360 Kg 25 9.000 4 2.250
Paku 12 cm 360 Kg 17 6.120 4 1.530
Paku seng 72 Kg 32 2.304 4 576
Papan 24 kubik 325 7.800 4 1.950
Seng plat 120 M 13 1.560 4 390
Atap seng 8 kaki 288 lembar 33 9.504 4 2.376
Panci perebusan 120 buah 65 7.800 2 3.900
Total Investasi 458.688 Total penyusutan 53.082
Biaya Variabel: Rp 450.240.000
  12 Bulan (Tahun Pertama)
  Jumlah Harga Satuan Total
Uraian Angka Satuan (Rp) (Rp)

Biaya Variabel (VC)


1 Benih
1 Benih Teripang 40.000 ekor 2.000 80.000.000
2 Surat Keterangan Asal (SKA) 20 buah 100,000 2.000.000
3 Biaya transportasi 20 paket 1.000.000 20.000.000
2 Pakan
1 Dedak 3.600 kg 1.800 6.480.000
2 Kotoran ayam 3.600 kg 1.000 3.600.000
3 Karung 480 buah 1.000 480.000
3 Pascapanen
1 Kayu bakar 50 kubik 120.000 112.560.000
2 Tenaga kerja pascapanen 4 orang 1.000.000 225.120.000
Total Biaya Variabel (VC) 450.240.000
Biaya Tetap: Rp 116.453.082

1 Tahun (12 Bulan)

Uraian Jumlah Harga satuan Total

Angka Satuan (Rp) (Rp)


Biaya Tetap (FC)  
  Penyusutan 30 paket 53.082 53.082
  Pemeliharaan    
  1 Pen culture 120 paket 500.000 60000000
  Tenaga Kerja    
  1 Manajer Produksi 12 bulan 2.000.000 24.000.000
  2 Administrasi dan Keuangan 12 bulan 1.500.000 18.000.000
12 bulan 1.200.000 (4 14.400.000
  3 Tenaga kerja
orang)
Total Biaya Tetap       116.453.082
Kebijakan Finansial
Analisis Finasial

Keuntungan Bersih hasil analisa 840.987.000


Total Biaya Hasil analisa 239.013.082
Harga Pokok Produksi (HPP) hasil analisa 331.962
Imbangan Penerimaan Biaya (R/C ration) hasil analisa 4,52
Break Even Point Produksi (BEP) (unit) hasil analisa 77,62
Break Even Point Harga (BEP) (Rp) hasil analisa 199.679.066
Jangka waktu pengembalian modal (PP) hasil analisa 0,55

Komponen Biaya Jumlah (Rp)


Total Biaya (TC) 239.013.082
Penerimaan (TR) 1.080.000.000
Keuntungan 840.987.000
R/C Ratio 4,52
Payback Periode 0,55
BEP (Rp) 199.679.066
BEP (Unit) 77,62
HPP 331,96
PP 0,55
NPV 1 28,56629606
NPV 2 6,24677227
IRR 7,863212281
B/C Ratio 7,037162928
ROI 2,354541649
PI 2,653073592
Kebijakan Finansial
Pelaporan Finansial

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pengembalian modal (PP) didapati 0,55
tahun berarti dalam waktu 6 bulan keuntungan sudah dapat diperoleh. Hal ini karena
semakin cepat pengembalian modal maka akan semakin baik. Sedangkan untuk tingkat
penjualannya sudah bisa mendapatkan keuntungan.

Dari hasil analisis BEP diperoleh sebesar 77,62 yang berarti usaha ini tidak rugi dan tidak
untung apabila didapatkan keuntungan sebesar nilai BEP dari penjualan tiap siklus. Adapun
nilai B/C Ratio lebih dari 1, hal tersebut menunjukkan bahwa budidaya teripang
menguntungkan. Kemudian nilai NPV yang lebih besar dari 0 menunjukkan bahwa usaha
ini sangat layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Kriteria lain yang menyatakan
bahwa usaha ini layak adalah nilai IRR yang lebih besar dengan nilai diskonto (discount
rate) yang telah ditentukan.
Kebijakan Finansial
Pelaporan Finansial-Pendekatan Asumsi

• Usaha dimulai dari pembesaran untuk jenis teripang pasir dan perhitungan dilakukan
satu siklus 6 bulan.
• Pemeliharaan dilakukan dengan 1 pen culture, dan akan dikembangkan dengan
penculture selanjutnya saat pendapatan telah berganda untuk biaya lahan
• Semua jenis pakan diperoleh dengan membeli dari penjual terdekat.
• Proses budidaya dilakukan dianggap normal dengan 1 tenaga kerja/pen culture
• Setelah panen, maka diharapkan akan didapati keuntungan sebanyak 4 kali dari
modal
• Agar lebih realistis maka semua harga input dan investasi diasumsikan naik sebesar
1% per tahun, kecuali upah tenaga kerja dan biaya listrik naik 2% pertahun.
• Volume produksi dan harga output diharapkan naik sebesar 1% pertahun. Umur
proyek 10 tahun. Tingkat diskonto rata-rata 17%, walaupun rata-rata ini cenderung
meningkat sekitar 1-2%. Ini adalah asumsi untuk mengantisipasi kenaikan suku
bunga SBI atau deposito jangka waktu 10 tahun ke depan.
Penutup
 Berdasarkan hasil analisis R/C, maka usaha pembesaran teripang pasir dengan
metode pen culture layak secara ekonomi (R/C = 4,52 > 1) nilai R/C rasio>1,
maka usaha pembesaran ini dikatakan menguntungkan sebab dari 1 satuan
biaya yang dikeluarkan dapat mendatangkan penerimaan sebesar 4,52 satuan.
 Dari hasil analisis usaha menunjukkan dalam 1 tahun dapat menghasilkan
keuntungan usaha sebesar Rp. 840.986.918/tahun, dengan lama pengembalian
modal/investasi (PP) 0,55 tahun, BEP(Rp) Rp. 199.679.066, BEP(unit) 77,62,
dengan total penerimaan sebesar Rp. 1.080.000.000. Sehingga usaha
pembesaran teripang ini layak untuk dikembangkan.
Terimakasih
BEP (RP)

BEP (UNIT)
R/C RATIO
PP (PAYBACK PERIOD)

HPP (HARGA POKOK PRODUKSI


LABA
NPV
BEP

Anda mungkin juga menyukai