Presentation by Grup 3
Salsa Putri Nabila (1910421006)
METODOLOGI
dilaksanakan secara online via zoom meeting pada tanggal 4
Oktober 2021 – 15 Oktober 2021 di sekitar tempat tinggal
masing-masing.
CARA KERJA
• Cara kerja pada praktikum ini langkah pertama adalah menggunakan metode focus group discussion (FGD) dengan
melakukan wawancara kepada masyarakat disekitar tempat tinggal mengenai kuliner khas Indonesia yang menjadi
kearifan lokal di daerah sekitarnya, dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti nama makanan atau minuman,
bahan dan cara pembuatan makanan dan minuman, nilai filosofis yang terkandung pada makanan dan minuman,
dan momen dalam pembuatan makanan dan minuman tersebut. Kemudian dilakukan diskusi dengan anggota
kelompok dan melakukan penilaian dengan memberi skor pada beberapa kategori yang sudah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya, jika sudah ditemukan skor tertinggi, maka diambil dua jenis makanan atau minuman yang
selanjutnya akan diangkat dan diperkenalkan dalam video singkat.
• Langkah kedua yaitu pengeditan video singkat yang kemudian hasilnya di upload di YouTube. Selanjutnya link
video singkat yang sudah di upload di Youtube disebarluaskan di media sosial masing-masing anggota kelompok
dengan tujuan untuk mendapatkan support dari penonton berupa like dan comment.
HASIL
Dari diskusi yang telah dilakukan diperoleh hasil makanan yang akan dinilai ada
sebanyak 12 makanan makanan. Masing-masing dari makanan tersebut diberi nilai
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu ada kelangkaan, nilai filosofis,
bahan, dan momen. Dari diskusi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
makanan yang memiliki nilai tertinggi adalah galamai dan ketan kawin, dimana
hasil ini dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Pada galamai kriteria
dengan nilai yang tinggi berada pada nilai filosofis yaitu dengan nilai 9, sedangkan
nilai terendah pada galamai diperoleh pada kriteria kelangkaan yaitu dengan nilai 5.
Dan total nilai yang diperoleh pada makanan galamai adalah 28,5. Pada ketan kawin
kriteria dengan nilai yang tinggi berada pada kriteria bahan yaitu dengan nilai 9,
sedangkan nilai terendah pada galamai diperoleh pada kriteria nilai filosofis yaitu
dengan nilai 7,5. Dan total nilai yang diperoleh pada makanan galamai adalah 32,5.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari media publikasi (YouTube)
didapatkan hasil bahwa yang menyukai video ada sebanyak 54 orang
dengan komentar 23 orang. Di Dalam video di jelaskan tentang 2 macam
makanan yang memiliki nilai tertinggi pada hasil diskusi yang telah
dilakukan yaitu galamai dan dan ketan kawin. Dari komentar yang telah
diberikan oleh penonton, rata-rata penonton memberikan komentar seperti
video sangat kreatif, menambah ilmu, dan sangat bermanfaat. Jadi, dengan
video yang telah dibuat memberikan pembelajaran yang menarik dan
bermanfaat kepada penonton yang akan memberikan ilmu terbaru
khususnya mengenai kearifan lokal dalam kuliner nusantara ini.
PEMBAHASA
N
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa galamai dan ketan kawin menjadi makanan
tradisional dengan nilai total tertinggi dilihat dari segi kelangkaan,
nilai filosofis, bahan, dan momennya. Galamai merupakan makanan
tradisional yang berasal dari Sumatera Barat. Menurut Fadillah et al.
(2012), galamai adalah sejenis makanan yang dikategorikan dalam
jenis makanan manis. Untuk membuat galamai yang bermutu tinggi
cukup sulit karena proses pembuatannya yang lama dan
membutuhkan keahlian. Bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat galamai terdiri dari santan kelapa, tepung ketan, gula pasir,
gula merah dan garam. Galamai biasanya menjadi pelengkap acara
baralek (pesta pernikahan) dan acara adat lainnya.
Ketan kawin merupakan makanan tradisional yang berasal dari Jambi. Bahan utama
pembuatan ketan kawin adalah beras ketan, santan dan kelapa parut yang digunakan
sebagai topping. Fisolofi dari ketan kawin ini adalah ketan menggambarkan pemersatu
yang sangat kuat, antara sang pengantin secara pribadi ataupun kekeluargaan. Rasa
manis dari topping menggambarkan kebahagiaan dalam membina rumah tangga. Saat
ini ketan kawin sangat sulit ditemui. Masing-masing wilayah maupun suku bangsa di
Indonesia memiliki makanan tradisional yang berpotensi untuk dijadikan daya tarik
daerahnya. Namun demikian tidak sedikit pula makanan tradisional yang sebenarnya
sangat berpotensi tersebut tidak terjaga kelestariannya dan bahkan mungkin sudah tidak
dikenali lagi oleh sebagian besar penduduknya (Harsana, 2005). Berdasarkan hasil dari
penyebaran video mengenai pengenalan makanan tradisional galamai dan ketan kawin
ini, diketahui bahwa penyebaran video dapat membantu masyarakat untuk mengetahui
lebih banyak informasi terkait makanan tradisional dan keunikannya sehingga dapat
dilestarikan.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa makanan khas
Indonesia dengan kearifan lokal yaitu ketan kawin dan galamai memiliki nilai
filosofis yang tinggi . Meskipun bahan dalam pembuatan makanan tersebut
cukup mudah ditemukan, namun kedua makanan tersebut hanya ditemukan
pada beberapa daerah dengan momen-momen tertentu. Berdasarkan reaksi
yang didapat dari video singkat, bahwa penonton sangat menyukai dan tertarik
terhadap video mengenai kaerifan lokal dalam kuliner khas Indonesia yakni
ketan kawin dan galamai. Dapat disimpulkan pula bahwa video ini menjadi
tontonan yang edukatif dan bermanfaat bagi orang banyak
Tabel
like & comment
Like Komentar
54 23
Presentations are communication tools
that can be used as lectures, speeches, reports, and
more. Most of the time,
they’re presented before an audience.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif Budi W. 2008, Apek Budaya pada Tradisi Kuliner Tradsional di Kota Malang sebagai Identitas
Budaya. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang. Malang
Guerrero, L., Claret, A., Verbeke, W., Enderli, G., Biemans, S.Z., Vanhonacker, F., Issanchou, S.,
Sajdakowska, M., Granli, B.S., Scalvedi, L., Contel, M., Hersleth, M. 2009. Perception of
Traditional Food Products in Six European Regions Using Free Word Association. Food
Quality and Preference, 21, 225-233.
Harsana, M. (2005). Makanan Tradisional Sebagai Daya Tarik Wisata. Prosiding, Seminar Nasional.
Yogyakarta: FT UNY.
Pieniak, Z., Verbeke, W., Vanhonacker, F., Guerrero, L., & Hersleth, M. 2009. Association between
Traditional Food Consumption and Motives for Food Choice in Six European Countries.
Appetite Journal, 53, 101- 108.
Sonny A Keraf. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Thank you!