Anda di halaman 1dari 23

MODUL

Pembiasaan Baik
di Keluarga

PELATIHAN CALON PELATIH (PCP)


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
MODUL
PEMBIASAAN BAIK DI KELUARGA

PELATIHAN CALON PELATIH


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2019
Modul ini merupakan acuan dalam pelaksanaan
Pelatihan Calon Pelatih (PCP)
Penyelenggaraan Pendidikan Keluarga.

Narasumber, fasilitator, dan penyelenggara


dapat mengembangkan sesuai dengan
kebutuhan di lapangan tanpa
mengurangi esensinya.

ii
SILABUS
MATERI PEMBIASAAN BAIK DI KELUARGA
PELATIHAN CALON PELATIH PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA

No Materi Tujuan Indikator Metode Alat/Bahan/Sumber Waktu


1. Pembiasaan Baik a. Memahami permasalahan 1) Menjelaskan permasalahan a. Curah Pendapat a. Presentasi unit: pembiasaan 2 JP
di Keluarga pengasuhan di keluarga pengasuhan di keluarga b. Diskusi kelompok baik di keluarga
2) Menjelaskan penyebab c. Tanya Jawab b. Daftar pertanyaan untuk
terjadinya permasalahan diskusi terkait dengan
pengasuhan di keluarga pembiasaan baik keluarga
c. Video pembiasaan baik
b. Memahami pembiasaan 1) Mengidentifikasi pembiasaan keluarga
baik di keluarga baik yang telah diterapkan di d. Satu set gambar indikator
lingkungan keluarga pembiasaan baik di keluarga
2) Menjelaskan pentingnya e. ATK: kertas plano, spidol,
pembiasaan baik di keluarga pena, post-it berwarna,
3) Menjelaskan pembiasaan baik kertas catatan, penempel
yang perlu diterapkan di kertas, lem, dan gunting
lingkungan keluarga sebagai
solusi isu aktual seputar anak
4) Mencontohkan pembiasaan
baik yang berdampak pada
anak

i
MODUL
PEMBIASAAN BAIK DI KELUARGA

A. PENDAHULUAN
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan kemitraan yang


kuat antara keluarga dan satuan pendidikan, juga dengan masyarakat. Dengan demikian,
unsur yang terdiri dari trisentra pendidikan (keluarga, satuan pendidikan, dan
masyarakat) bisa menjadi lingkungan pendidikan yang kondusif bagi ruang belajar anak.
Kemitraan antara satuan pendidikan dengan keluarga dan masyarakat dalam
membangun ekosistem pendidikan sejalan dengan visi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yaitu “Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan
yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong”. Oleh karena itu, kemitraan
antara trisentra pendidikan tersebut dapat berjalan dengan baik dan bermakna.

Keluarga sebagai unsur dalam ekosistem yang terdekat dengan anak mempunyai banyak
kesempatan berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak. Bentuk dan cara interaksi
dengan anak yang dilakukan dalam keluarga akan memengaruhi tumbuh kembang dan
karakter anak.

Karakter anak harus dibentuk di keluarga, kemudian diperhalus di satuan pendidikan


dan didukung oleh masyarakat. Proses penumbuhkembangan karakter anak tidak
mudah, banyak tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu, pelaku pendidikan harus
berperan aktif dan menjalin kemitraan dan membangun komunikasi yang efektif dengan
keluarga, khususnya orang tua.

B. TUJUAN
Tujuan dari materi ini adalah agar peserta mampu:
1. memahami permasalahan pengasuhan di keluarga; dan
2. memahami pembiasaan baik di keluarga.

C. HASIL YANG DIHARAPKAN


Hasil yang diharapkan dari materi ini adalah:
1. Adanya pemahaman peserta tentang permasalahan pengasuhan di keluarga.
2. Adanya pemahaman peserta tentang pembiasaan baik di keluarga.

1
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari materi ini adalah peserta memiliki pengetahuan tentang
permasalahan pengasuhan dan pembiasaan baik di keluarga.

E. DAMPAK
Dampak yang diharapkan dari materi ini adalah:
1. Orang tua memahami pembiasaan baik di keluarga.
2. Orang tua menerapkan pembiasaan baik di keluarga.
3. Anak memiliki karakter yang baik.

F. PEMBELAJARAN

Pertanyaan Kunci

Beberapa pertanyaan kunci yang perlu dijawab dari sesi ini antara lain:
1. Apa saja permasalahan pengasuhan yang dialami di keluarga?
2. Apa penyebab terjadinya permasalahan pengasuhan tersebut?
3. Apa pembiasaan baik yang telah diterapkan di keluarga Anda?
4. Bagaimana cara menerapkan pembiasaan baik di keluarga?
5. Apa peran orang tua dalam penerapan pembiasaan baik di keluarga?

Petunjuk Umum

Fasilitator berperan memfasilitasi proses pembelajaran peserta agar pelaksanaan sesi ini
dapat berjalan dengan baik. Berikut beberapa petunjuk umum.
1. Fasilitator berperan aktif untuk menciptakan suasana belajar yang aktif partisipatif.
2. Fasilitator bekerja sama dengan kofasilitator dalam proses belajar peserta.
3. Fasilitator mengatur peserta duduk dalam kelompok-kelompok, disarankan
menggunakan format melingkar.
4. Fasilitator wajib membaca buku atau sumber lain yang relevan mengenai materi
Pembiasaan Baik di Keluarga.
5. Fasilitator menyiapkan bahan presentasi sesuai dengan sesi.
6. Fasilitator menyiapkan sumber dan bahan-bahan yang diperlukan dalam sesi.
7. Fasilitator memberikan paparan tentang kelas orang tua.
8. Fasilitator membuka sesi tanya jawab.
9. Fasilitator melakukan refleksi dan penguatan di setiap akhir sesi.

2
Sumber dan Bahan

Sumber dan bahan yang dipergunakan pada sesi ini adalah:


1. presentasi unit: Pembiasaan Baik di Keluarga;
2. daftar pertanyaan untuk diskusi terkait dengan pembiasaan baik keluarga;
3. video pembiasaan baik di keluarga;
4. satu set gambar indikator pembiasaan baik di keluarga;
5. ATK: kertas plano, spidol, pena, post-it berwarna, kertas catatan, penempel kertas,
lem, dan gunting.

Waktu

Waktu yang disediakan untuk kegiatan ini adalah 120 menit. Rincian alokasi waktu
dapat dilihat pada tiap tahapan pelaksanaan sesi.

Metode

Metode yang digunakan pada sesi ini adalah:


1. curah pendapat;
2. diskusi kelompok; dan
3. tanya jawab.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Penggunaan TIK untuk mendukung sesi ini antara lain adalah:


1. proyektor LCD;
2. laptop atau personal computer untuk presentasi; dan
3. layar proyektor LCD.

3
Ringkasan Sesi

Pengantar Kegiatan Inti Refleksi Penguatan


5 Menit 110 Menit 3 Menit 2 Menit

Langkah-langkah Kegiatan

No Kegiatan Waktu
PENGANTAR 5 menit
1. Fasilitator mengucapkan salam dan melakukan penyegaran (energizer); 3 menit
2. Fasilitator menyampaikan latar belakang, tujuan, dan hasil yang diharapkan
2 menit
dari kegiatan sesi ini.
110
KEGIATAN INTI
menit
Kegiatan 1: 20
Curah Pendapat tentang Permasalahan Pengasuhan Seputar menit
Anak
1. Fasilitator membagi peserta ke dalam empat kelompok, menyesuaikan 1 menit
dengan jumlah peserta keseluruhan. Fasilitator memastikan kelompok
yang terbentuk memiliki jumlah yang seimbang dengan kelompok yang
lain. Fasilitator memastikan anggota kelompok duduk membentuk
lingkaran kecil agar lebih mudah berdiskusi.
2. Kofasilitator membagikan kertas post it dan kertas plano kepada seluruh 1 menit
peserta. Kofasilitator memastikan dan membantu seluruh peserta untuk
menempelkan kertas plano di dinding dekat posisi masing-masing
kelompok duduk.
3. Fasilitator melemparkan pertanyaan kunci kepada seluruh peserta tentang 1 menit
permasalahan pengasuhan di keluarga.
4. Fasilitator meminta seluruh peserta menuliskan permasalahan pengasuhan 1 menit
di keluarga pada kertas post it. Fasilitator memastikan peserta menuliskan
satu masalah di satu kertas post it. Fasilitator menstimulasi agar peserta

4
No Kegiatan Waktu
menuliskan sebanyak-banyaknya.
5. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk menempelkan kertas post it 1 menit
yang telah diisi di kertas plano yang telah disediakan. Fasilitator meminta
tiap-tiap kelompok untuk mengategorikan hasil tulisan anggota
kelompoknya dalam kelompok permasalahan yang seragam.
6. Fasilitator meminta perwakilan dari tiap kelompok untuk memaparkan 5 menit
hasil kerja kelompoknya.
7. Fasilitator memimpin sesi diskusi terkait dengan permasalahan 5 menit
pengasuhan di keluarga.
8. Fasilitator menggiring kesimpulan peserta bahwa peran orang tua dan 5 menit
pembiasaan yang dilakukan di keluarga merupakan salah satu faktor
terpenting penyebab permasalahan pengasuhan di keluarga.
Kegiatan 2: 15
Identifikasi Pembiasaan Baik yang telah Dilakukan oleh Peserta menit
1. Fasilitator meminta seluruh peserta menuliskan pembiasaan baik yang 1 menit
sudah dilakukan di keluarga. Fasilitator memastikan peserta menuliskan
satu pembiasaan di selembar kertas post it. Fasilitator menstimulasi
peserta agar menuliskannya sebanyak-banyaknya.
2. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk menempelkan kertas post it 1 menit
yang telah diisi di kertas plano yang telah disediakan. Fasilitator meminta
seluruh kelompok untuk mengategorikan pembiasaan tersebut.
3. Fasilitator memilih satu pembiasaan baik yang paling menarik dari tiap 8 menit
kelompok untuk didiskusikan secara klasikal (dipandu oleh fasilitator).
4. Fasilitator menyimpulkan pembiasaan baik yang telah muncul dari seluruh 5 menit
peserta. Fasilitator meminta peserta untuk mencari korelasi dari
pembiasaan baik yang diterapkan di keluarga dengan kondisi perilaku
anak-anak mereka sekarang.
Kegiatan 3: Evaluasi Diri Keluarga terhadap 19 Indikator 75
Pembiasaan Baik Keluarga menit
1. Fasilitator memberikan penjelasan bahwa Direktorat Pembinaan 1 menit
Pendidikan Keluarga telah merumuskan 19 Indikator Pembiasaan Baik di
Keluarga yang diyakini dapat memberikan dampak positif terhadap
tumbuh kembang anak apabila diterapkan dengan baik.
2. Kofasilitator membagikan kertas plano dan kartu indikator pembiasaan 1 menit
baik ke masing-masing kelompok.
3. Kofasilitator membantu peserta menyiapkan kartu indikator pembiasaan 1 menit
baik untuk ditempelkan di kertas plano yang telah disediakan.
4. Fasilitator meminta seluruh peserta untuk melakukan evaluasi diri 15 menit
terhadap 19 indikator pembiasaan baik di keluarga dengan menuliskan
Belum (B), Kadang-kadang (K), Sering (S), dan Rutin (R).
5. Fasilitator dibantu kofasilitator berkeliling ke masing-masing kelompok 7 menit

5
No Kegiatan Waktu
untuk melakukan diskusi.
6. Fasilitator menggali hasil evaluasi diri tiap-tiap kelompok dengan cara 10 menit
memilih peserta dengan tingkat pembiasaan tertinggi dan terendah.
7. a. Fasilitator membandingkan hasil evaluasi diri antara kelompok satu 15 menit
dengan yang lain.
b. Fasilitator melakukan pembandingan di beberapa kelompok. Misalnya,
ada kelompok yang telah melakukan satu indikator pembiasaan baik
keluarga dengan rutin dan di satu kelompok belum melakukan
pembiasaan baik tersebut.
c. Fasilitator menggali kiat-kiat kelompok yang telah melakukan
pembiasaan baik keluarga dan menggali kendala-kendala apa saja yang
ditemui oleh kelompok yang belum melakukan pembiasaan baik.
Fasilitator memimpin diskusi lanjutan.
8. Fasilitator menayangkan video pembiasaan baik di keluarga dan 20 menit
memberikan paparan tentang pembiasaan baik di keluarga
9. Fasilitator membuka sesi tanya jawab. 5 menit
REFLEKSI 3 menit
1. a. Fasilitator memberikan pertanyaan tentang:
1) pemahaman peserta mengenai pembiasaan baik di keluarga.
2) apakah pembiasaan baik di keluarga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari?
b. Fasilitator meminta peserta menuliskan rencana aksi terkait
pembiasaan baik di keluarga dalam buku tindak lanjut.
PENGUATAN 2 menit
1. Fasilitator memberikan penguatan materi pembiasaan baik di keluarga. 1 menit
2. Fasilitator mendorong peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan lainnya 1 menit
dengan memperkenalkan laman, Youtube, Facebook, Twitter, dan
Instagram Sahabat Keluarga.

6
RINGKASAN MATERI
PEMBIASAAN BAIK DI KELUARGA

A. PENDAHULUAN
Pada tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan memiliki bonus demografi, yaitu
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk
usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Banyaknya tenaga
kerja usia produktif tersebut akan menjadi suatu keuntungan bagi pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi Negara.

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini Indonesia dihadapkan pada beberapa
tantangan, diantaranya adalah penggunaan media digital dan internet. Hasil survey
yang dilakukan oleh teknopreneur pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 54,68%
pendduduk Indonesia merupakan pengguna internet aktif. 75,5% pengguna
internet adalah anak-anak usia 13-18 tahun. Hasil skrining yang dilakukan oleh
Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemdikbud tentang tingkat adiksi pornografi
siswa SMP dan SMA tahun 2017 menunjukkan bahwa 95.1% anak-anak telah
terpapar pornografi, 4.8% mengalami adiksi, dan 0.1% mengalami adiksi berat.

Selain itu, anak-anak dihadapkan pada fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya,


seperti penyalahgunaan narkoba, pornografi, kekerasan, dan lain-lain. Hasil survey
kesehatan berbasis sekolah pada anak SMP dan SMA 2015 yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan menujukkan bahwa terdapat 11,6% anak usia sekolah
yang saat ini merokok, 4,4% pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, dan
1,7% pernah mengkonsumsi narkoba. 20.6% anak pernah dibully dam 5,2%
memiliki keinginan bunuh diri.

Keluarga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat memiliki 8 (delapan) fungsi
yang harus dijalankan agar menjadi tempat bernaung yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi seluruh anggotanya. Kedelapan fungsi tersebut adalah fungsi
agama, sosial, cinta kasih, perlindungan, ekonomi, pendidikan, pelestarian
lingkungan, dan reproduksi.

Pelaksanaan fungsi keluarga menjadi upaya optimalisasi tumbuh kembang dan


pembentukan karakter anak sehingga dapat menjadi insan-insan pembangunan
yang berkualitas. Namun demikian, dalam menjalankan fungsinya, keluarga dalam
hal ini orang tua sering merasa tidak memiliki panduan. Hal ini dapat dimaklumi
mengingat untuk menjadi orang tua, relatif tidak ada persiapan khusus yang
dilakukan.

7
Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan keluarga, salah
satunya adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia melalui Pelatihan
Calon Pelatih. Salah satu materi yang diberikan adalah pembiasaan baik di
keluarga.

Materi pembiasaan baik di keluarga mencakup permasalahan pengasuhan dan


pembiasaan baik di keluarga. Hal itu agar peserta memahami tentang
permasalahan pengasuhan yang dihadapinya dan pembiasaan baik yang perlu
dilakukan di keluarga.

Indikator adalah agar peserta mampu menjelaskan permasalahan pengasuhan di


keluarga; menjelaskan penyebab terjadinya permasalahan pengasuhan di keluarga;
mengidentifikasi pembiasaan baik yang telah diterapkan di lingkungan keluarga;
menjelaskan pentingnya pembiasaan baik di keluarga; menjelaskan pembiasaan
baik yang perlu diterapkan di lingkungan keluarga sebagai solusi isu aktual seputar
anak; dan mencontohkan pembiasaan baik yang berdampak pada anak.

B. ISI MATERI

Pada tahun 2030-2040, Indonesia diprediksi akan memiliki bonus demografi, yaitu
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk
usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Banyaknya tenaga
kerja usia produktif tersebut akan menjadi suatu keuntungan bagi pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi Negara.

Bonus demorafi tersebut akan menjadi keuntungan bagi Negara Indonesia jika
anak-anak tersebut dipersiapkan secara matang sejak usia dini. Anak-anak perlu
dibekali kompetensi berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi.
Mereka juga perlu memiliki literasi dasar sebagai kecakapan hidup, yaitu literasi
baca tulis, numerasi, sains, finansial, digital, serta budaya dan kewargaan.

Selain itu, anak-anak juga perlu diberikan fondasi yang kuat agar tidak terpengaruh
oleh ancaman-ancaman yang ada di sekitarnya. Fondasi tersebut diberikan dengan
cara menanamkan 18 karakter sejak anak usia dini. Kedelapan belas karakter
tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab.

Pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merangkum 18


karakter menjadi lima nilai utama karakter prioritas penguatan pendidikan
karakter, yaitu (1) religius, mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang

8
Maha Esa; (2) mandiri, tidak bergsntung pada orang lain dan mempergunakan
tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita; (3)
gotong-royong, mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama; (4) integritas, upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan; dan (5) nasionalis, menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Keluarga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat memiliki 8 (delapan) fungsi
yang harus dijalankan agar menjadi tempat bernaung yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi seluruh anggotanya. Kedelapan fungsi tersebut adalah fungsi
agama, sosial, cinta kasih, perlindungan, ekonomi, pendidikan, pelestarian
lingkungan, dan reproduksi. Pelaksanaan fungsi keluarga menjadi upaya
optimalisasi tumbuh kembang dan pembentukan karakter anak sehingga dapat
menjadi insan-insan pembangunan yang berkualitas.

Keluarga sebagai lingkungan terdekat dengan anak memiliki fungsi pendidikan.


Keluarga merupakan pendidik bagi anak. Tujuan pendidikan seperti tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan tersebut erat kaitannya dengan tumbuh kembang anak
dan diharapkan dapat menjadi pondasi yang dimiliki oleh setiap keluarga dalam
menjalankan fungsi pendidikan karena ada hal yang akan dituju dan disadari ketika
melakukan pengasuhan anak. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, keluarga perlu
merancang strategi dalam pengasuhan anak.

Salah satu yang dapat dilakukan di keluarga dalam mendukung tumbuh kembang
anak adalah dengan pembiasaan baik. Pembiasaan baik adalah kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang, teratur, dan menyenangkan dengan penuh kesabaran
serta kesungguhan untuk menumbuhkan karakter baik pada anak agar berguna di
kemudian hari.

Pembiasaan baik di keluarga dilakukan agar anak tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang baik dan menyenangkan, tangguh dan dapat diandalkan, serta mudah
bergaul dan dapat diterima oleh lingkungan masyarakat.

Contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan di keluarga adalah sebagai berikut:
1. Beribadah sesuai agamanya
Contoh: beribadah bersama/sholat berjamaah; berdoa setiap akan dan
sesudah melakukan suatu kegiatan.

10

9
2. Membiasakan anak sarapan
Contoh: Menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang yang beragam;
menyajikan makanan secara menarik; menyediakan waktu yang
cukup; sarapan bersama.
3. Berpamitan sebelum bepergian
Contoh: Meminta izin ketika akan bepergian; mengucapkan salam; mencium
tangan orang tua.
4. Menjemput/menyambut saat anak pulang sekolah
Contoh: Menjemput/menyambut dengan wajah yang ceria sambil memeluk
dan membelai anak; mengucapkan salam; menanyakan perasaan
anak.
5. Membiasakan perilaku sopan santun
Contoh: Membiasakan mengucapkan “tolong” ketika meminta bantuan,
“maaf” ketika melakukan kesalahan, dan “terima kasih” ketika
mendapatkan sesuatu dari orang lain
6. Membiasakan hidup bersih dan sehat
Contoh: Makan makanan sehat dan bergizi seimbang; tidak membiasakan
jajan sembarangan; menggosok gigi 2 kali sehari (pagi dan sebelum
tidur).
7. Mendampingi kegiatan belajar
Contoh: Menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak sesuai dengan
kemampuan, misalnya buku pelajaran, meja untuk belajar, ada
pencahayaan/penerangan; dan membuat suasana yang tenang,
nyaman, dan menyenangkan untuk belajar, misal tidak membuat
suara yang gaduh.
8. Mendampingi anak saat menonton TV
Contoh: Membuat kesepakatan waktu dan acara yang boleh ditonton anak;
mengajak anak mendiskusikan apa yang ditonton; menjawab
pertanyaan anak sesuai dengan usianya.
9. Bermain bersama anak
Contoh: Menemani dan bermain bersama anak; memanfaatkan benda-benda
yang ada di sekitar untuk menjadi alat permainan yang menarik dan
mengandung unsur edukatif; mengajarkan anak untuk mengikuti
aturan permainan sejak anak usia dini, misalnya antre atau
bergiliran.
10. Membiasakan hidup hemat
Contoh: Mencohtohkan dan mengajarkan anak untuk memilih antara
kebutuhan dan keinginan.
11. Menumbuhkan kebiasaan membaca dan berdiskusi
Contoh: Membacakan buku atau mendongeng; mengajak anak ke
perpustakaan atau toko buku.

11

10
12. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebangsaan
Contoh: Mengajak anak ke museum; mengajak anak menikmati keindahan
Indonesia; memperkenalkan budaya, tradisi, dan makanan khas
daerah-daerah yang ada di Indonesia.
13. Menaati aturan yang disepakati bersama
Contoh: Membuat kesepakatan bersama seluruh anggota keluarga yang
ditulis dan ditempel di tempat yang mudah dilihat; konsisten
menjalankan kesepakatan tersebut.
14. Membiasakan anak untuk mandiri dan bertanggung jawab
Contoh: Mengajarkan anak menyiapkan peralatannya sendiri; membagi tugas
rumah tangga yang sesuai dengan usia dan tumbuh kembang anak,
seperti menyapu, mengepel, atau mencuci.
15. Mendukung minat dan bakat anak
Contoh: Mendukung anak untuk mengembangkan minat dan bakatnya;
membantu anak untuk memilih kegiatan di luar sekolah sesuai
dengan minat dan bakatnya.
16. Memunculkan kepemimpinan pada anak
Contoh: Meminta anak untuk memimpin doa sebelum atau sesudah
melakukan kegiatan bersama sejak anak usia dini; meminta anak
remaja untuk mewakili orang tua untuk terlibat dalam kegiatan
sosial di masyarakat.
17. Menjalin komunikasi
Contoh: Memberi kesempatan pada anak agar bicara lebih banyak; berbicara
dengan jelas dan singkat agar anak mengerti; merefleksikan/
memantulkan perasaan dan arti yang disampaikan; memperhatikan
bahasa tubuh anak.
18. Menjadi pendengar yang baik
Contoh: Melakukan kontak mata; tidak memotong pembicaraan anak;
memberikan ekspresi yang sesuai dengan cerita anak, seperti
mengangguk, tersenyum; memberikan gumaman, seperti "oh",
"hmm", "oh ya", "oh begitu".
19. Memberikan rasa aman dan nyaman
Contoh: Menunjukkan kasih sayang dengan cara membelai, memeluk, dan
mencium; berbicara dengan bahasa yang baik dan lembut;
menghindari kata-kata yang menghina, mengejek, memojokkan,
membandingkan, menyalahkan, menyindir.

Cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menumbuhkan pembiasaan baik
pada anak, antara lain:
1. Contohkan
Orang tua menjadi teladan bagi anak dengan mencontohkan dan melakukan
pembiasaan-pembiasaan baik di keluarga tersebut.

12

11
2. Biasakan
Orang tua mencohtohkan dan membiasakan perilaku-perilaku tersebut secara
rutin dan menyenangkan sesuai dengan usia anak.
3. Ajarkan
Orang tua menjelaskan perilaku yang harus dibiasakan dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
4. Berikan pujian dan penghargaan atas usaha yang dilakukan anak.

C. PENUTUP
Pembiasaan baik adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, teratur, dan
menyenangkan dengan penuh kesabaran serta kesungguhan untuk menumbuhkan
karakter baik pada anak agar berguna di kemudian hari. Pembiasaan baik di
keluarga dilakukan agar anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik
dan menyenangkan, tangguh dan dapat diandalkan, serta mudah bergaul dan dapat
diterima oleh lingkungan masyarakat.

D. REFERENSI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Menjadi Orang Tua Hebat.


Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. Seri Pendidikan Orang Tua:


Pembiasaan Baik di Keluarga. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2015 (Bappenas, BPS, UNFPA 2013) dan


United Nations (2013)

www.teknopreneur.com: hasil survey 2017, penetrasi pengguna internet.

13

12
PAPARAN
PEMBIASAAN BAIK DI KELUARGA

14

13
15

14
16

15
17

16.
16
18

17

Anda mungkin juga menyukai