Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PELAKSANAAN

PROYEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA


SMP N 2 BAMBANGLIPURO
TEMA : BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 (KELAS 7B)

1. Abidah Nurul Apriliyani (01)


2. Arga Rahmadani (06)
3. Gumita Kistia Nengrum (14)
4. Lukman Ahmad Dzaki T. (18)
5. Rahma Putri Wicaksono (22)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nya
kami bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu. Semua itu hanya karena
berkat serta tuntunan Tuhan dalam kehidupan kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
proyek yang berjudul “TATA CARA UPACARA” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan laporan ini, baik itu teman-teman, guru dan semua yang telah membantu yang
tidak bisa kami sebut satu persatu.
Besar harapan kami bahwa laporan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa laporan yang kami susun ini belum sempurna untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk pembuatan laporan
selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan proyek ini dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….……………………………………………………………………….i


KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….…ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….iii
BAB I
A. Latar Belakang ………………..…………………………………………………………4
B. Tujuan ………………..………………………………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Upacara Bendera ………………………………………………………..……6
B. Bagaimana Upacara Bendera Bisa Meningkatkan Jiwa dan Raga …………………….…6
C. Komponen Petugas Upacara Bendera dan Langkah-langkah Melakukan Tugasnya ……
1. Pengibaran bendera ………………………………………………………..………...
2. Pemimpin upacara ………………………………………………………..………….
3. Pemimpin barisan/komandan pleton ………………………………………………
4. Pembawa acara/tata upacara/protocol………………………………………………
5. Pembawa/pembaca pembukaan teks UUD 1945…………………………………
6. Dirigen………………………………………………………..……
7. Paduan suara………………………………………………………..……
8. Pembaca doa………………………………………………………..……
9. Pembaca janji siswa………………………………………………………..……
10. Pembawa naskah Pancasila/ajudan…………………………………………………
11. Penjemput Pembina/pengatur
upacara………………………………………………………..……

BAB III KESIMPULAN/PENUTUP

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum merdeka belajar ialah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang


beragam. Kurikulum merdeka menggunakan panduan pembelajaran intrakurikuler (70-80% dari
jp) dan kokurikuler (20-30% jp) melalui proyek penguatan profil pelajar pancasila. Dengan
kurikulum merdeka, proses pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. Guru bisa lebih leluasa
memilih metode dan perangkat ajar. Pembelajaran berbasis proyek adalah metoda pembelajaran
yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pada semester 2 ini, SMP 2 Bambanglipuro
mengambil tema "Bangunlah Jiwa dan Raganya".

Tema bangunlah jiwa dan raganya adalah tema dimana peserta didik membangun
kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun
orang sekitarnya. Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah
terkait kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan (bullying), serta berupaya mencari jalan
keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi.

SMP 2 Bambanglipuro sub tema pertama yang diambil dari tema bangunlah jiwa dan
raganya, yaitu upacara bendera. Upacara bendera sendiri adalah sebutan untuk upacara
pengibaran bendera yang dilaksanakan di Indonesia.

4
BAB II
TUJUAN

Tujuan proyek “bangunlah jiwa dan raga”


1. Dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan mengenai tata cara upacara
bendera.
2. Dengan adanya proyek ini, maka siswa itu sendiri mendapatkan tambahan informasi dan
ilmu mengenai tata cara upacara. Ini bertujuan supaya siswa siap ketika dirinya ditunjuk
untuk menjadi petugas upacara dikelak hari nanti.
3. Memperkuat rasa cinta siswa kepada bangsa Indonesia.
4. Apabila dari usia dini siswa diajarkan untuk berlatih menjadi petugas upacara, maka
diusia mendatang siswa akan memiliki rasa cinta yang besar terhadap negaranya. Karena
ketika seorang siswa telah mengenal budaya bangsanya, mereka diharapkan dapat
menghadapi benturan konflik sosial sejak sedini mungkin.
5. Memperkuat kesehatan jasmani dan rohani.
6. Tujuan yang ketiga yaitu memperkuat kesehatan jasmani dan rohani. Di proyek kali yaitu
“bangunlah jiwa dan raga” siswa diajarkan untuk menjadi petugas upacara. Dengan
demikian pula kesehatan jasmani dan rohani siswa mulai terbentuk. Karena dalam
kegiatan menjadi petugas upacara ada bagian dimana siswa harus membutuhkan kekuatan
fisik dan mental.
7. Meningkatkan kekompakan dan kebersamaan.
8. Seperti yang kami bicarakan sebelumnya, bahwa di tema proyek kali ini kita mempelajari
menjadi petugas upacara. Kekompakan dan kebersamaan terjadi ketika kami belajar
menjadi petugas upacara, menyusun laporan, dan lain sebagainya. Apabila dikegiatan
proyek semester ini tidak ada kekompakan maka kegiatan-kegiatan diatas sulit terlaksana
dengan baik.
9. Dapat menanamkan rasa disiplin.

5
10. Seperti yang kami singgung sebelumnya, bahwa kegiatan seperti menjadi petugas
upacara bendera pasti dapat menanamkan rasa disiplin.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Upacara Bendera

Upacara bendera hari senin merupakan upacara rutin yang dilakukan pada hari Senin,
untuk menghormati para pahlawan yang telah gugur. Menurut kamus besar bahas
Indonesia upacara adalah tanda-tanda kebesaran seperti payung kerajaan. Upacara juga
merupakan rangkaian tindakan yang direncanakan dengan tatanan, aturan, tanda, atau
simbol kebesaran tertentu.

Pelaksanaan upacara menggunakan cara-cara yang ekspresif dari hubungan sosial


terkait dengan suatu tujuan atau peristiwa yang penting. Upacara biasanya dilakukan untuk
memperingati suatu acara yang sangat sakral atau sangat penting.
Pelaksanaan upacara menggunakan cara yang ekspresif dari hubungan sosial terkait dengan
tujuan yang dicapai. Sebagai pemuda yang menjadi penerus bangsa kita harus hikmad dalam
melakukan upacara bendera karena hal tersebut adalah untuk menghormati jasa para
pejuang.

B. Bagaimana Upacara Bendera Bisa Meningkatkan Jiwa dan Raga

Upacara bendera dapat meningkatkan jiwa dan raga karena dapat menumbuhkan rasa
nasionalisme anak bangsa. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa indonesia yang harus
melekat selama negara ini masih berdiri. Upacara yang dilaksanakan ini tentu saja
merupakan kegiatan yang bermanfaat. Mengikuti upacara bendera dapat memberi manfaat
yang baik dalam membentuk karakter seseorang. Kegiatan ini bisa menumbuhkan jiwa

6
kepemimpinan para siswa dan rasa tanggung jawab bersama. Selain itu, masih banyak
manfaat upacara bendera yang bisa didapatkan.

C. Komponen Petugas Upacara Bendera dan Langkah-langkah Melakukan Tugasnya

1. Pengibaran bendera

a. Pengertian:
Pengibaran bendera adalah bendera Negara dinaikkan atau diturunkan pada tiang
secara perlahan-lahan, dengan khidmat dan tidak menyentuh tanah. Bendera
Negara yang dikibarkan setengah tiang, dinaikkan hingga ke ujung tiang,
dihentikan sebentar, dan diturunkan tepat setengah tiang.
a) Yang terlibat langsung dalam pengibaran terdiri dari tiga orang , yaitu
b) Pengerek ( sebelah kiri pasukan )
c) Pembawa Bendera ( ditengah )
d) Pembentang Bendera ( sebelah kanan pasukan )

b. Langkah-langkah

7
1) Pengerek dan pembentang bendera memegang tali bersama – sama, bukan
memegang tiangnya, punggung tangan yang memegang tali menghadap ke
depan.
2) Kemudian pengerek bendera mulai membuka tali pada tiang, perhatikan cara
membuka talinya.
3) Pengerek melihat keatas untuk menchek apakah talinya sudah benar ataukah
terbelit.
4) Setelah posisi tali benar berikan / serahkan salah satu tali pada pembentang
bendera.
5) Pengerek melakukan tindakan penyelamatan gaya tindakan penyelamatan ini
bebas, yang penting adalah tali tersebut tidak terlepas dari tangan pengerek.
6) Selanjutnya pengerek bendera memasang catok pada bendera, catok yang
sebelah atas ke bagian warna merah dan catok yang satu lagi ke bendera
warna putih.
7) Kemudian pembentang menyerahkan tali yang dipegangnya ke pengerek.
8) Langkah selanjutnya adalah pembentangan
9) Pembentang mundur 3 langkah ke belakang, setelah tiga langkah ke belakang
baru bendera dibentangkan.Bersamaan dengan mundurnya pembentang,
pengerek menarik tiga kali ( kondisikan )Selanjutnya pembentang menolehkan
kepala ke arah Pemimpin Upacara dan memberikan isyarat dengan lantang
dan keras “ Bendera Siap “. Pemimpin Upacara memberi aba – aba
penghormatan pada bendera merah putih.)
10) Tindakan selanjutnya adalah pengerekan bendera
11) (Pembentang maju kedepan dengan langkah yang tegap dan tangan yang
masih membentangkan bendera, langkahnya tidak kaku, tidak santai, tidak
asal – asalan, setelah sampai didepan tiang lemparkan ujung bendera berwarna
putih ke arah belakang pembentang yang sesuai dengan arah angin.Bendera
dikerek seirama dengan lagu Indonesia Raya, posisi telapak tangan pengerek,
pengulur, dan pembentang menggenggam. Keadaan tangan Pengerek dan
pembentang pada saat pengerekan terlihat seperti cermin. Bendera harus
sudah sampai dipuncak tiang pada kata “ Hiduplah ……” bait terakhir dari

8
Lagu Indonesia Raya. Ketika aba – aba “ TEGAK = GERAK “ dari Pemimpin
Upacara, maka Pengerek dan Pembentang langsung mendekatkan tangan pada
tiang, dan tali dari Pembentang langsung diambil oleh pengerek.)
12) Langkah yang terakhir adalah pengikatan tali pada tiang.
13) (Pengikatan tali ini dilakukan oleh Pengerek Yang harus diperhatikan dalam
pengikatan tali ini adalah posisi bendera yang telah berada diatas tidak boleh
turun kembali, sehingga bagian tali yang berada di tangan pengerek harus
diikatkan terlebih dahulu dengan kuat, kemudian kedua tali diikatkan sampai
tali tersebut habis.)

Tahap Penurunan Bendera

1) Memegang tali
2) Membuka tali
3) Penggerek melihat keatas
4) Serahkan tali dari pengerek ke pembentang (Pembentang memberikan isyarat
dengan lantang dan keras “Bendera Siap”)
5) Penurunan Bendera (Pembentang menarik tali dan pengerek mengulur dengan
sedikit menahannya agar tidak terlalu cepat turun ke bawah)
6) Serahkan tali dari pembentang ke orang yuang ditengah. (Pembentang
mengambil ujung bendera, dan mulai mundur sampai bendera terbentang.)
7) Membentangkan bdenra sampai aba – aba dari Pemimpin Upacara “ TEGAK
=GERAK “. Pembentang dan Pembawa bendera melipat bendera menjadi dua
bagian dengan warna putih menghadap ke arah pasukan.
8) Pembawa Bendera melakukkn tindakan penyelamatan pada tali.
9) Pembawa Bendera ( satu orang ditengah ) membuka catok tali dan bendera.
10) Serahkan tali tersebut kepada pengerek untuk diikat (Ketika pengerek
mengikat tali pada tiang, pembawa bendera dan pembentang melakukan
pelipatan bendera.Pelipatan bendera ini bebas, asalkan rapih dan cepat

2. Pemimpin Upacara

9
a. Pengertian :
Pemimpin Upacara adalah peserta didik yang dipilih untuk memimpin jalannya
Upacara di sekolah.

b. Langkah-langkah
1) pemimpin barisan untuk kembali ke tempatnya masing-masing. ["Kepada masing-
masing pemimpin barisan harap kembali ke tempatnya masing-masing,
kerjakan!"]
2) Mempersiapkan seluruh perserta upacara [“Kepada seluruh peserta upacara, siap
grak!”].
3) Memimpin seluruh perserta upacara untuk memberi hormat kepada pembina
upacara dan memberi perintah untuk tegak kembali [“Kepada pembina upacara,
hormat grak! | Tegak grak!”]
4) Melaporkan Mempersilahkan bahwa upacara bendera telah siap dilaksanakan
pada pembina upacara [“Lapor, upacara hari Senin tanggal … siap dilaksanakan. |
Siap laksanakan.”]
5) Memimpin seluruh peserta upacara untuk memberi hormat pada bendera merah
putih dan memberi perintah untuk tegak kembali setelah bendera merah putih
selesai dikibarkan. ["Kepada sang saka merah putih, hormat grak! | Tegak grak!"]
6) Memimpin seluruh peserta upacara untuk istirahat di tempat ketika pembina
upacara memberikan arahan serta nasehat, lalu memberi perintah untuk tegak
kembali. [“Kepada seluruh peserta upacara, istirahat di tempat grak! | Tegak
grak!”]

10
7) Memimpin seluruh perserta upacara untuk memberi hormat kepada pembina
upacara dan memberi perintah untuk tegak kembali.
8) [“Kepada pembina upacara, hormat grak! | Tegak grak!”]
9) Membubarkan seluruh peserta upacara.
10) [“Tanpa penghormatan umum, bubar barisan, jalan!”

3. Pemimpin barisan/komandan pleton

a. Pengertian:

Danton merupakan akronim berbahasa Indonesia dari Komandan Peleton, yang


berarti seseorang dengan tugas memimpin barisan dalam sebuah upacara.

 Tugas Pemimpin Pleton:


a) Pemimpin barisan > Memimpin masing-masing barisan. Pengibar bendera >
Mengibarkan bendera merah putih. Pembina upacara > Memberi nasehat dan
arahan kepada peserta upacara.
b) Pemimpin barisan menyiapkan barisan.
c) Pemimpin upacara memasuki lapangan upacara.
d) Penghormatan kepada pemimpin upacara.
e) Laporan pemimpin barisan pada pemimpin upacara.
f) Pemimpin barisan kembali ke tempat.
g) Barisan di istirahatkan.
h) Pembina memasuki lapangan upacara.

11
i) Penghormatan kepada pembina upacara.
j) Laporan pemimpin upacara kepada pembina upacara.
k) Pengibaran bendera merah putih.
l) Mengheningkan cipta.
m) Pembacaan Undang-undang dasar.
n) Pembacaan pancasila.
o) Barisan diistirahatkan.
p) Amanat pembina upacara.
q) Laporan pemimpin upacara.
r) Penghormatan kepada pembina upacara.
s) Pembina upacara meninggalkan tempat upacara.
t) Barisan dibubarkan.
u) Pemimpin upacara kembali ke tempat.

b. Langkah langkah
1) Lencang depan, luruskan barisan
2) Masing-masing pemimpin barisan maju satu langkah, menggunakan kaki kiri
3) Serong kiri, lalu menuju ke barisan masing-masing, setelah sampai ke barisan,
serong kiri menghadap Barisan
4) Siapkan barisan masing-masing: “SIAP GRAK→ LENCANGDEPAN
GRAK→ TEGAK GRAK→ ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK”
5) Setelah selesai menyiapkan, balik kanan lalu istirahat Ditempat
6) Jika pemimpin upacara sudah memasuki lapangan Upacara, tubuh sudah
dalam keadaan siap dan siapkan, barisan masing-masing: “SIAP GRAK”
7) Pemimpin pleton paling kanan hadap kanan
8) Pemimpin pleton tengah balik kanan
9) Pemimpin pleton paling kiri hadap kiri
10) Pemimpin pleton paling kanan serong kanan
11) Pemimpin pleton paling kiri serong kiri
12) Jalan kearah samping kanan barisan masingmasing
13) Pemimpin pleton paling kanan dan pemimpin

12
14) Pleton paling kiri serong kanan, baalik kanan Upacara selesai
15) Masing-masing pemimpin pleton maju satu langkah menggunakan kaki kiri.
16) Serong kanan, serong kiri menuju depan barisa masing-masing
17) Setelah sampai di depan barisan, masingmasing pemimpin pleton serong
masing-masing pemimpin pleton hadap kiri, bubarkan barisan, selesai

4. PembawaTata Upacara/Protokol

a. Pengertian

Pembawa acara upacara adalah orang yang bertugas untuk membacakan susunan
upacara bendera. Tujuan adanya pembawa acara upacara yaitu membacakan
susunan upacara, supaya upacara berjalan dengan baik.

Kriteria pembawa acara upacara yang baik:

a) Komunikatif

Komunikatif artinya pandai bicara dan mahir menulis. Pandai bicara artinya
bukan “pandai berbicara” seperti politisi atau “pandai bersilat lidah” dalam
konotasi negatif. Pandai bicara di sini artinya lancar berbicara secara
“mengalir”, runut, logis, sistematis.

b) Kreatif

13
Secara harfiyah kreatif (creative) artinya “memiliki daya cipta”. Seorang
pembawa acara upacara harus mampu menciptakan hal-hal baru agar acara
yang ia pimpin menarik dan “seru”.

c) Luwes

Pembawa acara upacara harus fleksibel dan adaptif, mudah menyesuaikan diri
dengan orang lain dan situasi. Ia harus bisa berkeja sama dalam tim, guru, dan
dengan yang lain. Secara ‘teori”, tugas pembawa acara upacara itu menjadi
“jembatan” antara guru dan yang lainyya untuk mengatur jalannya upacara.

d) Percaya Diri

Syarat jadi pembawa acara upacara harus punya rasa percaya diri karena ia
akan menjadi pengatur upacara.Untuk membangun rasa percaya diri antara
lain sering berlatih, rajin baca untuk menambah wawasan, dan menguasa betul
rundown atau detail acara.

e) Kemampuan Bahasa

Kriteria menjadi pembawa acara upacara harus memahami kaidah tata bahasa
agar pembicaraannya logis dan mudah dimengerti

f) Ekspresi Suara

Syarat jadi pembawa acara upacara harus mampu mengekspresikan suara


dengan jelas, indah, tepat, disertai penjiwaan, pemahaman, dan pernafasan
yang baik.

Ekspresi suara juga memancarkan dan mencerminkan kepribadian. Ekspresi


suara dibangun dari “suara alami” (natural voice), tidak dibuat-buat.

Ekspresi suara akan memancarkan energi, antusiasme, kegairahan, keceriaan,


juga kesedihan (untuk suasana acara sedih). Suara yang meyakinkan akan
menimbulkan kesan profesional, cermin intelektualitas, wawasan, dan
percaya diri.

14
b. Langkah langkah

1) Angkat teks setinggi pinggang


2) Maju dua langkah
3) Turunkan teks
4) Angkat teks, buka, lalu baca teks protokol
5) Jika sudah selesai turun kan teks kembali
6) Angkat teks setinggi pinggang
7) Balik kanan
8) Serong, jalan ke tempat barisan awal
9) Balik kanan, turunkan teks

5. Pembawa/Pembaca Pembukaan Teks UUD 1945

a. Pengertian

Orang yang membacakan pembukaan teks uud 1945 merupakan orang yang berperan
untuk membaca teks pembukaan uud dari awal sampai akhir. Teks pembukaan UUD
merupakan naskah yang memotivasi bangsa Indonesia untuk membangkitkan tekad
perjuangan.Kedudukan Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai landasan
struktural yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan kehidupan bernegara. UUD

15
1945 adalah undang-undang hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah, seluruh
lembaga negara, lembaga masyarakat, dan seluruh warga negara Indonesia.

b. Langkah-langkah
1) Angkat teks setinggi pinggang
2) Serong, jalan ke arah tujuan
3) Turunkan teks
4) Angkat teks, buka, lalu baca teks pembukaan
5) UUD 1945
6) Jika sudah selesai turun kan teks kembali
7) Angkat teks setinggi pinggang
8) Balik kanan
9) Serong, jalan ke tempat barisan awal
10) Balik kanan, turunkan teks kembali, selesai.

UNDANG – UNDANG DASAR/NEGARA REPUBLIK INDONESIA/TAHUN 1945

PEMBUKAAN//.

Bahwa / sesungguhnya kemerdekaan itu / ialah hak segala bangsa / dan oleh sebab itu,
maka / penjajahan di atas dunia harus dihapuskan / karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.//

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia / telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa / menantarkan rakyat indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara indonesia /, yang merdeka /, bersatu /, berdaulat /, adil dan makmur //.

Atas berkat / rahmat Allah yang Maha Kuasa/ dan denagn didorongkan oleh keinginan
luhur /, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas /, maka rakyat indonesia menyatakan
dengan ini kemer-dekaannya//.

16
Kemudian dari pada itu / untuk membentuk suatu pem erintahan negara Indonesia / yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia/ dan untuk
memajukan kesejahteraan umum /, mencerdaskan kehidupan bangsa /, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan /, perdamaian abadi / dan keadilan sosial /,
maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia /, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada / : ketuhanan Yang Maha Esa /, kemanusiaan
yang adil dan beradab /, persatuan indonesia /, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan /, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Keterangan :

/ tanda berhenti sebentar seperti tanda koma (satu ketukan);

// tanda dua ketukan, seperti tanda titik;

/// tanda tiga ketukan untuk antarbait, seperti pergantian antarparagraf;

- - tanda pemberian tekanan pada suku kata atau kata

6. Dirigen

a. Pengertian

17
Dirigen atau konduktor adalah orang yang memimpin sebuah pertunjukan musik
melalui gerak isyarat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dirigen upacara adalah orang
yang memimpin sebuah lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Syarat-syarat seorang Dirigen/ Conductor yang baik :

a) memiliki sifat kepemimpinan


b) memiliki ketahanan jasmani yang tangguh
c) sebaiknya sehat jasmani dan rohani
d) simpatik
e) menguasai cara latihan yang efektif
f) memiliki daya imajinasi yang baik
g) memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bermain music

b. Langkah-langkah :
1) Pelajari pola birama yang digunakan untuk membangun irama. Dari satuan unit-
unit birama yang berulang akan terbentuk irama. Pola konduksi ini berubah
berdasarkan tanda waktu, tetapi pola yang paling umum digunakan adalah untuk
lagu dengan ketukan 2/4, 3/4, 4/4, 6/8, dan 2/2.
2) Setelah menguasai dan berhasil menjaga ritme, dirigen harus mulai berpikir
tentang melakukan isyarat karena paduan suara akan bergantung pada pemimpin
mereka. Dua isyarat terpenting yang perlu dipelajari adalah Masuk dan Potongan.
3) Pada bagian isyarat lagu, bagian harmoni dan lirik, dirigen akan membuat
berbagai isyarat tangan yang akan dikenali oleh paduan suara sehingga mereka
tidak perlu mencoba dan membaca bibir saat membisikkan perintah yang berbeda.
4) Dirigen dapat menahan angka 1, 2, atau 3, untuk menunjukkan mereka bernyanyi
serempak, dua bagian, atau tiga bagian. Gunakan bahasa isyarat untuk
menunjukkan chorus (C) dan bridge (B). Ini sangat membantu ketika bagian ini
diulang beberapa kali.
5) Penyanyi di setiap ujung harus memiringkan tubuh mereka ke tengah. Formasi ini
bisa dijadikan sebagai titik awal untuk paduan suara agar setiap anggota paduan

18
suara terlihat dan dirigen mendengar distribusi suara yang sama dari paduan
suara.

7. Panduan Suara

a. Pengertian
Paduan suara atau kor merupakan istilah yang merujuk kepada ensembel musik yang
terdiri atas penyanyi-penyanyi maupun musik yang dibawakan oleh ensembel tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang menjadi paduan suara upacara merupakan
orang yang menyayikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pembinaan Paduan Suara pada umumnya bersifat temporer, artinya hanya dibentuk jika
ada event yang membutuhkan dan menyewa pelatih dari luar dengan biaya yang relatif
mahal. Padahal bila kita memahami trik/teknik latihan Paduan Suara sebenarnya tidak
terlalu sulit dan bisa kita kerjakan sendiri. Yang penting kita bisa membuat program
latihan yang baik, tentunya dengan sarana/tempat latihan yang representatif.

KLASIFIKASI PADUAN SUARA

nulis megklasifikasikan Paduan Suara menjadi 3 (tiga) level, yaitu:

 Level – 1 (Penguasaan Materi)

Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan notasi
yang tertulis pada partitur.

Tips :

a) panjang pendek not sesuai nilai not pada partitur.

19
b) Nyanyikan tinggi rendah nada sesuai dengan interval nada yang tertulis di
partitur.
c) Tekankan anggota untuk menghafal syairnya
d) Level – 2 (Interprestasi)

Kriteria : Anggota Paduan Suara mampu menyanyikan lagu/materi sesuai dengan


interprestasi lagu yang diinginkan oleh komponis maupun aranger lagu tersebut.

Tips :

a) Latih keras/lembut suara sesuai dengan tanda dinamik pada partitur. Kalau tidak
tercantum pada partitur, dinamik disesuaikan dengan makna syair atau karakter
alur melody.
b) Latih Artikulasi (pengucapan) syair agar terdengar jelas. Misalnya pengucapan
konsonan “r”, “s”, “ng”, serta vokal a, I, u, e, o, sehingga terdengar perbedaannya.
c) Perhatikan Intonasi (penekanan) suku kata yang sesuai dengan Birama lagu.
d) Perhatikan Frasering (pengkalimatan) agar sesuai dengan kalimat yang benar. Ini
dapat dicapai jika dilaksanakan dengan teknik pernafasan yang baik.
e) Lakukan pemanasan (vokalisi) yang cukup sebelum pelaksanaan latihan dimulai
agar diperoleh Timbre (warna suara) yang menyatu, sehingga tidak ada suara
yang menonjol sendiri.

 Level – 3 (Ekspresi)

Kriteria : Setelah melalui tahap level 1 dan 2, anggota Paduan Suara mampu
menyanyikan lagu/materi dengan penghayatan dan dikeluarkan melalui ekspresi.

Tips :

a) Latih cara menyanyikan lagu sesuai dengan karakter lagu, misalnya:


Lagu/aransemen yang riang dinyanyikan dengan lincah dan riang. –
Perhatikan pada aransemen yang terdapat tanda perubahan tempo, misalnya :
Accelerando, rittardando, A- tempo dll., agar dinyanyikan dengan tepat
sehingga mendukung ekspresi.

20
b) Tidak semua anggota dapat bernyanyi dengan ekspresi. Tempatkan anggota
pada posisi central dan banjar terluar (samping kiri/kanan), karena posisi ini
mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.

8. Pembaca Doa

a. Pengertian

Doa merupakan kegiatan memohon kepada Tuhan terhadap sesuatu hal. Doa dalam
Islam merupakan bagian paling mendasar dari ibadah. Doa dipanjatkan oleh
seseorang ketika mengalami kesusahan maupun diberi kemudahan dalam kehidupan
di dunia. Pembaca doa dalam upacara sendiri bertujuan untuk membacakan doa,
contohnya doa untuk pahlawan. Sekarang, kita sudah selesai membahas teknis
membuat atau menyusun doa. Selanjutnya hal yang paling penting justru adalah
teknik membaca doanya. Teknik membaca doa antara acara yang khidmat dan acara
yang santai. Untuk acara santai, cukup baca dengan perlahan. Intonasinya tegas dan
jelas. Sedangkan untuk acara khidmat, bacalah doa dengan penghayatan dan intonasi
lirih. Namun pastikan suara kita masih terdengar jelas.

Terakhir dan yang paling penting menurut penulis adalah pengkondisian batin. Kita
harus menyadari bahwa kita sedang berdoa kepada Tuhan. Anggap saja kita sedang
menghadap-Nya dan diminta mengutarakan permintaan kita. Rasakan keagungan-
Nya dan biarkan keagungan itu membuat kita bergetar

b. Langkah-langkah
1) Pegang teks di tangan kiri

21
2) Angkat teks seukuran pengan tangan
3) Maju kurang lebih 1 Langkah
4) lalu serong ke arah tujuan
5) Turunkan teks angkat teks di depan
6) wajah baca teks tersebut
7) Teks di taruh ke . kiri
8) Angkat setinggi lengan tangan
9) Mundur dan turunkan teks

9. Janji Siswa

a. Pengertian
Janji siswa adalah teks yang dibaca pada saat upacara bendera hari Senin. Isi teksnya
meliputi janji-janji dan poin penting yang harus ditepati siswa. Pembacaan janji siswa
diterapkan pada siswa jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), serta sekolah lain yang sederajat.

Contoh isi teks janji siswa antara lain:

a) Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, abdi terhadap tanah air dan bangsa, setia
kepada Pancasila dan UUD 1945.
b) Adab terhadap orang tua, hormat terhadap guru, serta menjunjung tinggi derajat
dan martabar sekolah.

22
c) Belajar dengan sungguh-sungguh sebagai bekal masa depan bangsa.
d) Berprestasi dalam rangka mengisi kemerdekaan.
e) Menjadi warga masyarakat yang baik dan pemuda Indonesia yang bertanggung
jawab.

10. Pembawa Naskah Pancasila/Ajudan

Pembawa Naskah Pancasila adalah peserta didik yang ditunjuk untuk bertugas membawa
naskah Pancasila untuk diserahkan kepada Pembina Upacara dan menerima kembali naskah
tersebut pada saat yang telah ditentukan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG


PEDOMAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH.

11. Penjemput Pembina/Pengatur Upacara

Pengatur Upacara adalah orang yang menjemput pembina upacara. Tugas penjemput Pembina
yaitu

c. menerima penghormatan dari peserta Upacara


d. menerima laporan Pemimpin Upacara
e. c. memimpin mengheningkan cipta;

23
f. d. membacakan Naskah Pancasila yang diikuti oleh seluruh peserta Upacara;
g. dan e. menyampaikan amanat.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Para siswa harus mengerti tentang baris berbaris dan tata upacara bendera, agar di hati
mereka tumbuh rasa patriotisme dan nasionalisme. Supaya siswa memiliki semangat bela negara
juga melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok, membentuk Iman
dan taqwa pada agama yang dianut oleh masing-masing siswa, berbakti pada orang tua, bangsa,
agama, melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan,
menghilangkan sikap negatif seperti malas dan untuk meningkatkan kedisiplinan.

B. SARAN

Masukan dari kelompok kami yaitu bahwa dalam kegiatan proyek terutama di semester 2
ini guru harus memperhatikan kondisi murid karena di proyek semester 2 kali ini, sangat
membutuhkan keterampilan fisik dan mental, sebab saat ini pelajaran proyek yang sedang kami
pelajari tentang mengenai “bangunlah jiwa dan raganya” dan membutuhkan kesehatan fisik dan
mental yang baik, karena kalau tidak memiliki keterampilan fisik dan mental yang baik dapat
menggangu kesehatan fisik dan mental. Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan
mental bukan hanya merupakan keadaan bebas dari penyakit mental, tetapi keadaan sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh. Sementara kesehatan fisik sendiri mengacu pada
keadaan jasmani individu dan berfungsinya dengan baik seluruh organ luar maupun organ dalam.

25

Anda mungkin juga menyukai