Anda di halaman 1dari 22

MODUL 4

PERPANGKATAN/PENARIKAN
AKAR PADA BILANGAN BULAT
DAN SISTEM BILANGAN ROMAWI
Nama : Febrian J. Manullang
Jogi Yopi Sitinjak
Dedi k Naibaho
Mata Kuliah : Pendidikan Matematika I
Dosen Pengampu: , S.Pd., M.Pd.
KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 1
Perpangkatan/Penarikan Akar Bilangan
Bulat dan Penggunaannya

Kegiatan Belajar 2
Bilangan Romawi
Kegiatan Belajar 1
Perpangkatan / Penarikan Akar
Bilangan Bulat dan Penggunaannya
 
A. Perpangkatan dan penarikan akar pada bilangan bulat

1. Perpangkatan
Sebelum kita melakukan pembelajaran perpangkatan pada bilangan bulat, terlebih dahulu kita mengingat
kembali konsep operasi penjumlahan dan perkalian baik bilangan cacah maupun bilangan bulat. Tentunya
telah kita baca dan pelajari sebelumnya bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contohnya pak
ahamad mempunyai dua dos kapur tulias yang masing maisng berisi 5 batang. Berapa batang kapur tulis yang
dimiliki oleh paka Ahmad ? Dari soal dapat diketahui dengan jelas bahwa banyak kapur tulis pak Ahmad itu
2x5=5+5=10 batang. Sekarang jika mari kita perhatikan perkalian yang berulang berikut; 2x2x2x2x2 , maka
dengn ini terjadi perkalian berulang yang terjadi dengan faktor yang sama yaitu 5 faktor bilangan 2. dengan
demikian dapat juga disajikan dalam betuk perpangkatan yaitu ; 2x2x2x2x2=
 
2. Sifat-sifat Perpangkatan
setelah tadi kita telah membahas mengenai perpangkatan maka
perluselanjutnya kita memahami beberapa sifat dann aturan tentang
perpanngkatan.

a. Sifat perkalian bilangan berpangkat


Aturan umum perkalian perpangkatan dengan bilangan pokok yang sama dapat diturunkan
dengan cara menuliskan perkaliannya secara lengkap. Sebagai contoh :

x = (a x a)x(a x a x a), jika diperhatikan terdapat 2 faktor disana yaitu : 2 faktor dan 3
faktor dengan demikian maka dapat dituliskan sebagai a x a x a x a x a =

x =
 
b. Sifat Pembagian bilangan Berpangkat
sekarang kita lihat contoh bilangan pembagian berpangkat dengan bilangan pokok yang
sama , contohnya : = ( 3 x 3 x 3 x 3 x 3 ) : ( 3 x 3 x 3 )
=(3x3)(3x3x3):(3x3x3)
=(3x3)x1
=
dengan menggunakan garis bagi dan proses penghapusan kita dapat tuliskan sebagai
berikut : = =3x3x3=
Demikian pula dengan :
: = begitu juga dengan bilangan sebagainya yang memiliki fator bilangan pokok yang sama.
Secara umum, pembagian dua bilangan berpangkat dengan bilagan pokok yang sama diperoleh
dengan mengurangkan eksponen pembagi dengan eksponen yang dibagi :
: =
 
c. Sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian
=
Untuk membuktikan sifat tersebut dapat digunakan definisi perpangkatan, yaitu sebagai
beriikut:
= ( a x b ) x ( a x b ) x ( a x b ) x .......x ( a x b ) > sebanyak faktor c
= ( a x a x a x ......x a) ( b x b x b x ..... x b )

  =
d. Sifat distributif perpangkatan terhadap pembagian
=
Sama halnya dengan sifat distributif perpangkatan terhadap perkalian, sifat ini dapat
dibuktikan sebdengan bantuan definisi perpangkatan, yaitu :
= ( a : b ) x ( a : b ) x ( a : b ) : .......: ( a : b ) > sebanyak faktor c
= ( a : a : a : ...... : a) ( b : b : b : ..... : b )
=
 
d. Sifat perkalian eksponen-ekponen
Sekarang kita perhatikan bentuk perpangkatan berikut = x x
=
=
=
Jadi sebuah bilangan berpangkat dipangkatkan lagi dengan pangkata yang lain maka
ekponen eksponennya dikalikan . Dengan sifat eksponen dibuktikan sebagai berikut= x x >
sebanyak faktor c
 
f. Sifat eksponen negatif
Dalam rumus diatas ( sifat b) : = , kita amsumsikan nahwa a>b. Jika rumus ini
diberlakukan untuk a<b, maka kita peroleh satu bilangan berpangkat dengan ekponen negatif
sebagai berikut :
:= =
dengan notasi garis bagi sebagi berikut : : == =
secara umum kita dapatkan sifat eksponen negatif yaitu : =
g. Sifat bilangan nol dalam perpangkatan
Bilangan 0 ( nol ) menimbulkan tiga hal dalam perpangkatan, yaitu: , ,dan
1. =0
berdasarkan definisi perpangkatan, =0 x 0 x 0 x .... X 0. Karena hasil perkalian berulang 0
dengan 0 adalah 0, jadi = 0
 

2. dan
sebelumnya telah didefinisikan bahwa bilangan berpangkat merupakan perkalian berulang
yang memiliki eksponen faktor dengan masing masing faktornya adalah sama. Dalam hal
itu tentu saja kita ketahui bahwa dan tidak memenuhi definisi bilangan berpangkat tadi, sebab
dalam perkalian bilangan berpangkat paling sedikit harus mempunyai 2 faktor.

3.
Kita telah mengenal sifat : : = Selanjutnya kita ambil a=0 dan b=c, dengan b ≠0, c ≠0
sehingga didapatkan: , Karena maka:
sehingga memiliki kesimpulan bahwa tidak didefinisikan
 
3. Penarikan Akar
Sebelumnya kita telah mempelajari bagaimana langkah-langkah cara penarikan akar dari suatu bilangan
cacah. Penarikan akar adalah sistem perkalian ulang 2 faktor atau lebih yang memiliki hasil sesuai
dengan soal yang di beri.
Contohnya : - 4 adalah kuadrat dari 2, yang artinya bahwa 2 x 2 = 4, maka jika di lakukan penarikan akar.
hasinya adalah 2.
Proses mencari akar pangkat 2 adalah operasi invers dari proses mencari kuadrat. Sehingga kita dapat
simpulkan bahwa = b sebab = a

misalnya = = 4
 
pangkat akar dapat ditingkatkan lebih lanjut, Misalnya :
Maka dapat di tetapkan
merupakan bilangan yang jika dipangkatkan 3 sama dengan 8= b, sebab = a
jadi : = 2, sebab = 8 =
 

4. Kesalahan Konsep dalam Perpangkatan dan Penarikan akar


Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi antara lain:
1. Masih banyak siswa yang salah pemahaman mengenai konsep perpangkatan,
contohnya yaitu: = 2x3, = 3 x 3 x 3 dan sebagainya. Tetapi yang benar adalah = 2x2, = 2 x 2 x 2.
2. Dalam perkalian bilangan berpangkat dengan bilangan pokok yang sama sering pula
terjadi dilakukan dengan mengalikan pangkatnya, misalnya: =
3. Dalam Pembagian bilangan berpangkat juga sering terjadi kesalahan sama halnya
seperti pada perkalian bilangan berpangkat. Dimana yang jadi dibagikan adalah
eksponenya
4. Masih pula terjadi kekeliruan dalam menentukan hasil sebuah bilangan berpangkat
dibagi oleh bilangan yang pangkatnya lebih besar , sehingga menghasilkan bilangan
negatif, walaupun prosesnya sudah benar, misalnya :
=
Mereka beranggapan bahwa tanda negati dari menunjukkan bahwa hasinya adalah
negatif
 5. Demikian pula pada penarikan akar masih terjadi beberapa kesalahan konsep, sudah
banyak memahami cara kerja. Namun dalam proses perhitungannya masih
ada yang keliru seperti berikut:
===
6.. Hal yang masih sering terjadi kesalahan dalam penarikan akar adalah penarikan akar kuadrat,
misalnya:

Memang kita sudah memahami bahwa sebuah bilangan positif merupakan hasil kali dua bilangan positif atau hasil kali
dua bilangan negatif.
karena banyak yang beranggapan bahwa akar pangkat dua dari bilangan positif memiliki dua kemungkinan nilai, yaitu
nilai psoitif dan nilai
negatif, misalnya: ,dan
sehingga

Namun demikian dalam penarikan akar dibatasi hanya pada bilangan positif saja, sehingga kita tetapkan :
“akar pangkat dua dari bilangan positif adalah nilai yang positif”
B. Penerapan Bilangan Bulat dalam masalah sehari-hari
Secara garis besar kegiatan pembelajaran untuk hal ini dapat di urutkan kedalam 4 kegiatan pokok yaitu:
1. Mengerti persoalan
dengan bantuan dan bimbingan guru para siswa harus mengetahui :
- apa yang diketahui
- apa yang ditanyakan
2. Merencanakan penyelesaian
untuk dapat menyelesaikan soal cerita, guru membimbing para siswa untuk memilih konsep-konsep
atau pengertian yang telah dipelajari untuk embantu menyelesaikan masalah dengan langkah sebagai berikut:
1. para sisiwa mengumpulkan informasi atau data yang sesuai guna menentukan operasi hitung
2. Membuat model atau kalimat matematikanya, yaitu menjabarkan dari yang diketahui sampai
yang ditanyakan dengan bentuk simbol-simbol matematika
3. Melaksanakan penyelesaian
1. Menyelesaikan soal cerita adalah menyelesaikan kalimat matemmatika yang telah dibuat
2. Setiap langkah harus dicek untuk mengetahui kebenarannya sehingga para siswa dapat menghasilkan
penyelesaiannya sendiri.

4. Memeriksa kembali
penyelesaian yang telah didapat itu harus diperiksa kembali. Hal yang diperiksa agar lebih mudah tahu
Apa yang harus diperiksa, maka ada perlu pertanyaan pertanyaan dari dalam diri siswa yaitu:
1. Sudah cocokkah hasilnya?
2. Apa tidak ada hasil yang lain?
3. Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan tersebut?
4. Dengan cara yang berbeda, apakah hasilnya tetap sama?, dan sebagainya
Kegiatan Belajar 2
BILANGAN ROMAWI

A. Mengenal Bilangan Romawi


1. Pengantar
sebelum kita melaksanakan atau melajutkan materi bilangan romawi, ada baiknya kita mengetahui dahulu
apa itu bilangan dan lambang bilangab. Bilangan adalah sesuatu yang penting dalam matematika. Bilangan
dengan lambang bilangan adalah berbeda. Perbedaannya adalah perbedaan antara objek dan nama objek
tersebut. Perkataan bilangan biasanya dimaksudkan untuk menyatakan jumlah atau banyaknya sesuatu.
Dalam penulisan bilangan digunkan lambang yang di sebut dengan lambang bilangan. Jadi, lambang
bilangan adalah simbol atau gambar yang melambangkan suatu bilangan. Lambang bilangan itu disebut juga
dengan angka. Sistem numersi atau sistem angka atau lambang bilangan itu bermacam-macam.
2. Lambang Bilangan Romawi
pada proses pembelajaran sistem lambang bilanga romawi dapat kita lakukan dengan cara diskusi atau
tanya jawab, atau ekspositori dengan lebih bnayak informasinya.
pada sistem lambang bilangan Romawi atau angkka Romawi digunakan lambang-lambang atau simbol-
simbol pokok seperti berikut.
lambang-lambang pokok angka romawi
I=1 v=5
X= 10 L= 50
C=100 D= 500
M= 1000 -= kalikan 1000
Ada beberapa hal penting yang perlu diinformasikan kepada para siswa antara lain
1. Sistem romawi ini merupakaan sistem penjumlhan dan sitem perkalian
contoh: 1) X V I I = 10+5+1+1 + 17
2. Bila satu angka terdiri dari 2 lambang pokok maka nilai angka tersebut.
a. sama dengan jumlah nilai kedua lambang bilangan itu, jika lambangnya memiliki nilai
yang menurun dari kiri ke kanan
b. sama dengan selisih nilai kedua lambang bilangan itu, lambangya mempunyai nilai yang
menarik
contoh: 1) IV = 5-1 = 4 ( dari kiri kekanan nilainya naik atau nilai yang paling tinggi di
sebelah kanan jadi dikurangkan)
2) IX = 10-1= 9 ( dari kiri kekanan nilainya naik atau nilai paling tinggi di sebelah
kanan jadi dikurangkan)
3) VI = 5+1 = 6 ( dari kiri ke kanan nilainya turun atau nilai yang paling tinggu di
sebelah kiri, jadi di jumlahkan
 
3. Banyaknya lambang yang diletakkan di sebelah kiri lambang yang dikurangi hanya satu

lambang, sedanngkan sebelah


kanan bertambah boleh lebih dari satu lambang.
Contoh: 1) XIII=10+3=13
2) CXX=100+20=120
3) IIX 8
4. Lambang bilangan yang sama bila ditulis berurutan tidak boleh lebih dari 3 angka
Contoh : 1) 4 ditulis IV dan Bukan IIII
2.) 40 ditulis XL dan Bukan XXXX
  5. pengurangan mempunyai aturan sebagai berikut, 1 hanya dapat dikurangkan dari V dan X, x hanya
dapat dikurangkan dat L dan C

contoh : 1) IV=5-1 = 4
2) XL = 50-10 = 40
3) 999= ( 1000-100) + (100-10) + ( 10
Contoh: 1) XIII=10+3=13
2) CXX=100+20=120
3) IIX 8
 
f. karena sistem anka romawi ini memunyai dasar 10 maka dalam penulisannya kita tidak pernah
melihat lambang
Besar yang bukan perpangkatan dari 10 dijajarkan.
Contoh : 1) 10 VV
2) 100 LL
g. Untuk menuliskan sebuah bilangan yang besar digunakan simbol garis (“ “) diatas simbol yang
bersangkutan.
contoh: V = 5 x 1000 = 5000

V = 5 X 1000 X 1000 = 5000,000


B . Mengubah bilangan desimal kedalam bilangan romawi dan sebaliknya

1. Mengubah bilangan Desimal menjadi bilangan bulat


2. Mengubah Bilangan Romawi Menjadi Bilangan Desimal

C. Pemakaian Bilangan Romawi Kehidupan Sehari hari


Pemakaian bilangan Romawi yang sering kita pakai dalam kehidupaan sehari hari , diantaranya:
1. Pada penulisan buku
2. penamaan suatu sekolah
3. pemberian nama sebuah jalan
4. pada reklame dan spanduk spanduk promosi dan pengumuman
5. lambang angka alat pengukur waktu
Terima
Kasih !!!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon
, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai