Anda di halaman 1dari 9

GEREJA

PROTESTAN DI
HINDIA BELANDA
OLEH: NOEL YOSAN
• Setelah melihat kepada orang indonesia yang masuk kristen,
sekarang kita mengamati persekutuan jemaat yang dimasukinya,
kita berturut-turut akan berbicara mengenai: ibadahnya, termasuk
pelayanan sakramen-sakramen; mengenai penggembalaan dan
disiplin gereja; mengenai organisasi gereja; mengenai diakonat dan
mengenai kesaksian jemaat ke luar.
• Pada tahun 1814 joseph kam bersama dua rekannya tiba di
indonesia. Setelah sepuluh tahun lebih, dialah pendeta pertama
yang berhasil diutus dari negara belanda ke indonesia untuk
melayani orang-orang kristen disana, ia ditelah diutus oleh badan
swasta, yaitu suatu lembaga pekabaran injil, tetapi setibanya di
indonesia, ia di suruh pemerintah bekerja di jemaat jemaat yang
sejak zaman VOC telah diasuh oleh negara dan (di kemudian hari)
dinamakan gereja protestan di indonesia.
• selama abad ke- 19 dan bagian pertama abad ke- 20, kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang kristen protestan di
indonesia, berlangsung dalam rangka kedua wadah besar itu, yakni
Gereja Protestan di indonesia (GPI) lembaga-lembaga pekabaran
injil.
• Pada tahun 1807 pemerintah menyatakan bahwa untuk selanjutnya di
daerah-daerah jajahan akan berlaku kebebasan beragama. Oleh orang-
orang inggeris, yang dari tahun 1811-1816 berkuasa di indonesia,
kebebasan tersebut diteguhkan dan di berkuasa, untuk seterusnya
negara akan bersikap netral di bidang perluas, untuk seterusnya negara
akan bersikap netral di bidang agama. Tidak akan ada lagi gereja-
negara, bahkan negara tidak akan memihak kepada agama kristen lagi
• Setelah orang-orang inggeris mengembalikan jajahan-jajahan di
indonesia kepada Nederland (1816), barulah kesatuan di bidang
gereja diatur secara baru. Hal itu dilakukan oleh injil yang baru,
willem I(817).
• Campur tangan pemerintah itu mempunyai akibat lain lagi,
karenanya GPI diberi struktur yang tidak sesuai dengan hakekatnya
gereja. Menurut hakekatnya, gereja dipimpin oleh mereka yang
memegang jabatan, sebagai wakil-wakil kepala gereja pada kristus.
Dalam memberi pimpinan, pedoman mereka ialah firman Tuhan.
• Catatan yang ketiga: orang-orang yang menyusun peraturan-
peraturan GPI seakan-akan tidak mengetahui bahwa dalam gereja
itu terdapat orang-orang indonesia. Padahal memicu ini dari
semula merupakan mayoritas anggota-anggota gereja satu-satunya
ketetapan yang menyangkut mereka umat yang mengatakan
bahwa pengurus harus membenahi kekurangan-kekurangan yang
mungkin terdapat dalam ibadah berbahasa melayu. Pengurus
memang melaksanakan tugas ini dengan baik. Mereka malah
menciptakan pangkat-pangkat baru dan pelayanan kepada orang-
orang Kristen Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai