Anda di halaman 1dari 16

PENGOLAHAN BESI BAJA

Disusun Oleh
PT VERDIAN
KRAKATAUSAROHA P. STEEL TBK
P. S (116190030)
MUHAMMAD AVICENA A (116190037)
VINCENT BERNARDUS N.H (116190041)
IRSYADI FARHAN E (116190042)
PANGERAN JATI H (116190046)
PT KRAKATAU STEEL
PT Krakatau Steel adalah perusahaan baja terbesar di Indonesia. BUMN yang berlokasi di Cilegon, Banten
ini berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970. Produk yang dihasilkan adalah baja seperti baja lembaran panas,
baja lembaran dingin, dan baja batang kawat. Hasil produk ini pada umumnya merupakan bahan baku
untuk industri lanjutannya.

Baja merupakan logam yang kuat, keras, dan kokoh sehingga banyak digunakan dalam berbagai bidang.
Salah satunya sebagai penyokong di hampir seluruh bangunan-bangunan bertingkat. Tentunya ini
mengundang ketertarikan saya dalam mempelajari proses produksi pembuatan baja, bagaimana proses
pembuatan baja serta bagaimana baja bisa begitu kokoh digunakan alam berbagai bidang untuk membantu
kegiatan manusia sehari-hari. Untuk itu melalui makalah ini akan dipelajari tetntang proses produksi
pembuatan baja.
Bahan Baku Proses Produksi
Dalam proses peleburan tidak lepas dari bahan baku, baik bahan utama maupun bahan tambahan (additive),
yaitu
a. : (besi tua)
Scrap

• Bahan baku scrap pada PT. Krakatau Steel diperoleh dari 3 sumber yaitu :
 \Home Scrap : besi bekas yang berasal dari sisa produksi PT. Krakatau Steel.
 Import Scrap : scrap yang berasal dari import luar negeri.
 Local Scrap: scrap yang berasal dari luar pabrik tetapi masih dalam wilayah indonesia.
a. Lime Stone (batu kapur)

CaCO3 ↔ CaO + CO2

CaO berfungsi sebagai fluks pembentuk slag (pengotor) dan mengikat unsur-unsur pengotor seperti SiO2, MnO, S, dan
P. Lapisan fluks (slag) ini juga melindungi baja cair dari oksidasi langsung dengan udara. Penambahan lime stone dapat
di lakukan bersamaan dengan bahan baku logam. Batu kapur yang ideal memiliki kandungan CaCO3 sebesar 95%
dengan kandungan S< 0,10%, porositas 1 ~ 5 dan ukuran 12,5 cm.

b. Grafit

Grafit digunakan sebagai pengatur kadar karbon dan sebagai agen foamy slag agent proces untuk meningkatkan
perolehan baja cair. Pada pengaturan komposisi Karbon dalam baja, di gunakan Coke Breze dan pada potongan
elektroda yang larut. Cara lain adalah dengan injeksi grafit melalui mesin Blomat injector.
Bahan tambahan
• Bahan tambahan adalah material-material yang ditambahkan dengan maksud membentuk suatu sistem oksida yang akan keluar dalam bentuk terak ( slag).
Ferro Alloy
Ferro Alloy adalah unsur-unsur campuran yang mempengaruhi sifat dimana penggunaan harus dibatasi.
Silikon (Si) , Mangan , Vanadium , Alumunium (Al) , Nikel (Ni) ,
Molibdenum (Mo) ,Tembaga (Cu) , Karbon (Ca) , Titanium (Ti)

Fluks
• Digunakan untuk mendapatkan baja yang lebih bersih. Senyawa fluks

• Digunakan untuk mendapatkan baja yang lebih bersih. Senyawa fluks antara lain:

1) Cacl CaCO : Mmembentuk slag yang mengikat segala kotoran, abu sisa pembakaran serta menahan busur listrik yang berada didapur agar tidak merusak batu tahan api
(refractory).

2) CaF2 : digunakan sebagai mengencerkan slag.

3) CaSi : digunakan sebagai deoksidizer.

Non Ferro Alloy

• Bahan campuran yang tidak mengandung besi dan karbon, sebagai unsur dasarnya adalah grafit.
Peralatan Utama yang Digunakan Pabrik Slab Baja

Badan dapur (Furnace Shell)


Dapur yang dipakai melebur baja adalah EAF ( Electric Arc Furnace) dengan
diameter dapur 6.700 mm dan berkapasitas lebur 130 ton baja cair.
Dapur busur listrik ini dilengkapi denagn batu tahan api (Refractory) yang
terbuat dari alumunium (Al) dan Silika (M) dengan kadar Mg 0 lebih dari 80
%. dari MgO kurang lebih 80% dan sisanya alumina dan unsur – unsur lain.
Penggunaan bata tahan api yang bersifat basa ini sesuai material pengikat
yaitu CaO yang bersifat basa. CaO yang bersifat basa ini mampu mengikat
unsur – unsur Phospor (P) dan Sulfur (S) yang bersifat asam sehingga
penggunaan CaO efisien hanya untuk mengikat pengotor yang bersifat asam
menjadi terak tanpa kecuali dengan bata tahan api.
fungsi batu tahan api adalah untuk melindungi dapur listrik terhadap radiasi
panas berlebiihan.
bagian – bagian tertentu dari dapur. Syarat – syarat refraktori yang harus diperhatikan adalah :
• Tahan terhadap reaksi kimia dengan baja cair dan slag pada temperatur tinggi
• Tahan terhadap kerusakan dan keausan mekanik dengan baja cair dan slag.
• Tahan terhadap radiasi.
• Tahan terhadap perubahan panas yang cepat.
a. Dedusting System

• Dedusting system dipasang dengan tujuan untuk memproses debu yang diakibatkan oleh proses
peleburan. Alat tersebut berguna untuk menangkap debu agar mengurangi polusi yang diakibatkan pada saat
proses baja di dapur busur listrik (Electric Arc Furnace). Polusi debu dari proses dapur listrik ini
dikategorikan Debu yang mengandung B3, sehingga harus diminimalisasi pencemarannya.
a. Continous Feeding

Alat ini unuk mengisi bahan baku seperti besi spons dan batu kapur. Continous feeding dilakukan setelah dapur
dengan bahan baku 40% dari total bahan yang harus dilebur. Sehingga dengan demikian continous feeding
dilakukan pada saat kondisi furnace bekerja pada potensi maksimum.

b. Mould

Alat yang berada ada unit continous casting machine ini berguna untuk pencetakan slab baja. Disamping itu
dilakukan pengaturan ketebalan dan lebar sesuai dengan ukuran permintaan konsumen.

c. Electric System (Sistem Elektrik)


Transformer merupakan sistem elektrik yang memegang peranan penting dalam proses peleburan baja.
Transformer yang digunakan untuk mensuplai daya ke dapur listrik (EAF).
a. Sistem Hidrolik (hidroulic system)
Sistem ini yang sangat dominan digunakan untuk menggerakkan peralatan mekanik seperti : Roof (tutup dapur),
mengatur posisi tungku (furnace) dan menggerakkan peralatanperalatan dengan piston silinder. Ada 3 fuungsi
yaitu : digunakan untuk mengangkat dan menurunkan roof dari ladle furnace ketika proses akan dilaksanakan
ataupun proses telah selesai ; untuk digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tiga buah elektroda ; digunakan
untuk menjepit elektroda

b. Elektroda
Elektroda Karbon terbuat dari grafit dan dapat menghasilkan arus listrik yang dapat dikonversikan menjadi energi
panas yang tinggi. Ukuran dari elektroda tergantung dari kapasitas dapur.

c. Sistem pendinginan.

Sistem ini dengan menggunakan sirkulasi air yang didinginkan, sehingga temperaturnya tidak boleh melebihi 50oC
dengan menggunakan air pendingin maka dapur busur listrik akan aman dari temperatur yang berlebihan.
Pendinginan di Furnace untuk mendinginkan Roof dan Furnace Shell.
Proses Utama

1. Proses Peleburan dalam EAF (Electric Arc Furnace)


Electric Arc Furnace adalah jenis dapur yang sumber panasnya didapat dari busur listrik yang dihasilkan oleh
elektroda listrik yang terbuat dari karbon. Dalam dapur ini terjadi pengikatan mineral - mineral pengotor dengan
injeksi O2 dan penambahan karbon. Selain untuk peleburan, EAF juga dipakai untuk mengatur komposisi
karbon, nikel dan tembaga.
Charging ialah pemasukan bahan bakar untuk peleburan ke dalam dapur listrik. Ada dua tahap yaitu charging
awal (konvensional) dan kontinyu. Pemuatan bahan tambahan dilakukan bersamaan dengan besi spons oleh
bucket charging. Charging kontinyu dilakukan setelah tahap penetrasi. Pada keadaan ini muatan awal telah
melebur ± 40 – 60 %

Namun penambahan jumlah scrap juga mempunyai kekurangan, yaitu :

a. Proses charging dapat berlangsung beberapa kali.

b. Sering timbul suara keras dalam dapur karena ada kontak antara elektroda dengan scrap
charging selesai, dilanjutkan dengan melting operation. Hal ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu melting, refining,
dan pouring.
• Proses Pemurnian dan Penambahan Unsur Paduan Dalam LF (Ladle Furnace)
Ladle furnace adalah tempat baja cair mengalami proses pemurnian dan penambahan unsur paduan agar sesuai dengan grade baja
yang diinginkan. Bagian luar ladle terbuat dari baja, sedangkan bagian dalam dilapisi dengan bata tahan api sebagai refraktori.
Fungsi bata tahan api adalah untuk mencegah melumernya logam ke dinding ladle dan untuk mencegah hilangnya/turunnya panas
yang terlalu besar. Komposisi kimia bata tahan api adalah silikat, alumina silikat, magnesite, cromite, dan zircon.

Ladle dilengkapi oleh Ladle shroud, yaitu tempat untuk mengalirnya baja cair ke tundish. Slide gate, yaitu alat untuk memBaja cair
ditambahkan beberapa unsur paduan seperti FeMn, Al, grafit, FeCr, sintetik slag, dan FeP untuk mencapai komposisi baja yang
diinginkan. Unsur-unsur paduan yang ditambahkan tersebut diletakkan dalam bunker khusus yang isinya dikontrol dengan sensor
khusus buka dan menutup ladle shroud. Pada tahap ini juga dilakukan pengaturan temperatur dan kualitas baja yang dihasilkan
• Hal ini bertujuan untuk :

a. Homogenisasi komposisi cairan baja.

b. Homogenisasi temperatur cairan baja.

c. Mengapungkan pengotor yang masih terjebak dalam cairan baja.

d. Untuk mengatur/mengoreksi komposisi dengan penambahan alloy.

e. Mengatur temperatur agar diperoleh temperatur yang sesuai dengan temperatur casting.
• Proses Pengecoran Dalam CCM (Continuous Casting Machine)

Continuous Casting adalah proses pengecoran baja cair ke dalam mould dari ladle sehingga terbentuk slab baja secara kontinu. Dalam proses casting yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana caranya mendapatkan kualitas bentuk slab sesuai keinginan dengan kualitas permukaan dan internal yang baik.Dalam proses
pembentukan baja proses continuous casting merupakan proses lanjutan setelah peleburan di Electric Arc Furnace dan Alloying dan Refining di Ladle Furnace.

• Pada mode operasi otomatis, sistem kontrol akan memberi perintah operasi:

1. Start / open / close driven roll

2. Menutup lateral strand guide

3. Menaikkan dummy bar disconnecting roll

4. Menaikkan moveable stop pada roller table dummy bar

5. Menaikkan dummy bar storage

6. Start roller table

7. Inisiasi pengukuran panjang dan pemotongan


Produk Slab Steel Plant
• Produk yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel memiliki spesifikasi penamaan tersendiri. . Kode penamaan
yang digunakan

1 / 10 % Mn

1 /100 % C

Menggunakan Al

Derajat desulfurisasi (semakin tinggi maka semakin rendah sulfur, nilainya 0-4)
Kesimpulannya
• Proses produksi baja yang dilakukan dimulai dari proses peleburan dalam EAF (Electric Arc Furnace), lalu
dilanjutkan dengan proses pemurnian dan penambahan unsur paduan dalam LF (Ladle Furnace), dan terakhir
melalui proses pengecoran dalam CCM (Continuous Casting Machine). Produk yang dihasilkan adalah baja
seperti baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan baja batang kawat. Hasil produk ini pada umumnya
merupakan bahan baku untuk industri lanjutannya.

Saran
• Dengan dijabarkannya mengenai bebagai macam jenis proses produksi baja di PT.Krakatau Steel, semoga
dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi dosen pengampu mata kuliah
Perhitungan Metalurgi Proses dan para mahasiswa lainnya. Adapaun dalam pembuatan makalah ini yang
masih banyak kekurangan untuk itu saya memohon kritik dan saran bagi yang membacanya.
Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai