Anda di halaman 1dari 24

PERAWATAN POPULASI RENTAN DALAM SITUASI

BENCANA

Ns. Indah Sri Wahyuningsih, M.Kep


KELOMPOK ANAK DAN BAYI

Keterbatasan fisik dan psikologis


- Permaebilitas kulit dan ventilasi
- Rentan terhadap kekurangan gizi, eksploitasi, penculikan, dan
abuse
Karakteristik fisiologi anak
 Pulmonary - anak mempunyai ventilasi dan metabolisme
rates yang lebih tinggi dibanding orang dewasa sehingga
beresiko mengalami masalah pernafasan seperti keracunan
bahan yang berbahaya.
 Kardiovaskuler – volume darah/KgBB anak-anak lebih besar
dibandingkan orang dewasa sehingga anak-anak leih rentan
terhadap efek pendarahan
 Integumen – anak beresiko mengalami masalah kulit dan
suhu tubuh karena mempunyai kulit yang lebih tipis dan
permiabel, sedikit lemak subkutan, mempunyai area tubuh
yang lebih besar dibandingkan rasio Bb, dan koordinasi
motorik halus yang belum sempurna
Muskuloskeletal - tulang dan jaringan pelindung tubuh anak masih
dalam tahap tumbuh kembang sehingga bencana dapat meningkatkan
resiko anak mengalami gangguan pertumbuhan dan cedera organ
dalam.
Kognitif – anak belum mampu mengenal dan melindungi dari dari
bahaya seperti membedakan zat-zat beracun dan efek-efeknya.
Kebutuhan nutrisi – anak membutuhkan protein dan kalori yang tinggi
untuk mempertahankan tumbuh kembangnya dan mungkin tidak akan
terpenuhi pada keadaan bencana, sehingga anak beresiko mengalami
masalah malnutrisi termasuk GAM (Global Acute Malnutrition) dan SAM
(Severe Acute Malnutrition).
Genetik – bencana bisa mengakibatkan gangguan genetik pada anak dan
turunannya sehingga meningkatkan resiko anak untu berbagai penyakit
Imunologic – paparan terhadap bahan atau zat tertentu dalam bencana
mengganggu pertumbuhan sistem imun sehingga meningkatkan resiko
anak terhadap infeksi
Dampak bencana pada anak
• Masalah kesehatan: penyakit infeksi termasuk malaria, diare
dan malaise : malnutrisi dan kekurangan zat gizi lainnya :
injury dan pemisahan dari orang tua.
• Stresor terkait bencana pada anak dapat berupa proses
evakuasi; pengalaman hidup di tenda, dan kehilangan rumah,
sekolah, orang tua dan sekolah atau barang dicintai lainya
Gejala somatik dan mental akibat stres bencana pada anak

Gejala Bentuk reaksi


Somatik Sakit kepala, sakit perut, kelelahan, muntah,
diare, batuk, rambut rontok, rambut uban, atopi,
menggigil, kepanasan, gemetar, pusing,
kesemutan

Mental Reaksi lambat, rasa takut, gangguan tidur,


gelisah, kesepian, perasaan tersisih, depresi,
marah, rasa bersalah, penurunan daya pkir,
bingung, penurunan semangat, hilang daya ingat
temporer, tidak dapat mengambil keputusan
Perawatan Anak
Triase bencana anak
Triase anak pada saat bencana dilakukan
dengan menggunakan sistem JumpSTAR,
yaitu suatu sistem triase yang mengkaji
kebutuhan anak-anak
Able yes
to Minor Secondary triage
walk?
No

Breath No breathing
Position Immediate
ing?
upper airway
APNEIC
No Deceased
Palpable
pulse?
Yes
APNEIC
5 rescue
Yes Deceased
breaths

Breathing

Immediate

Respira <15 or >45


tory Immediate
rate

15-45
Palpabele No
pulse Immediate

Yes
“p” (INAPROPRIATE),
AVPU POSTURING OR “U” Immediate

“k”,”v” or “p”
{APPROPRIATE}
Delayed
Penanganan pra rumah sakit
• Mengkaji kondisi jalan nafas, nafas,
sirkulasi, dan disabilitas (neurologi),
dan memberikan terapi oksigen, IV dan
pemeliharaan thermoregulasi.
perhatian khusus lainnya dilakukan
mengacu jenis bencana dan kebutuhan
anak yang ditimbulkannya.
Penanganan di rumah sakit
• Sesuai tingkat injuri yang dialami, anak mungkin
memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi
masalahnya
• Bencana biasanya merusak bangunan fisik termasuk
fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, untuk itu
anak mungkin akan dirawat jauh dari orang tua atau
masyarakatnya. Upaya untuk sesegera mungkin
menyatukan anak dengan anggota keluarganya
harus dilakukan dan dijadikan sebagai salah satu
bagian dari rencana program penanganan bencana
Penanganan di tempat tinggal sementara
• Perhatian terhadap kemungkinan penyakit-penyakit infeksi dan
menular
• Anak-anak perlu diberikan imunisasi, seperti imunisasi tetanus
dan lainnya sesuai indikasi.
• Ketersediaan makanan dan air bersih penting untuk mencegah
terjadinya defisiensi zat gizi pada anak.
• Setelah bencana, anak dan keluarga perlu mendapatkan
konseling dan pelayanan kesehatan mental dari tenaga
kesehatan profesional yang sesuai kebutuhan anak-anak sesuai
tingkat tumbuh kembangnya (kebutuhan untuk bermain
menjadi prioritas pada penanganan anak disamping masalah
perawatan fisik, cairan, dan nutrisi)
Keperawatan bencana pada kelompok ibu hamil dan menyusui

• Adanya resiko kelahiran premature,


• BBLR,
• Kematian bayi,
• Kemungkinan kurangnya akses thdp
pelayanan kesehatan,
• Kontak bahan-bahan berbahaya dan
penanganan yang tidak tepat selama
disaster.
Karakteristik ibu hamil dan menyusui
• proses kehamilan ditandai dengan perubahan
anatomi dan fisiologis system tubuh baik
system reproduksi, integument, endokrin,
kardiovaskuler, muskuluskeletal, pernapasan,
dll. Kehamilan juga mengakibatkan perubahan
psikologis wanita seperti keadaan emosional
tdk stabil, ambivalen, cemas dan
introven.normalnya kehamilan berlangsung
sekitar 40 minggu (240) hari.
Perawatan langsung setelah bencana pada ibu hamil dan menyusui

Tindakan keperawatan mencakup tindakan triase,


 Identifikasi factor-faktor resiko selama masa kehamilan,
memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan, istirahat dan tidur
dan lingkungan yang bersih: akses pelayanan kesehatan
jika ada
 Ibu hamil dan keluarga juga membutuhkan informasi
mengenai perubahan-perubahan normal dan abnormal
selama kehamilan, keterlibatan keluarga dalam
perawatan, persiapan melahirkan,
 rencana persalinan dan dukungan yang ada dan konseling
mengenai makanan dan aktivitas fisik.
Perawatan pada masa postpartum ibu hamil dan menyusui yang mengalami bencana

 Monitoring,
 Dukungan emosional,
 Menyusui,
 Edukasi kb,
 Pelayanan kesehatan mental untuk
depresi post partum,
 Psychosis dan PTSD.
Ibu dan bayi ditempat pengungsian
Perawatan bayi baru lahir dengan bencana

 Tindakan untuk mempertahankan lingkungan yang aman dan bersih;


 Memfasilitasi skin to skin kontak antara ibu dan bayi sesegera mungkin
misalnya lewat teknik kangaroo;
 Mengupayakan dan menjaga kebersihan jalan napas, pernapasan dan
sirkulasi;
 Memfasilitasi termoregulasi dengan teknik warm chain termasuk dengan
penggunaan pakaian, selimut dan bahan penghangat lainnya;
 Mengupayakan dan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI yaitu
mulai jam pertama kelahiran hingga usia 6 bulan;
 Mencegah dan mendeteksi infeksi, perdarahan dengan tindakan-tindakan
pemeriksaan untuk identifikasi dini kelainan dan pemberian vaksinasi, vit
K, dan obat prophylaxis infeksi mata;
 Memberikan perhatian khusus pada bayi yang lahir dengan BBLR dan
sakit.
Keperawatan Bencana pada Kelompok Penyakit Kronis

• Penyakit kronis atau penyakit menahun


mengakibatkan penderitaan jangka panjang bagi
individu, menurunkan kemampuan untuk
mengatasi krisis, sehingga mudah dirugikan
secara fisik.
• Bencana juga meningkatkan resiko untuk
kambuhnya penyakit dan memburuknya kondisi
penyakit akibat kekurangan gizi dan air bersih,
terpapar suhu ekstrem dan agen infeksi dan
terputusnya pengibatan
Perawatan pada Penderita Penyakit Kronis

Perawatan difokuskan pada upaya-upaya


peningkatan kesehatan dan pemenuhan
kebutuhan makanan, aktivitas, lingkungan
yang bersih, hygiene, temperature,
penurunan kebisingan, rehabilitasi dan
perawatan
Fase Persiapan
 Membina hubungan dan kerja sama yang baik antar
lembaga-lembaga terlibat dalam penanganan untuk
lansia
 Mencakup system komunikasi dan menyimpan
informasi penting pada 2 tempat yang terpisah
 Membuat pemetaan daerah tempat tinggal
 Membuat rencana emergensi untuk lansia dan orang
cacat yang komprehensif (mencakup seluruh wilayah)
yang memuat tempat pengungsian yang khusus untuk
lansia dan system evakuasi yang mencakup
transportasi obat dan bahan yang diperlukan
 Menyediakan informasi tentang bencana dalam
format yang sesuai untuk lansia
 Mengupayakan ID dan izin bagi tenaga kesehatan
untuk mengakses lansia secara langsung saat bencana
 Mengembangkan system dukungan untuk in home
service
 Membuat daftar volunteer yang mau membantu
dalam keadaan emergensi
 Mengupayakan agar restoran local bersedia
menyediakan makanan dalam keadaan darurat
 Meningkatkan metode identifikasi dan tracking lansia
dan masalah kesehatannya
Perawatan pada fase akut
Fase mulai terjadinya bencana sampai sekitar 1 bulan setelah
terjadinya bencana
prioritas diberikan pada pengkajian riwayat kesehatan dan
pengobatan, intervensi langsung sesuai masalah klien,
dukungan psikologis, memfasilitasi klien mendapatkan
penanganan medis yang sesuai dan edukasi tentang obat dan
efek samping
Perawatan pada fase kronis/restorasi
 Fase ini dimulai sejak 1 bulan hingga 2 atau 3
tahun setelah bencana

 Tindakan perawatan diantaranya adalah


perawatan lingkungan, pencegahan penyakit,
penanganan stress, meningkatkan kemampuan
self care pasien dan lo;aborasi dengan tim medis
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai