c1 c2
c3
dt
h
As
Gambar 1.2 (a) Penampang terkendali tarik; (b) penampang daerah transisi;
(c) penampang terkendali tekan
Penampang yang berada di antara terkendali tekan dan terkendali tarik, dinamakan berada di daerah transisi. Regangan tarik ε t
pada kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh kurang dari 0,004 untuk setiap elemen struktur tanpa beban aksial, ataupun
bila ada beban aksial tidak melebihi 0,10.fc’.Ag dengan Ag adalah luas kotor (gross) penampang beton.
suatu faktor reduksi yang besarnya kurang dari satu. Beberapa nilai faktor reduksi kekuatan Ø yang digunakan menurut SNI
2847:2013 Pasal 9.3 sebagai berikut:
Gambar 1.3 menunjukkan variasi nilai Ø untuk tulangan baja fy = 400 MPa, persamaan garis pada daerah transisi adalah
sebagai berikut:
Sebagai alternatif nilai Ø pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai rasio dari nilai c/d t untuk fy = 400 MPa sebagai
berikut:
dengan:
c = tinggi sumbu netral pada kuat nominal (c 2 pada Gambar 1.2)
0,90
∅ =0,75+ ( 𝜀 𝑡 − 0,002 ) ( 50 )
tulangan spiral
0,75
tulangan non-
spiral
∅=0,65+
( 𝜀𝑡 −0,002 ) ( 250/3 )
0,65
ε
daerah dominan εt = 0,002 εt = 0,005
tekan c/dt = 0,600 c/dt = 0,375
Gambar 1.3 Variasi nilai Ø terhadap ε t untuk fy = 400 MPa dan baja prategang
Ø
0,90
0,817
εt = 0,004 εt = 0,005 εt
c/dt = 0,43 c/dt = 0,375
Gambar 1.4 Variasi Ø dan batas regangan untuk komponen struktur lentur dengan fy = 400 MPa
Ketika regangan tulangan mencapai 0,002, dengan perbandingan segitiga pada Gambar 1.2.c, maka nilai
c/dt = 0,003/(0,002 + 0,003) = 0,600 untuk mutu tulangan baja fy = 400 MPa.
Dengan cara yang sama, ketika regangan tulangan mencapai 0,005, nilai c/dt = 0,003/(0,002 + 0,006) = 0,375,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3
Untuk elemen struktur lentur beton bertulang, nilai ε t harus sama atau besar dari 0,004 sesuai dengan yang disyaratkan
pada SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5. Maka berarti:
1.4 Distribusi Tegangan Tekan Ekuivalen
Untuk tujuan analisis maupu desain penampang beton SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7 mengizinkan untuk
menggunakan distribusi blok diagram tegangan ekuivalen berbentuk empat persegi panjang dalam
menghitung kuat lentur nominal, yang dikenal dengan diagram tegangan Withney. Blok diagram tegangan
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a = β1c 0,85fc’
a = β1c
c
C = 0,85β1fc’bc
c
d
C = 0,
d 85 β f
1 c ’bc
T
T=A
s fy
Gambar 1.6 a) blok diagram tegangan ekuivalen dan gaya, b) perspektif blok
diagram tegangan ekuivalen
1. Tegangan tekan merata sebesar 0,85fc’ diasumsikan merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh
tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar sumbu netral sejarak a = β1c dari serat beton yang
mengalami regangan tekan maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur tegak lurus sumbu
tersebut.
3. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
a. Untuk kuat tekan beton fc’ kurang atau sama dengan 28 MPa
Asb
εy = fy/Es T = Asb fy
Nilai ρb sama dengan luas tulangan baja dibagi dengan luas penampang efektif.
dengan:
b = lebar penampang yang tertekan
d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan baja tairk
subsitusikan nilai Asb ke persamaan
Atau
Subsitusikan nilai cb dari persamaan 14), untuk mendapatkan persamaan umum rasio tulangan seimbang ρb:
Momen nominal adalah hasil perkalian resultan gaya tekan C atau gaya Tarik T dengan jarak antara kedua
gaya tersebut. Maka:
Atau
Karena As = ρbd
SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5 disyaratkan bahwa nilai εt pada kondisi kuat lentur nominal harus lebih besar atau
sama dengan 0,004. Ini berlaku untuk balok beton non-prategang serta komponen yang memikul beban aksial
kurang dari 0,1fc’Ag. Regangan pada kondisi seimbang, dari hubungan yang sudah diturunkan sebelumnya
diperoleh:
Subsitusikan Persamaan 24) ke dalam persamaan 22) dan susun kembali persamaannya sehingga diperoleh hubungan
berikut:
Batas maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai εt = 0,005, sehingga dari Persamaan
25) dapat dirumuskan:
Untuk tulangan baja fy = 400 MPa, dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,625 ρb
Dengan batasan tersebut penampang dalam kondisi terkendali Tarik, dengan nilai faktor reduksi Ø = 0,90.
Sedangkan balok dengan ρ > ρmaks akan menghasilkan εt yang kurang dari 0,005. SNI 2847:2013 Pasal 10.3
mensyaratkan nilai εt tidak boleh kurang dari 0,004, untuk menjamin tingkat daktilitas sebelum terjadi keruntuhan.
Bila nilai εt diambil sebesar 0,004, maka persamaan 3.23 menjadi:
Untuk fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,417 ρb, penampang berada pada daerah transisi,
maka nilai Ø = 0,817
Tabel 3.2 menunjukkan nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan nilai faktor
reduksi Ø = 0,90.
Tabel 3.2 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan Ø = 0,90
fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)
Tabel 3.3 menunjukkan nilai ρ dan Ru untuk penampang pada daerah transisi dengan, εt = 0,004 dan nilai faktor
reduksi Ø = 0,817
fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)
Tabel 3.3 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd untuk penampang Daerah Transisi, εt = 0,004 dan Ø = 0,817
2
20 400 0,850 0,0217 0,0113 4,138
25 400 0,850 0,0271 0,0113 5,173
30 400 0,836 0,0320 0,0133 6,126
35 400 0,800 0,0357 0,01489 6,905
40 400 0,764 0,0390 0,0162 7,609
Contoh Soal 3.1
Sebuah penampang persegi balok beton bertulang ditunjukkan pada Gambar di bawah. Hitunglah:
1. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang Asb
2. Luas tulangan maksimum yang diijinkan agar penampang merupakan penampang terkendali tarik serta penampang pada
daerah transisi.
3. Posisi sumbu netral, c dan tinggi blok diagram tekan ekivalen, a untuk penampang terkendali tarik pada soal b.
Diketahui bahwa fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa.
d = 650
h = 700
As maks
b = 400
Penyelesaian:
1. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang
b. Untuk penampang terkendali tarik ρmaks. = 0,625 ρb = 0,625 x 0,0271 = 0,01693 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.2) dan
Untuk penampang pada daerah transisi, ρmaks. = 0,417 ρb = 0,417 x 0,0271 = 0,0113 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.3)
Jarak dari serat atas ke sumbu netral adalah c = a/β1 dengan β1 = 0,85
21,25
Digunakan tulangan baja D32, maka luas tulangan
εcu = 0,003 diameter 32 mm, yaitu
207,14
243,69
Cc Luas tulangan baja yang dihitung untuk kondisi
d = 650
h = 700
Sehingga jumlah tulangan baja yang diperlukan
6D32
εs > εy T Maka tulangan terpasang 6D32
b = 400
Contoh Soal 2
Tentukan besarnya kuat momen rencana ØMn, serta lokasi sumbu netral dari penampang balok pada Gambar di
bawah Gunakan tulangan baja 3D29, dengan fy = 400 MPa dan fc’ = 20 MPa.
17 MPa
Luas tulangan baja D29
εcu = 0,003
155,29 Cc = 0,85fc’ab
182,69
= 792.000 N
d = 650
3D29
0,00602 T = As fy
b = 300 = 792.000 N
Penyelesaian:
1. Luas total tulangan baja 3D29 adalah As = 3 x 660 = 1.980 mm2
dt = d = 650 mm
atau c/dt = 182,69/650 = 0,2811 < 0,375, penampang terkendali tarik Ø = 0,90
3. Hitung nilai ØMn:
Contoh Soal 3
Dengan menggunakan data pada Contoh soal 2, namun tulangan baja dirubah menjadi 3D32 (As = 2.412,74 mm2). Hitung
kembali kuat momen rencana penampang tersebut (lihat Gambar di bawah).
17 MPa
εcu = 0,003
189,23
222,62
Cc = 0,85fc’ab
= 965.096 N
d = 650
3D32
0,00441 T = As fy
b = 300 = 965.096 N
Penyelesaian:
1. Periksa niali εt:
dt = d = 650 mm
c/dt = 222.63/650 = 0,343 < 0,375
058 > 0,005
Nilai ini lebih besar dari 0,005, penampang berada pada daerah terkendali tarik, maka nilai faktor reduksi Ø = 0,9
3. Hitung ØMn:
Apabila momen terfaktor cukup kecil, tulangan baja yang dibutuhkan juga sedikit, maka SNI 2847:2013 Pasal 10.5.1
mensyaratkan tulangan minimum, yang besarnya dapat dihitung sebagi berikut:
Suatu penampang dikatakan “cukup” apabila momen rencana ØMn > Mu (momen terfaktor)
50 qD = 20 kN/m; qL = 13 kN/m
3D22
d = 400
L = 2,50 m
b = 200
𝑀 = 𝑞 𝐿 𝐿 1
Penyelesaian:
1. Hitung momen terfaktor yang timbul akibat beban kerja:
𝑢 𝑢 ( )
2
= 𝑞𝑢 𝐿
2
2
dt = d = 400 mm
c/dt = 126,22/400 = 0,3155 < 0,375
d = 450
3D25 L=6m
50
b = 300
Penyelesaian:
1. Periksa niai ρ:
ρ < ρmaks, sehingga penampang termasuk terkendali tarik, dan Ø = 0,90
Periksa juga bahwa ρ > ρmin = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
2. Hitung kuat momen rencana:
Jadi beban hidup merata yang diizinkan bekerja pada balok sebesar 26,14 kN/m
Reaksi Tumpuan
Momen Maksimum
TUGAS
Sebuah balok tertumpu sederhana dengan panjang 7 m. Memikul beban mati qD = 20 kN/m (belum termasuk berat
sendiri), beban hidup qL = 15 kN/m. Penampang balok ditunjukkan dalam Gambar di bawah dengan fc’ = 30 MPa dan
fy = 400 MPa. Hitung kemampuan penampang balok tersebut dalam memikul beban yang bekerja.
d = 550
5D29 L=7m
50
b = 300