Anda di halaman 1dari 28

PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG

1.1 Perilaku Balok Beton Bertulang


Berdasarkan persentase tulangan, terdapat 3 pola keruntuhan lentur, adalah sebagai berikut:
1. Keruntuhan tarik (under reinforce), terjadi ketika baja tulangan mengalami leleh dan beton mencapai batas
kekuatan maksimum. Keruntuhan disebabkan oleh lelehnya tulangan akibat regangan cukup tinggi mencapai
0,005 atau lebih. Lihat Gambar 1.1a
2. Keruntuhan seimbang (balance reinforce), terjadi ketika baja tulangan mencapai kuat lelehnya dan pada saat
yang bersamaan beton mencapai regangan ultimitnya sebesar 0,003. Lihat Gambar 1.1b.
3. Keruntuhan Tekan (Over Reinforce), terjadi ketika beton akan runtuh sebelum baja tulangan mencapai kuat
lelehnya. Beton mencapai kuat tekan dan regangan ultimitnya, namun baja tulangan masih jauh lebih kecil
dari tegangan lelehnya, regangan tulangan baja akan sama dengan atau kurang dari 0.002. Lihat Gambar 1.1c.
εs < εcu εcu = 0,003 εcu = 0,003
c
cb
c
d

εs ≥ 0,005 εs = εy = fy/Es εs < εy = 0,002

Gambar 1.1 Tiga macam ditinjau dari persentase tulangan baja


1. Batasan Regangan
Secara umum penampang balok beton bertulang didefinisikan sebagai berikut:
a. Regangan berimbang (balanced strain condition). Kondisi ini terjadi ketika tulangan baja tarik mencapai batas lelehnya
εy dan beton mencapai regangan ultimit sebesar εcu = 0,003.
b. Penampang terkendali tekan (compression controller section). Kondisi ini terjadi ketika regangan tulangan baja Tarik
sama atau kurang dari regnagan izin, dan beton mencapai regangan ultimit sebesar ε cu = 0,003. Untuk tulangan baja
tarik dengan fy = 400 MPa regangan tekan sama dengan εy = 0.002.
c. Penampang terkendali tarik (tension controller condition). Terjadi ketika regangan baja mencapai 0,005 atau lebih, dan
beton mencapai εcu = 0,003.
Ketiga batasan regangan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.2.

εcu = 0,003 εcu = 0,003

c1 c2
c3
dt
h

As

εs ≥ 0,005 fy/Es < εt < 0,005 εt ≤ fy/Es


b 0,002 < εt < 0,005 εt ≤ 0,002

Gambar 1.2 (a) Penampang terkendali tarik; (b) penampang daerah transisi;
(c) penampang terkendali tekan
Penampang yang berada di antara terkendali tekan dan terkendali tarik, dinamakan berada di daerah transisi. Regangan tarik ε t
pada kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh kurang dari 0,004 untuk setiap elemen struktur tanpa beban aksial, ataupun
bila ada beban aksial tidak melebihi 0,10.fc’.Ag dengan Ag adalah luas kotor (gross) penampang beton.

1.3 Faktor Reduksi Kekuatan


Kuat nominal elemen struktur baik yang memikul lentur, beban aksial (normal), geser maupun puntir, harus dikalikan dengan

suatu faktor reduksi yang besarnya kurang dari satu. Beberapa nilai faktor reduksi kekuatan Ø yang digunakan menurut SNI
2847:2013 Pasal 9.3 sebagai berikut:

untuk penampang terkendali tarik Ø = 0,90


untuk penampang terkendali tekan
a. dengan tulangan spiral Ø = 0,75
b. tulangan non-spiral Ø = 0,65
untuk geser dan puntir Ø = 0,75
untuk tumpuan pada beton Ø = 0,65
Dalam SNI 2847:2013, nilai Ø ditentukan berdasarkan regangan tarik pada serat terluar ε t, seperti dituliskan pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1 Batasan Nilai Regangan

Jenis Penampang Regangan Beton Regangan Tulangan Untuk fy = 400 MPa

Terkendali Tekan 0,003 εt ≤ fy/Es εt = 0,002


Terkendali Tarik 0,003 εt ≥ 0,005 εt ≥ 0,005
Daerah Transisi 0,003 fy/Es < εt < 0,005 0,002 < εt < 0,005
Regangan Seimbang 0,003 εs = fy/Es εs = 0,002
Daerah Transisi Lentur 0,003 0,004 ≤ εt < 0,005 0,004 ≤ εt < 0,005

 Gambar 1.3 menunjukkan variasi nilai Ø untuk tulangan baja fy = 400 MPa, persamaan garis pada daerah transisi adalah

sebagai berikut:

Sebagai alternatif nilai Ø pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai rasio dari nilai c/d t untuk fy = 400 MPa sebagai
berikut:
dengan:
c = tinggi sumbu netral pada kuat nominal (c 2 pada Gambar 1.2)

dt = jarak dari serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar.

0,90
∅  =0,75+ ( 𝜀 𝑡 − 0,002 ) ( 50 )

tulangan spiral
0,75
tulangan non-
spiral
∅=0,65+
  ( 𝜀𝑡 −0,002 ) ( 250/3 )
0,65

daerah transisi daerah dominan tarik

ε
daerah dominan εt = 0,002 εt = 0,005
tekan c/dt = 0,600 c/dt = 0,375

Gambar 1.3 Variasi nilai Ø terhadap ε t untuk fy = 400 MPa dan baja prategang
Ø

0,90

0,817

Daerah transisi Daerah terkendali tarik

εt = 0,004 εt = 0,005 εt
c/dt = 0,43 c/dt = 0,375  
   
 
   
Gambar 1.4 Variasi Ø dan batas regangan untuk komponen struktur lentur dengan fy = 400 MPa
Ketika regangan tulangan mencapai 0,002, dengan perbandingan segitiga pada Gambar 1.2.c, maka nilai
c/dt = 0,003/(0,002 + 0,003) = 0,600 untuk mutu tulangan baja fy = 400 MPa.
Dengan cara yang sama, ketika regangan tulangan mencapai 0,005, nilai c/dt = 0,003/(0,002 + 0,006) = 0,375,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3

 Untuk elemen struktur lentur beton bertulang, nilai ε t harus sama atau besar dari 0,004 sesuai dengan yang disyaratkan
pada SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5. Maka berarti:
1.4 Distribusi Tegangan Tekan Ekuivalen

Untuk tujuan analisis maupu desain penampang beton SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7 mengizinkan untuk
menggunakan distribusi blok diagram tegangan ekuivalen berbentuk empat persegi panjang dalam
menghitung kuat lentur nominal, yang dikenal dengan diagram tegangan Withney. Blok diagram tegangan
tersebut didefinisikan sebagai berikut:
a = β1c 0,85fc’

a = β1c
c

C = 0,85β1fc’bc
c
d

C = 0,
d 85 β f
1 c ’bc

T
T=A
s fy
Gambar 1.6 a) blok diagram tegangan ekuivalen dan gaya, b) perspektif blok
diagram tegangan ekuivalen
 
1. Tegangan tekan merata sebesar 0,85fc’ diasumsikan merata pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh

tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar sumbu netral sejarak a = β1c dari serat beton yang
mengalami regangan tekan maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur tegak lurus sumbu
tersebut.
3. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
a. Untuk kuat tekan beton fc’ kurang atau sama dengan 28 MPa

b. Untuk 28 MPa < fc’ < 56 MPa

c. Untuk fc’ lebih besar dari 56 MPa

resultan gaya tekan yang terjadi adalah:


 
1.5 Penampang Persegi Bertulangan Tunggal
Kondisi seimbang tercapai apabila tulangan baja leleh pada saat beton mencapai regangan ultimitmya
sebesar 0,003, artinya pada saat ini tulangan baja mencapai regangan lelehnya, εy = fy/Es.

εcu = 0,003 0,85 fc’


ab/2
ab cb Cc = 0,85 fc’abb
d
z = d - ab/2

Asb

εy = fy/Es T = Asb fy

Gambar 1.5 Penampang persegi pada kondisi seimbang


Dari diagram regangan diperoleh hubungan sebagai berikut:
 Nilai Es diambil sebesar 200.000 MPa, maka:

Dengan menggunakan persamaan keseimbangan gaya, maka dapat dituliskan:

Nilai ρb sama dengan luas tulangan baja dibagi dengan luas penampang efektif.

dengan:
b = lebar penampang yang tertekan
d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan baja tairk
subsitusikan nilai Asb ke persamaan

Atau
 Subsitusikan nilai cb dari persamaan 14), untuk mendapatkan persamaan umum rasio tulangan seimbang ρb:

Momen nominal adalah hasil perkalian resultan gaya tekan C atau gaya Tarik T dengan jarak antara kedua
gaya tersebut. Maka:

Atau

Momen nominal Mn adalah:

Karena As = ρbd

Persamaan tersebut bisa ditulis secara ringkas menjadi:


 dengan:

SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5 disyaratkan bahwa nilai εt pada kondisi kuat lentur nominal harus lebih besar atau
sama dengan 0,004. Ini berlaku untuk balok beton non-prategang serta komponen yang memikul beban aksial
kurang dari 0,1fc’Ag. Regangan pada kondisi seimbang, dari hubungan yang sudah diturunkan sebelumnya
diperoleh:

Dengan cara yang sama diperoleh pula hubungan:

εcu = 0,003 εcu = 0,003 0,85 fc’


Cc = 0,85 fc’abb
c a
cb
d
h z = d - ab/2

GambarAs1.6 Penampang seimbang dan penampang terkendali tarik


εt εy = fy/Es T = As f y
b
Dari
  kedua persamaan di atas dapat dinyatakan perbandingan antara c dan cb.

Apabila kedua ruas dibagi dengan d, maka akan diperoleh:

Dari Gambar di atas dengan menggunakan perbandingan segitiga, didapat persamaan:

dan didapatkan pula

Selanjutnya dari persamaan 21) dan

Subsitusikan Persamaan 24) ke dalam persamaan 22) dan susun kembali persamaannya sehingga diperoleh hubungan
berikut:
 
Batas maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai εt = 0,005, sehingga dari Persamaan
25) dapat dirumuskan:

Untuk tulangan baja fy = 400 MPa, dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,625 ρb
Dengan batasan tersebut penampang dalam kondisi terkendali Tarik, dengan nilai faktor reduksi Ø = 0,90.
Sedangkan balok dengan ρ > ρmaks akan menghasilkan εt yang kurang dari 0,005. SNI 2847:2013 Pasal 10.3

mensyaratkan nilai εt tidak boleh kurang dari 0,004, untuk menjamin tingkat daktilitas sebelum terjadi keruntuhan.
Bila nilai εt diambil sebesar 0,004, maka persamaan 3.23 menjadi:

Untuk fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,417 ρb, penampang berada pada daerah transisi,
maka nilai Ø = 0,817
Tabel 3.2 menunjukkan nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan nilai faktor
reduksi Ø = 0,90.

Tabel 3.2 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan Ø = 0,90
fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)

20 400 0,850 0,0217 0,01693 4,100


25 400 0,850 0,0271 0,01693 5,125
30 400 0,836 0,0320 0,01998 6,065
35 400 0,800 0,0357 0,02231 6,828
40 400 0,764 0,0390 0,02436 7,513

Tabel 3.3 menunjukkan nilai ρ dan Ru untuk penampang pada daerah transisi dengan, εt = 0,004 dan nilai faktor
reduksi Ø = 0,817
fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)
Tabel 3.3 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd untuk penampang Daerah Transisi, εt = 0,004 dan Ø = 0,817
2
20 400 0,850 0,0217 0,0113 4,138
25 400 0,850 0,0271 0,0113 5,173
30 400 0,836 0,0320 0,0133 6,126
35 400 0,800 0,0357 0,01489 6,905
40 400 0,764 0,0390 0,0162 7,609
 Contoh Soal 3.1
Sebuah penampang persegi balok beton bertulang ditunjukkan pada Gambar di bawah. Hitunglah:
1. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang Asb
2. Luas tulangan maksimum yang diijinkan agar penampang merupakan penampang terkendali tarik serta penampang pada
daerah transisi.
3. Posisi sumbu netral, c dan tinggi blok diagram tekan ekivalen, a untuk penampang terkendali tarik pada soal b.
Diketahui bahwa fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa.

d = 650

h = 700
As maks

b = 400

Penyelesaian:
1. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang

Karena fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa dan β1 = 0,85, maka:


 
Luas tulangan yang diperlukan untuk mencapai kondisi seimbang adalah:

b. Untuk penampang terkendali tarik ρmaks. = 0,625 ρb = 0,625 x 0,0271 = 0,01693 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.2) dan

faktor reduksi Ø = 0,90

Untuk penampang pada daerah transisi, ρmaks. = 0,417 ρb = 0,417 x 0,0271 = 0,0113 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.3)

dan faktor reduksi Ø = 0,817

c. Tinggi blok diagram tegangan tekan ekivalen dihitung menggunakan As maks

Jarak dari serat atas ke sumbu netral adalah c = a/β1 dengan β1 = 0,85
21,25  
Digunakan tulangan baja D32, maka luas tulangan
εcu = 0,003 diameter 32 mm, yaitu

207,14
243,69
Cc Luas tulangan baja yang dihitung untuk kondisi
d = 650

maksimum As maks = 4.401,8 mm2

h = 700
Sehingga jumlah tulangan baja yang diperlukan
6D32
εs > εy T Maka tulangan terpasang 6D32
b = 400

Contoh Soal 2
Tentukan besarnya kuat momen rencana ØMn, serta lokasi sumbu netral dari penampang balok pada Gambar di
bawah Gunakan tulangan baja 3D29, dengan fy = 400 MPa dan fc’ = 20 MPa.
17 MPa
 Luas tulangan baja D29
εcu = 0,003
155,29 Cc = 0,85fc’ab
182,69

= 792.000 N
d = 650

3D29
0,00602 T = As fy
b = 300 = 792.000 N
 
Penyelesaian:
1. Luas total tulangan baja 3D29 adalah As = 3 x 660 = 1.980 mm2

2. Rasio tulangan baja kondisi seimbang ρb:

Penampang terkendali tarik, Ø = 0,90, periksa nilai εt.

dt = d = 650 mm

atau c/dt = 182,69/650 = 0,2811 < 0,375, penampang terkendali tarik Ø = 0,90
3. Hitung nilai ØMn:
 
Contoh Soal 3
Dengan menggunakan data pada Contoh soal 2, namun tulangan baja dirubah menjadi 3D32 (As = 2.412,74 mm2). Hitung
kembali kuat momen rencana penampang tersebut (lihat Gambar di bawah).
17 MPa
εcu = 0,003

189,23
222,62
Cc = 0,85fc’ab
= 965.096 N

d = 650
 

3D32
0,00441 T = As fy
b = 300 = 965.096 N

Penyelesaian:
1. Periksa niali εt:

dt = d = 650 mm
  c/dt = 222.63/650 = 0,343 < 0,375
058 > 0,005
Nilai ini lebih besar dari 0,005, penampang berada pada daerah terkendali tarik, maka nilai faktor reduksi Ø = 0,9
3. Hitung ØMn:

 Apabila momen terfaktor cukup kecil, tulangan baja yang dibutuhkan juga sedikit, maka SNI 2847:2013 Pasal 10.5.1
mensyaratkan tulangan minimum, yang besarnya dapat dihitung sebagi berikut:

Atau, jika dinyatakan sebagai rasio tulangan minimum


 Kedua persyaratan tersebut akan memiliki nilai sama besar pada nilai fc’ = 31,4 MPa. Oleh karena itu
dirumuskan pula:

Suatu penampang dikatakan “cukup” apabila momen rencana ØMn > Mu (momen terfaktor)

Prosedur pemeriksaan kecukupan penampang:


1. Hitung besarnya momen terfaktor Mu
2. Hitung ØMn dengan urutan:
a. Periksa apakah ρmin < ρ < ρmaks
b. Hitung a = Asfy/(0,85fc’b), dan periksa nilai εt dan Ø
c. Hitung ØMn = ØAsfy(d – a/2)
3. Jika ØMn ≥ Mu, maka penampang dikatakan mencukupi
 Contoh Soal 4
Sebuah balok kantilever beton bertulang sepanjang 2,5 m memiliki penampang persegi dengan penulangannya
seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Balok memikul beban mati (termasuk berat sendiri balok) sebesar
20 kN/m, dan beban hidup sebesar 13 kN/m. Dengan menggunakan fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa, perksa
apakah balok cukup kuat memikul beban yang bekerja.

50 qD = 20 kN/m; qL = 13 kN/m
3D22

d = 400
L = 2,50 m

b = 200
 𝑀 = 𝑞 𝐿 𝐿 1
Penyelesaian:
1. Hitung momen terfaktor yang timbul akibat beban kerja:
𝑢 𝑢 ( )
2
= 𝑞𝑢 𝐿
2
2

2. Periksa nilai εt:


 dengan

dt = d = 400 mm
c/dt = 126,22/400 = 0,3155 < 0,375

atau sama dengan cara lain memeriksa nilai ρ:

Sehingga penampang termasuk katagori terkendali tarik, dan Ø = 0,90


3. Menghitung nilai ØMn:
 Contoh Soal 5:
Sebuah balok tertumpu sederhana dengan panjang 6 m. Penampang balok ditunjukkan dalam Gambar di bawah
dengan fc’ = 20 MPa dan fy = 400 MPa. Tentukan besarnya beban hidup merata yang dapat bekerja pada balok,
dengan asumsi beban mati hanya dari berat sendiri balok.
qD; qL

d = 450

3D25 L=6m
50

b = 300

Penyelesaian:
1. Periksa niai ρ:
 
ρ < ρmaks, sehingga penampang termasuk terkendali tarik, dan Ø = 0,90
Periksa juga bahwa ρ > ρmin = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
2. Hitung kuat momen rencana:

3. Beban mati yang bekerja adalah berat sendiri balok, yaitu:


qD = (300 x 500) x 10-6 = 3,6 kN/m (24 kN/m3 adalah berat jenis beton bertulang)
4. Besar momen terfaktor dihitung sebagai berikut:

(qL adalah beban hidup merata yang bekerja pada balok)


 5. Samakan kuat momen rencana dengan momen terfaktor:

Jadi beban hidup merata yang diizinkan bekerja pada balok sebesar 26,14 kN/m

 Reaksi Tumpuan

Momen Maksimum
TUGAS

Sebuah balok tertumpu sederhana dengan panjang 7 m. Memikul beban mati qD = 20 kN/m (belum termasuk berat
sendiri), beban hidup qL = 15 kN/m. Penampang balok ditunjukkan dalam Gambar di bawah dengan fc’ = 30 MPa dan
fy = 400 MPa. Hitung kemampuan penampang balok tersebut dalam memikul beban yang bekerja.

d = 550

5D29 L=7m
50

b = 300

Anda mungkin juga menyukai