Anda di halaman 1dari 25

Analisis Lentur Balok Beton Bertulang

1.1 Perilaku Balok Beton Bertulang


Beton tanpa tulangan tidak efisien apabila difungsikan sebagai komponen struktur
lentur, oleh karena kuat tarik beton jauh lebih kecil dari kuat tekannya. Konsekuensinya
balok beton tanpa tulangan akan mengalami kegagalan tarik pada tingkat beban yang
rendah, jauh sebelum beton mencapai kuat tekannya. Maka dengan alasan inilah
diperlukan tulangan baja, yang diletakan pada bagian penampang yang mengalami
tegangan tarik, yaitu pada serat tarik terluar dari balok beton. Pada suatu balok beton
bertulang, gaya tarik yang terjadi sebagai akibat dari momen lentur ditahan oleh tulangan
baja, sedangkan beton bekerja menahan gaya tekan yang timbul. Perilaku ini dapat terjadi
dengan anggapan bahwa antara tulangan baja dan beton terjadi lekatan yang cukup untuk
mencegah terjadinya slip antara tulangan baja dan beton.
Berdasarkan persentase tulangan baja yang digunakan dalam elemen struktur balok,
maka terdapat tiga pola keruntuhan lentur yang dapat terjadi:
1. Keruntuhan tarik (under reinforce), ini terjadi ketika tulangan baja akan mengalami
kuat lelehnya sebelum beton mencapai kuat maksimumnya. Pada kasus ini,
keruntuhan disebabkan oleh lelehnya tulangan baja akibat regangan yang cukup tinggi
mencapai 0,005 atau lebih. Penampang yang demikian memiliki persentase tulangan
baja cukup kecil, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1.a.
2. Keruntuhan seimbang (balance reinforce), ini terjadi ketika tulangan baja akan
mencapai kuat lelehnya dan pada saat yang bersamaan beton mencapai regangan
ultimitnya sebesar 0,003. Kondisi ini seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1.b.
3. Keruntuhan Tekan (Over Reinforce), ini terjadi pada balok beton akan runtuh sebelum
tulangan baja mencapai kuat lelehnya. Pada kasus ini beton mencapai kuat tekan dan
regangan ultimitnya, namun tegangan tulangan baja fs masih jauh lebih kecil dari
tegangan lelehnya, sedangkan regangan tulangan baja akan sama atau kurang dari
0,002. Kasus ini seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.1.c.

εs < εcu = 0,003 εcu = 0,003



cu cb
d c
As

ε ≥ εs = εy = εs < ε y =
(a)s (b) (c)
0,005 fy/Es 0,002
Gambar 1.1 Tiga macam keruntuhan ditinjau dari persentase tulangan baja
1.2 Batasan Regangan
Menurut SNI 2847:2013 Pasal 10.3, dalam hal perencanaan beton bertulang maupun
beton prategang, berdasar kepada konsep regangan yang terjadi pada penampang beton
dan tulangan baja. Secara umum ada tiga macam jenis penampang yang dapat
didefinisikan, yaitu:
1. Regangan berimbang (balanced strain condition). Kondisi ini terjadi ketika tulangan
baja tarik mencapai tegangan leleh εy, sedangkan beton mencapai regangan ultimit
sebesar εcu = 0,003. Penampang demikian disebut penampang seimbang.
2. Penampang terkendali tekan (compression controller section). Kondisi ini terjadi
apabila regangan tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan yang
diizinkan, sedangkan beton mencapai regangan ultimit sebesar εcu = 0,003. Untuk
tulangan baja dengan fy = 400 MPa, regangan tekan sama dengan 0,002. Kasus ini
terjadi pada elemen kolom struktur beton yang menerima beban aksial dan momen
lentur.
3. Penampang terkendali tarik (tension controller condition). Terjadi ketika regangan
baja mencapai 0,005 atau lebih, dan beton mencapai regangan ultimitnya sebesar εcu =
0,003. Ketiga batasan regangan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.2.

εcu = 0,003 εcu = 0,003 εcu = 0,003


c1 c2
c3
h dt
As

εs ≥ 0,005 fy/Es < εt < 0,005 εt ≤ fy/Es


b 0,002 < εt < 0,005 εt ≤ 0,002
(a) (b) (c)
Gambar 1.2 (a) Penampang terkendali tarik; (b) penampang daerah transisi;
(c) penampang terkendali tekan

Penampang yang berada di antara terkendali tekan dan terkendali tarik, dinamakan berada
di daerah transisi. Regangan tarik εt pada kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh
kurang dari 0,004 untuk setiap elemen struktur tanpa beban aksial, ataupun bila ada beban
aksial tidak melebihi 0,10.fc’.Ag dengan Ag adalah luas gross penampang beton.
1.3 Faktor Reduksi Kekuatan
Kuat nominal elemen struktur baik yang memikul lentur, beban aksial (normal),
geser maupun puntir, harus dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang besarnya kurang
dari satu. Hasil kali kuat nominal dengan faktor reduksi disebut kuat rencana. Faktor
reduksi digunakan mengingat beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengantisipasi segala ketidakpastian dari kuat nominal penampang akibat dimensi,
material, serta ketidak akuratan persamaan-persamaan dalam perenacanaan.
2. Merefleksikan tingkat daktilitas dan keandalan elemen struktur akibat efek yang
ditimbulkan oleh beban kerja.
3. Merefleksikan tingkat kepentingan suatu elemen struktur.

Beberapa nilai faktor reduksi kekuatan Ø yang digunakan menurut SNI 2847:2013
Pasal 9.3 sebagai berikut:

untuk penampang terkendali tarik Ø = 0,90


untuk penampang terkendali tekan
a. dengan tulangan spiral Ø = 0,75
b. tulangan non-spiral Ø = 0,65
untuk geser dan puntir Ø = 0,75
untuk tumpuan pada beton Ø = 0,65
Dalam SNI 2847:2013, nilai Ø ditentukan berdasarkan regangan tarik pada serat
terluar εt, seperti dituliskan pada Tabel 1.1. Untuk penampang pada daerah transisi, nilai Ø
ditentukan dengan menginterpolasi linear antara 0,65 (atau 0,75) dan 0,90. Gambar 1.3
menunjukkan variasi nilai Ø untuk tulangan baja fy = 400 MPa, persamaan garis pada
daerah transisi adalah sebagai berikut:
∅=0,75+ ( ε t −0,002 ) ( 50 ) ( untuk tulangan spiral ) 1 ¿

∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 2503 )( untuk tulangan non−spiral ) 2¿


Tabel 1.1 Batasan Nilai Regangan

Jenis Penampang Regangan Beton Regangan Tulangan Untuk fy = 400 MPa


Terkendali Tekan 0,003 εt ≤ fy/Es εt = 0,002
Terkendali Tarik 0,003 εt ≥ 0,005 εt ≥ 0,005
Daerah Transisi 0,003 fy/Es < εt < 0,005 0,002 < εt < 0,005
Regangan Seimbang 0,003 εs = fy/Es εs = 0,002
Daerah Transisi Lentur 0,003 0,004 ≤ εt < 0,005 0,004 ≤ εt < 0,005
Sebagai alternatif nilai Ø pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai rasio dari
nilai c/dt untuk fy = 400 MPa sebagai berikut:
1 5
∅=0,75+0,15 ( ) − ( untuk tulangan spiral ) 3 ¿
c /d t 3

1 5
∅=0,65+0,25 ( − ) ( untuk tulangan non−spiral ) 4 ¿
c /d 3 t

dengan:
c = tinggi sumbu netral pada kuat nominal (c2 pada Gambar 1.2)
dt = jarak dari serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar.

Ø
0,90
tulangan
spiral
0,65 tulangan
0,75 non-spiral
daerah transisi daerah dominan tarik
daerah
εt = 0,002
ε
εt = 0,005
dominan c/dt = 0,600 c/dt = 0,375
tekan
Gambar 1.3 Variasi nilai Ø terhadap εt untuk fy = 400 MPa dan baja prategang
22
0,8
0,43
c/dt =
εt = 0,004

Ø
Daerah transisi
0,375
c/dt =
εt = 0,005

02
0,9
tarik
Daerah terkendali

Gambar 1.4 Variasi Ø dan batas regangan untuk komponen struktur lentur dengan fy = 400 MPa

Ketika regangan tulangan mencapai 0,002, dengan perbandingan segitiga pada


εt

Gambar 1.2.c, maka nilai c/dt = 0,003/(0,002 + 0,003) = 0,600 untuk mutu tulangan baja
fy = 400 MPa. Dengan cara yang sama, ketika regangan tulangan mencapai 0,005, nilai
c/dt = 0,003/(0,002 + 0,006) = 0,375, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Untuk elemen
struktur lentur beton bertulang, nilai εt harus sama atau besar dari 0,004 sesuai dengan
yang disyaratkan pada SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5. Maka berarti:
∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 2503 )=0,65+( 0,004 +0,002 ) ( 2503 )=0,817 ≈ 0,82
Diperlihatkan pada Gambar 1.4 menunjukkan batasan nilai Ø ini.

1.4 Distribusi Tegangan Tekan Ekuivalen


Gambar 1.5 menunjukkan bentuk blok diagran tegangan original suatu beton
bertulang pada level beban ultimit dapat dinyatakan secara matematis dengan
menggunakan tiga macam konstanta:
 k1 = rasio antara tegangan rerata terhadap tegangan maksimum.
 k2 = rasio antara jarak serat tekan terluar ke gaya tekan resultan, terhadap tinggi
sumbu netral c.
 k3 = rasio antara tegangan maksimum pada daerah tekan beton f c”, dengan kuat tekan
silinder beton fc’.

fc” =
k3fc’
k2
cC =
c k1k3fc’bc

Sumbu
netral
Gambar 1.5 Deskripsi matematis dari blok diagram tegangan tekan

Untuk tujuan analisis maupu desain penampang beton SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7
mengizinkan untuk menggunakan distribusi blok diagram tegangan ekuivalen berbentuk
empat persegi panjang dalam menghitung kuat lentur nominal. Blok diagram tegangan
ekuivalen dikenal sebagai blok tegangan Whitney. Blok diagram tegangan tersebut
didefinisikan sebagai berikut:

1. Tegangan tekan merata sebesar 0,85fc’ diasumsikan merata pada daerah tekan
ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar sumbu
netral sejarak a = β1c dari serat beton yang mengalami regangan tekan maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur
tegak lurus sumbun tersebut.
3. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
a. Untuk kuat tekan beton fc’ kurang atau sama dengan 28 MPa
β 1=0,85 5 ¿
b. Untuk 28 MPa < fc’ < 56 MPa
f 'c −28
β 1=0,85−0,05 6¿
7
c. Untuk fc’ lebih besar dari 56 MPa
β 1=0 , 6 5 7 ¿
Untuk suatu daerah tekan persegi dengan lebar b dan tinggi sumbu netral c, maka
resultan gaya tekan yang terjadi adalah:
C c =0,85 f 'c b β 1 c=0,85 β 1 f 'c b c 8 ¿
Pada Gambar 1.6 ditunjukkan model blok diagram tegangan beton yang diusulkan
oleh Whitney dan diadopsi pula dalam peraturan SNI 2847:2013:
d
c
a = β1c
0,85fc’

C = 0,85β1fc’bc
T

c a=
β1c
C = 0,85β1fc’bc

(a) (b)
Gambar 1.6 a) blok diagram tegangan ekuivalen dan gaya, b) perspektif blok
diagram tegangan ekuivalen

1.5 Penampang Persegi Bertulangan Tunggal


Kondisi seimbang tercapai apabila tulangan baja leleh pada saat beton mencapai regangan
ultimitmya sebesar 0,003, artinya pada saat ini tulangan baja mencapai regangan lelehnya,
εy = fy/Es.

εcu = 0,003 0,85 fc’


ab/2
ab cb
Cc = 0,85
d fc’abb
z=d-
Asb
ab/2

εy = fy/Es T = As fy
b
Gambar 1.5 Penampang persegi pada kondisi seimbang
Dari diagram regangan pada Gambar di atas, maka dengan menggunakan perbandingan
segitiga aka diperoleh hubungan berikut:

cb 0,003
= 9¿
d f
0,003+ y
Es

atau jika nilai Es diambil sebesar 200.000 MPa, maka:

0,003 600
c b=
( 0,003+
fy
d=
) (
600+ f y
d 10 ¿
)
200.000

Dengan menggunakan persamaan keseimbangan gaya, maka dapat dituliskan:

C c =T

0,85 f 'c a b b= A sb f y 11¿

A sb f y
a b= 12 ¿
0,85 f 'c b

Persentase tulangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kondisi seimbang disebut


sebagai rasio tulangan seimbang ρb. Nilai ρb sama dengan luas tulangan baja dibagi dengan
luas penampang efektif.

A sb
ρb = 13 ¿
bxd

dengan:

b = lebar penampang yang tertekan


d = jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan baja tairk
subsitusikan nilai Asb ke persamaan
0,85 f 'c a b b=f y ρb bd
Atau
0,85 f 'c 0,85 f 'c
ρb = a= β c 14 ¿
d xfy b dxfy 1 b
Subsitusikan nilai cb dari persamaan 3.8, untuk mendapatkan persamaan umum rasio
tulangan seimbang ρb:

f 'c 600
ρb =0,85 x β 1
(
f y 600+ f y
15¿
)
Momen nominal dari suatu balok persegi bertulangan tunggal dihitung dengan mengalikan
nilai C atau T pada Gambar di atas dengan jarak antara kedua gaya tersebut. Maka:

M n=C x z=T x z
Atau

( a2 )= A f ( d− a2 ) 16 ¿
M n=0,85 f 'c ab d− s y

Nilai a, dihitung terlebih dahulu dari persamaan 3.10. Untuk mendapatkan besarnya kuat
rencana ØMn, maka kuat momen nominal Mn, harus direduksi dengan cara dikalikan
dengan faktor reduksi kekuatan Ø:

∅ M n=∅ A s f y d−( a2 )=∅ A f ( d− 1,7A ff b ) 17 ¿


s y
s
'
c
y

Karena As = ρbd, maka persamaan 3.15 dapat dituliskan dalam variabel rasio tulangan baja
sebagai berikut:
ρbd f y ρf y
∅ M n=∅ f y ρbd d−
( '
)
1,7 f c b
=∅ ρ f y b d 2 1−
(
1,7 f 'c
18 ¿
)
Persamaan tersebut bisa ditulis secara ringkas menjadi:
∅ M n=Ru b d 2 19 ¿
dengan:
ρf y
Ru=∅ ρ f y 1−
( 1,7 f 'c ) 20 ¿

Dalam edisi terakhir ACI 318M-11 atau SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5 disyaratkan bahwa
nilai εt pada kondisi kuat lentur nominal harus lebih besar atau sama dengan 0,004. Ini
berlaku untuk balok beton non-prategang serta komponen yang memikul beban aksial
kurang dari 0,1fc’Ag.
Regangan pada kondisi seimbang ditunjukkan oleh Gamabr di bawah, dari hubungan yang
sudah diturunkan sebelumnya diperoleh:
ab A sb x f y ρ f d
c b= = '
= b y'
β 1 0,85 f c β 1 b 0,85 f c β1
Dengan cara yang sama diperoleh pula hubungan:
ρ f yd
c=
0,85 f 'c β 1

εcu = 0,003 εcu = 0,003 0,85 fc’


Cc = 0,85 fc’abb
c a
cb
d h
z = d - ab/2
Asb
εt εy = fy/Es T = As fy
b

Gambar 1.6 Penampang seimbang dan penampang terkendali tarik

Dari kedua persamaan di atas dapat dinyatakan perbandingan antara c dan cb.
c ρ
=
c b ρb
Apabila kedua ruas dibagi dengan d, maka akan diperoleh:
c ρ cb
= 21¿
c b ρb d
Dari Gambar di atas dengan menggunakan perbandingan segitiga, didapat persamaan:
c 0,003
= 22¿
d 0,003+ ε t
dan didapatkan pula
cb 0,003
= 23¿
d f
0,003+ y
Es
Selanjutnya dari persamaan 3.19 dan 3.21:
c ρ cb ρ 0,003
= =
d ρ b d ρb
( 0,003+
fy
Es )
24 ¿

Subsitusikan Persamaan 3.22 ke dalam persamaan 3.20 dan susun kembali persamaannya
sehingga diperoleh hubungan berikut:
fy
0,003+
ρ Es
= 25 ¿
ρb 0,003+ ε t
Batas maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai εt = 0,005,
sehingga dari Persamaan 3.23 dapat dirumuskan:
fy

ρmaks = ( 0,003+

0,008
Es
)
ρb 26 ¿

Jika tulangan baja mempunyai fy = 400 MPa dan, Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,625 ρb
Dengan batasan tersebut, penampang akan dikatagorikan sebagai penampang terkendali
tarik, dan nilai faktor reduksi Ø = 0,90. Sedangkan balok dengan ρ > ρmaks akan
menghasilkan εt yang kurang dari 0,005 SNI 2847:2013 Pasal 10.3 mensyaratkan nilai εt
tidak boleh kurang dari 0,004, untuk menjamin tingkat daktilitas serta memperlihatkan
tanda yang napak secara visual sebelum terjadi keruntuhan. Bila nilai εt diambil sebesar
0,004, maka persamaan 3.23 menjadi:
fy
0,003+
ρ Es
= 27 ¿
ρb 0,007
Untuk fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,417 ρb, penampang berada pada
daerah transisi, maka nilai Ø pada transisi adalah sebesar:
∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 250/3 ) =0,65+ ( 0,004−0,002 ) ( 250/3 )=0,817
Tabel 3.2 menunjukkan nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt =
0,005 dan nilai faktor reduksi Ø = 0,90. Sedangkan Tabel 3.3 menunjukkan nilai ρ dan Ru
untuk penampang pada daerah transisi dengan, εt = 0,004 dan nilai faktor reduksi Ø =
0,817
Tabel 3.2 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan Ø =
0,90

fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)


20 400 0,850 0,0217 0,01355 4,100
25 400 0,850 0,0271 0,01693 5,125
30 400 0,836 0,0320 0,01998 6,065
35 400 0,800 0,0357 0,02231 6,828
40 400 0,764 0,0390 0,02436 7,513
Tabel 3.3 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd untuk penampang Daerah Transisi, εt = 0,004 dan Ø = 0,817
2

fc’ (MPa) fy (MPa) β1 ρb ρmaks Ru MPa)


20 400 0,850 0,0217 0,01548 4,138
25 400 0,850 0,0271 0,01935 5,173
30 400 0,836 0,0320 0,02283 6,126
35 400 0,800 0,0357 0,02550 6,905
40 400 0,764 0,0390 0,02784 7,609

Contoh Soal 3.1


Sebuah penampang persegi balok beton bertulang ditunjukkan pada Gambar C.3.1.
Hitunglah:
a. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang Asb
b. Luas tulangan maksimum yang diijinkan agar penampang merupakan penampang
terkendali tarik serta penampang pada daerah transisi.
c. Posisi sumbu netral, c dan tinggi blok diagram tekan ekivalen, a untuk penampang
terkendali tarik pada soal b.
Diketahui bahwa fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa.

d = 650 h = 700

As maks

b = 400

Penyelesaian:
a. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang
f 'c 600
ρb =0,85 x β 1
(
f y 600+ f y )
Karena fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa dan β1 = 0,85, maka:
25 600
ρb =0,85 x 0,85 (
400 600+400
=0,0271 )
Luas tulangan yang diperlukan untuk mencapai kondisi seimbang adalah:
A sb=ρb bd=0,217 x 400 x 650=7.046 mm2
b. Untuk penampang terkendali tarik ρmaks. = 0,625 ρb = 0,625 x 0,0271 = 0,01693
(atau dapat dilihat pada Tabel 3.2) dan faktor reduksi Ø = 0,90
A s maks=ρmaks bd=0,01693 x 400 x 650=4.401,8 mm2
Untuk penampang pada daerah transisi, ρmaks. = 0,714 ρb = 0,714 x 0,0271 =
0,01935 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.3) dan faktor reduksi Ø = 0,817
A s maks=ρmaks bd=0,01935 x 400 x 650=5.031mm2
c. Tinggi blok diagram tegangan tekan ekivalen dihitung menggunakan As maks
A s maks f y 4.401,8 x 400
a maks = '
= =207,14 mm
0,85 f bc
0,85 x 25 x 400
Jarak dari serat atas ke sumbu netral adalah c = a/β1 dengan β1 = 0,85
207,14
c= =243,69mm
0,85

21,25

εcu = 0,003

207,14
243,69 Cc
d = 650

h = 700

3D29
εs > εy T
b = 400

Contoh Soal 2
Tentukan besarnya kuat momen rencana ØMn, serta lokasi sumbu netral dari penampang
balok pada Gambar di bawah Gunakan tulangan baja 3D25, dengan fy = 400 MPa dan
fc’ = 20 MPa.

17 MPa

εcu = 0,003
Cc = 0,85fc’ab
155,2
182,6

= 792.000 N
9
9
550
d=

3D29
0,00602 T = As fy
b = 300 = 792.000 N

Penyelesaian:
1. Luas total tulangan baja 3D25 adalah As = 1.980 mm2
As 1.980
ρ= = =0,012
bd 300 x 350
2. Rasio tulangan baja kondisi seimbang ρb:
f' 600 20 600
ρb =0,85 β1 c
f y 600+f y
=0,85 x 0,85 x
(x
400 600+ 400 )
=0,02168 ( )
ρmaks =0,625 ρb=0,625 x 0,02168=0,01355> ρ=0,012

Penampang terkendali tarik, Ø = 0,90, periksa nilai εt.

As f y 1.980 x 400
a= '
= =155,29 mm
0,85 f b c
0,85 x 20 x 300

a 155,29
c= = =182,69 mm
0,85 0,85

dt = d = 550 mm

ε t= ( d−cc ) ε =( 550−182,69
cu
182,69 )
x 0,003=0,00603>0,005

atau c/dt = 182,69/550 = 0,3322 < 0,375, penampang terkendali tarik Ø = 0,90

3. Hitung nilai ØMn:

( a2 )=0,90 x 1.980 x 400 x (550− 155,29


∅ M n=∅ A s f y d−
2 )

∅ M n=336.694 .644 Nmm≈ 336,69 kNm

Contoh Soal 3

Dengan menggunakan data pada Contoh soal 2, namun tulangan baja dirubah menjadi
3D32 (As = 2.412,74 mm2). Hitung kembali kuat momen rencana penampang tersebut
(lihat Gambar di bawah).

17 MPa

εcu = 0,003
189,23

Cc = 0,85fc’ab
222,62

= 965.096 N
d = 550

3D32
0,00441 T = As fy
b = 300 = 965.096 N

Penyelesaian:

1. Periksa niali εt:


As f y 2.412,74 x 400
a= '
= =189,23mm
0,85 f b
c
0,85 x 20 x 300
a 189,23
c= = =222,62 mm
β1 0,85
dt = d = 550 mm
c/dt = 222,62/550 = 0,40476 > 0,375

ε t= ( d−cc ) ε =( 550−222,62
cu
222,62 )
x 0,003=0,00441

Nilai ini kurang dari 0,005 tetapi lebih besar dari 0,004. Penampang berada pada
daerah transisi, maka nilai faktor reduksi menjadi:

∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 2503 )=0,65+( 0,00441−0,002 ) ( 2503 )=0,851


2. Hitung ØMn:

∅ M n=∅ A s f y d− ( a2 )=0,851 x 2.412,74 x 400 x (550− 189,23


2 )
¿ 374.006 .195,91 Nmm ≈374,01 kNm

Apabila momen terfaktor yang bekerja pada balok cukup kecil, sehingga luas tulangan baja
yang dibutuhkan juga sedikit, maka dalam peraturan SNI 2847:2013 Pasal 10.5.1
disyaratkan perlu memberikan tulangan minimum, yang besarnya dapt dihitung sebagi
berikut:

f 'c

Atau, jika dinyatakan sebagai rasio tulangan minimum



A s min=
4fy
bw d ≥
1,4
b d 28 ¿
fy w

f 'c 1,4
ρmin =
√ ≥
4fy f y
29 ¿

Suku pertama dari persamaan tersebut digunakan untuk beton dengan mutu yang lebih
besar dari 30 MPa, sedangkan suku kedua dalam persamaan digunakan untuk mutu beton
kurang dari 30 MPa. Hal ini dikarenakan kedua persyaratan tersebut akan memiliki nilai
sama besar pada nilai fc’ = 31,4 MPa. Oleh karena itu dirumuskan pula:
1,4
ρmin = 30¿
fy

f 'c
ρmin =
√4fy
31 ¿
Suatu penampang dikatakan “cukup” apabila momen rencan ØMn > Mu (momen terfaktor)
yang bekerja pada penampang tersebut. Prosedur pemeriksaan kecukupan penampang
dapat dilakukan dengan urut-urutan sebagi berikut:
1. Hitung besarnya momen terfaktor Mu
2. Hitung ØMn dengan urutan:
a. Periksa apakah ρmin < ρ < ρmaks
b. Hitung a = Asfy/(0,85fc’b), dan periksa nilai εt dan Ø
c. Hitung ØMn = ØAsfy(d – a/2)
3. Jika ØMn ≥ Mu, maka penampang dikatakan mencukupi

Contoh Soal 4
Sebuah balok kantilever beton bertulang sepanjang 2,5 m memiliki penampang persegi
dengan penulangannya seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Balok memikul beban
mati (termasuk berat sendiri balok) sebesar 20 kN/m, dan beban hidup sebesar 13 kN/m.
Dengan menggunakan fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa, perksa apakah balok cukup kuat
memikul beban yang bekerja.

50 qD = 20 kN/m; qL = 13 kN/m
3D22

d=
200 L = 2,50
m

b=
Penyelesaian:
200

1. Hitung momen terfaktor yang timbul akibat beban kerja:


q u=1,2 q D +1,6 q L =1,2 ( 20 )+ 1,6 (13 )=44,8 kN /m
1 1
M u= q u L2= x 44,8 x 202 =140 kNm
2 2
2. Periksa nilai εt:
As f y
a=
0,85 f 'c b
dengan
1 1
A s= π D 2 = x π x 222=1.140,40 mm2
4 4
As f y 1.140,4 x 400
a= '
= =107,29 mm
0,85 f b
c
0,85 x 25 x 200
a 107,29
c= = =126,22 mm
β1 0,85
dt = d = 400 mm
c/dt = 126,22/400 = 0,3155 < 0,375

ε t= ( d−cc ) ε =( 400−126,22
cu
126,22 )
x 0,003=0,00651>0,005

atau sama dengan cara lain memeriksa nilai ρ:


As 1.14,4
ρ= = =0,01425< ρmaks =0,01693(lihat Tabel 3.2)
b d 200 x 400
Sehingga penampang termasuk katagori terkendali tarik, dan Ø = 0,90
3. Menghitung nilai ØMn:

∅ M n=∅ A s f y d− ( a2 )=0,90 x 1.140,4 x 400 x( 400− 107,29


2 )
¿ 142.144 .092 Nmm ≈ 142,14 kNm> M u =140 kNm … ..OK !

Contoh Soal 5:
Sebuah balok tertumpu sederhana dengan panjang 6 m. Penampang balok ditunjukkan
dalam Gambar di bawah dengan fc’ = 20 MPa dan fy = 400 MPa. Tentukan besarnya
beban hidup merata yang dapat bekerja pada balok, denga asumsi beban mati hanya dari
berat sendiri balok.

qD; qL

d = 450

3D25 L=6m
50

b = 300

Penyelesaian:
1. Periksa niai ρ:

A s=3 ( 41 π D )=3 x ( 41 x π x 25 )=1.472,62mm


2 2 2

A s 1.472,62
ρ= = =0,01089
b d 300 x 450
f 'c 600 20 600
ρb =0,85 β1
(
f y 600+f y )
=0,85 x 0,85 x x
400 600+ 400 ( )
¿ 0,02168
ρmaks =0,625 ρb=0,625 x 0,02168=0,01355(lihat Tabel 3.2)
ρ < ρmaks, sehingga penampang termasuk terkendali tarik, dan Ø = 0,90
Periksa juga bahwa ρ < ρmin = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
2. Hitung kuat momen rencana:
As f y
(
∅ M n=∅ A s f y d−
1,7 f 'c b )
1,472,62 x 400
¿ 0,90 x 1.472,62 x 400 x 450− ( 1,7 x 20 x 300 )
¿ 207.633 .176,47 Nmm ≈ 207,63 kNm
3. Beban mati yang bekerja adalah berat sendiri balok, yaitu:
qD = (300 x 500) x 10-6 = 3,6 kN/m (24 kN/m3 adalah berat jenis beton
bertulang)
4. Besar momen terfaktor dihitung sebagai berikut:

M u=1,2 M D +1,6 M L

¿ 1,2 ( 18 x 3,6 x 6 )+1,6 ( 18 x q x 6 )=19,44+7,2 q


2
L
2
L

(qL adalah beban hidup merata yang bekerja pada balok)


5. Samakan kuat momen rencana dengan momen terfaktor:
∅ M n=M u
207,63=19,44+7,2 q L
7,2 q L =207,63−19,44
207,63−19,44
q L= =26,14 kN /m
7,2
Jadi beban hidup merata yang diizinkan bekerja pada balok sebesar 26,14 kN/m

BALOK PERSEGI DENGAN TULANGAN RANGKAP


Tulangan Tekan Sudah Leleh
Momen Mu1 merupakan momen yang diperoleh dari balok bertulangan tunggal sebagai
berikut:
T 1=C c
A s1 f y =0,85 f 'c a b
As f y
a= 32 ¿
0,85 f 'c a b

M u 1=∅ A s 1 f y d− ( a2 ) 33 ¿

0,85 fc’
d Cs a/
’ A s’ a 2
Cc
d

As
T
b
= +
0,85 fc’
a/
a 2 A s’
Cc
d – d’
d - a/2

As As2
T1 = As fy T 2 = A s’ f y
b

Gambar

Selanjutnya Mu2 dapat dihitung dengan mengasumsikan tulangan tekan As’ sudah leleh:
M u 2=∅ A s 2 f y ( d−d ' ) =∅ A 's f y ( d −d ' ) 34 ¿
Dalam hal ini As2 = As’, menghasilkan gaya yang sama besar namun berlawanan arah. Dan
akhirnya momen nominal total dari suatu balok bertulangan rangkap diperoleh dengan
menjumlahkan Mu1 dan Mu2:
a
[ ( )
∅ M n=M u 1+ M u 2=∅ A s 1 f y d−
2
+ A 's f y ( d−d ' ) 35 ¿
]
Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah dari As1 dan As2, sehingga:
A s= A s1 + A s 2= A s1 + A's 36 ¿
atau
A s1 =A s −A 's 37 ¿
Selanjutnya Persamaan 3.28 dan 3.31 dapat dituliskan pula dalam bentuk:
( As −A 's )
a= 38 ¿
0,85 f 'c b

[
∅ M n=∅ ( A s− A's ) f y d− ( a2 )+ A f (d−d )] 39 ¿
'
s y
'

Syarat batas maksimum rasio tulangan:


fy

( ρ−ρ' ) < ρmaks= ρb ( 0,003+

0,008
Es
40 ¿ )
Untuk fy = 400 MPa, maka (ρ – ρ’) ≤ 0,625 ρb, Ø = 0,90 dan εt = 0,005. Apabila
ρ1 = (ρ – ρ’) > ρmaks, maka penampang berada pada daerah transisi sehingga harus dipenuhi
persyaratan (ρ – ρ’) ≤ ρmaks (= 0,714 ρb). Maka nilai faktor reduksi kekuatan Ø akan lebih
kecil dari 0,90 untuk Mu1, dan Ø = 0,90 untuk Mu2. Sehingga persamaan menjadi:

[
∅ M n=M u 1+ M u 2=∅ A s 1 f y d− ( a2 )]+0,90 A f ( d−d ) 41 ¿ '
s y
'

Apabila tulangan tekan sudah leleh akan dipenuhi:


' fy
ε s ≥ ε y=
Es
Dari perbandingan diagram regangan segitaga di atas sumbu netral, dan menggunakan
nilai Es = 200.000 MPa, maka:
c 0,003 600
= =
d' fy 600−f y
0,003−
Es
600
c= ( 600−f ) d 42¿
y
'

Mengingat bahwa:
A s1 f y =0,85 f 'c a b
serta
A s1 =A s −A 's dan ρ1=( ρ−ρ' )

Εcu =
d 0,003
’ As c

d
εs =
b fy/Es

Gambar

Maka dapat diperoleh hubungan berikut:

( ρ−ρ' ) bd f y =0,85 f 'c a b


Atau
f 'c a
( ρ−ρ' )=0,85 ( )( )
fy d
43 ¿

Dengan mengingat hubungan a = β1c, serta dari persamaan 3.37, maka diperoleh:
600
a=β 1 c= β1 ( 600−f ) d 44 ¿
y
'

Maka persamaan 3.38 dapat dituliskan kembali menjadi:


f 'c d' 600
'
( ρ−ρ )=0,85 β 1
fy ( )( )( d 600−f y
=K 45 ¿
)
Apabila nilai (ρ – ρ’) lebih besar daripada nilai di sisi kanan persamaan 3.41, maka
tulangan baja tekan dapat dinyatakan sudah leleh.

0,85 fc’ εcu εcu


d’ εy εy
As’ a
Cc
d εs’ > εy εs’ < εy

As
T = As fy εy εy
b
Gambar

Selain itu dari persamaan 3.41 dapat diturunkan suatu syarat pemeriksaan apakah tulangan
tekan sudah leleh atau belum, yaitu:
f 'c d' 600
'
( ρ−ρ ) ≥ 0,85 β 1 ( ) ( )(
fy d 600−f y
=K 46 ¿
)
Ini adalah kondisi tulangan baja tekan sudah mencapai kuat lelehnya. Nilai K untuk
beberapa nilai fc’ dan fy ditampilkan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai K untuk Pemeriksaan Kelelhan Tulangan Tekan

fc’ (MPa) fy (MPa) β1 K K (dengan d’ = 50 mm)


20 400 0,850 0,1084(d’/d) 5,4188/d
25 400 0,850 0,1355(d’/d) 6,7734/d
30 400 0,836 0,1599(d’/d) 7,9943/d
35 400 0,800 0,1785(d’/d) 8,9230/d
40 400 0,764 0,1948(d’/d) 9,7410/d

Contoh Soal 6:
Suatu balok beton bertulangan rangkap dengan lebar 300 dan tinggi efektif d = 600 mm.
Tulangan tarik terdiri dari 6D29 yang diletakkan dalam dua baris tulangan. Tulangan tekan
terdiri dari 3D22 seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Hitunglah kuat momen
rencana dari balok tersebut jika diketahui mutu beton dan tulangan baja adalah fc’ = 25
MPa dan fy = 400 MPa.
Penyelesaian:
1. Periksa apakah tulangan tekan sudah leleh
50 ataukah belum:
3D22
As = 6 x 660 = 3.960 mm2
d = 600

As 3.960
ρ= = =0,022
6D29 b d 300 x 600

100 As’ = 3 x 380 = 1.140 mm2

b = 300 ' A 's 1.140


ρ= = =0,00633
b d 300 x 600
As – As’ = 3.960 – 1.140 = 2.820 mm2
ρ – ρ’ = 0,022 – 0,00633 = 0,01567
Agar tulangan tekan sudah leleh, maka harus dipenuhi persyaratan:
f 'c d' 600
'
( ρ−ρ ) ≥ 0,85 β 1
fy ( ) ( )( d 600−f y
=K
)
Dengan fc’ = 25 MPa, fy = 400 MPa, d’ = 50 mm dan d = 600 mm, maka:
f 'c d' 600 25 50 600
K=0,85 β 1 ( )( )(
fy d 600−f y
=0,85 x 0,85
)
400 ( )( 600 )( 600+400 )
¿ 0,01129
( ρ−ρ' )=0,01567> 0,01129, (Tulangan tekan sudah leleh)
2. Periksa apakah (ρ – ρ’) < ρmaks. Untuk fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa, dari Tabel 3.2
diperoleh ρb = 0,0271 dan ρmaks = 0,01693. (ρ – ρ’) = 0,01567 < ρmaks = 0,01693 dan
Ø = 0,90 (penampang terkendali tarik).
3. ØMn dapat dihitung:

[
∅ M n=∅ ( A s− A's ) f y d− ( a2 )+ A f (d−d )]
'
s y
'

dengan:
( As −A 's ) f y ( 2.282 ) x 400
a= = =176,94 mm
0,85 f b '
c
0,85 x 25 x 300

176,94
[
∅ M n=0,90 2.282 x 400 x 600− ( 2 )
+ ( 1.140 x 400 x (600−50) )
]
¿ 745.024 .658 Nmm≈ 745,02 kNm

TULANGAN TEKAN BELUM LELEH

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila:


f 'c d' 600
( ρ−ρ' ) ≤ 0,85 β 1 ( )( )(
fy d 600−f y )
=K 47 ¿

Dari Gambar dengan menggunakan perbandingan segitiga diperoleh:


c−d '
ε 's=0,003 ( )
c

c−d ' c−d '


( ) ( )
f s=E s ε 's =200.000 ( 0,003 )
c
=600
c
'
C = A ( f −0,85 f )= A [ 600 ( −0,85 f ]
c−d
c )
' ' ' ' '
s s s c s c

C c =0,085 f 'c β 1 c b
Karena
T = A s f y =C c + C s , maka:

c−d '
A s f y =0,085 f 'c β 1 c b+ A 's 600 [ ( ) c
−0,85 f 'c ]
Apabila diatur kembali, maka persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk:

( 0,085 f 'c β 1 b ) c 2 + [ ( 600 A 's )−(0,85 f 'c A's )− A s f y ] c −600 A 's d ' =0 48 ¿
Persamaan di atas identik dengan persamaan berikut:
K 1 c 2+ K 2 c + K 3=0 49 ¿
Dengan:
K 1=0,085 f 'c β 1 b

K 2= A 's ( 600−0,85 f 'c ) −A s f y

K 3=−600 A 's d '


Nilai c dala persamaan di atas dapat dihitung dengan rumus ABC sederhana, yaitu:
−K 2 ± √ K 22−4 K 1 K 3
c= 50 ¿
2 K1
Dengan diketahuinya c, fs’, a, Cc dan Cs dapat dihitung, demikian pula dengan kuat momen
rencana penampang:

∅ M n=∅ C c d−
[ ( a2 )+C (d−d )] 51 ¿
s
'

Bila tulangan tekan belum leleh, fs’ < fy maka luas total tulangan tarik yang dibutuhkan
untuk suatu penampang persegi adalah:
f 's ρ' f '
Maks A s= ρmaks bd + A's
fy ( )
=bd ρmkas + s 52¿
fy

Atau jika disyaratkan dalam rasio tulangan, maka persamaan 3.47 dapat dibagi dengan bd:
Maks A s ρ ' f 's
Maks ρ= ≤ ρmkas+
bd fy
Atau
f 's
( ρ−ρ '
fy )
< ρmkas 53¿

Denganρmaks adalah rasio tulangan maksimum untuk penampang bertulangan tunggal


(Persamaan 3.25).

Contoh Soal

60 Hitunglah kuat momen rencana dari balok beton


3D25 bertulangan rangkap yang ditunjukkan dalam Gambar
dt = 640
d = 610

di samping. Gunakan fc’ = 35 MPa dan fy = 400 MPa,

6D32
serta As’ = 1.470 mm2 (3D25) dan As = 4.824 mm2
(6D32).
90

b = 350
Penyelesaian:
1. Hitung nilai ρ dan ρ’:
As 4.824
ρ= = =0,02259
b d 350 x 610

'A 's 1.470


ρ= = =0,00689
b d 350 x 610

( ρ−ρ' )=0,02259−0,00689=0,0157

2. Periksa apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum, gunakan nilai β1 = 0,80 untuk
fc’ = 35 MPa.
f 'c d' 600 35 60 600
K=0,85 β 1 ( )( )(
fy d 600−f y )
=0,85 (0,80)
400 ( )( 610 )( 600−400 )
K=0,01755
( ρ−ρ' )=0,0157< 0,01755
Untuk fc’ = 35 MPa dan fy = 400 MPa, dari Tabel 3.2 ρb = 0,0357 dan ρmaks = 0,02231
( ρ−ρ' )=0,0157< ρmaks=0,02231 ¿)
3. Hitung ØMn dengan analisis gaya dalam:
C c =0,85 f 'c a b, dengan (a = β1c = 0,80 c)
C c =0,85 x ( 35 ) x ( 0,80 c ) x ( 350 )=8,330 c

c−d '
C s= A 's 600 [ ( )
c ]
−0,85 f 'c =1.470 600
c−60
[ ( )
c
−0,85 x 35
]
C s=882.000 ( c−60
c )
−43.732,5

T = A s f y =4.824 ( 400 ) =1.920.600 N


4. Susun persamaan keseimbangan antara T, Cs dan Cc untuk mendapatkan nilai c:
T =C c +C s

1.920 .600=8,330 c +882.000 ( c−60


c )
−43.732,5

8,330 c 2−1.091 .332,5 c−52.920.000=0


Sehingga diperoleh c = 168,68 mm. Maka a = 0,80 (168,68) = 134,94 mm
5. Hitung nilai fs’, Cc dan Cs:
c−d ' 168,68−60
f 's=600 ( ) (c
=600
168,68 )
=386,56 MPa <f y =400 MPa

C c =8,330 c=8,330 x 168,68=1.405 .104,4 N

C s=882.000 ( c−60
c ) −43.732,5=882.000 (
168,68−60
168,68 )
−43.732,5

¿ 524.537,36 N
6. Hitung ØMn:

∅ M n=∅ C c d−
[ ( a2 )+C (d−d )]
s
'

134,94
[
¿ 0,90 1.405 .104,4 610− ( 2 )
+524.537,36 ( 610−60 )
]
¿ 945.726 .154,32 Nmm ≈ 945,73 kNm
7. Periksa apakah:
f 's
( ρ−ρ'
fy )
< ρmkas

386,56
( 0,02259− 0,00689 x ( 400 ))
< ρ maks=0,02231

0,01593< ρ maks=0,02231
8. Periksa nilai c/dt:
c/dt = 168,68/640 = 0,2635 < 0,375

( d −c
atau ε t =
c
t
) ε =(
640−168,68
168,68 )
cu 0,003=0,0084>0,005

merupakan jenis penampang terkendali tarik.

Anda mungkin juga menyukai