ε ≥ εs = εy = εs < ε y =
(a)s (b) (c)
0,005 fy/Es 0,002
Gambar 1.1 Tiga macam keruntuhan ditinjau dari persentase tulangan baja
1.2 Batasan Regangan
Menurut SNI 2847:2013 Pasal 10.3, dalam hal perencanaan beton bertulang maupun
beton prategang, berdasar kepada konsep regangan yang terjadi pada penampang beton
dan tulangan baja. Secara umum ada tiga macam jenis penampang yang dapat
didefinisikan, yaitu:
1. Regangan berimbang (balanced strain condition). Kondisi ini terjadi ketika tulangan
baja tarik mencapai tegangan leleh εy, sedangkan beton mencapai regangan ultimit
sebesar εcu = 0,003. Penampang demikian disebut penampang seimbang.
2. Penampang terkendali tekan (compression controller section). Kondisi ini terjadi
apabila regangan tulangan tarik terluar sama atau kurang dari batasan regangan yang
diizinkan, sedangkan beton mencapai regangan ultimit sebesar εcu = 0,003. Untuk
tulangan baja dengan fy = 400 MPa, regangan tekan sama dengan 0,002. Kasus ini
terjadi pada elemen kolom struktur beton yang menerima beban aksial dan momen
lentur.
3. Penampang terkendali tarik (tension controller condition). Terjadi ketika regangan
baja mencapai 0,005 atau lebih, dan beton mencapai regangan ultimitnya sebesar εcu =
0,003. Ketiga batasan regangan tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Penampang yang berada di antara terkendali tekan dan terkendali tarik, dinamakan berada
di daerah transisi. Regangan tarik εt pada kuat nominal di daerah transisi, tidak boleh
kurang dari 0,004 untuk setiap elemen struktur tanpa beban aksial, ataupun bila ada beban
aksial tidak melebihi 0,10.fc’.Ag dengan Ag adalah luas gross penampang beton.
1.3 Faktor Reduksi Kekuatan
Kuat nominal elemen struktur baik yang memikul lentur, beban aksial (normal),
geser maupun puntir, harus dikalikan dengan suatu faktor reduksi yang besarnya kurang
dari satu. Hasil kali kuat nominal dengan faktor reduksi disebut kuat rencana. Faktor
reduksi digunakan mengingat beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengantisipasi segala ketidakpastian dari kuat nominal penampang akibat dimensi,
material, serta ketidak akuratan persamaan-persamaan dalam perenacanaan.
2. Merefleksikan tingkat daktilitas dan keandalan elemen struktur akibat efek yang
ditimbulkan oleh beban kerja.
3. Merefleksikan tingkat kepentingan suatu elemen struktur.
Beberapa nilai faktor reduksi kekuatan Ø yang digunakan menurut SNI 2847:2013
Pasal 9.3 sebagai berikut:
1 5
∅=0,65+0,25 ( − ) ( untuk tulangan non−spiral ) 4 ¿
c /d 3 t
dengan:
c = tinggi sumbu netral pada kuat nominal (c2 pada Gambar 1.2)
dt = jarak dari serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar.
Ø
0,90
tulangan
spiral
0,65 tulangan
0,75 non-spiral
daerah transisi daerah dominan tarik
daerah
εt = 0,002
ε
εt = 0,005
dominan c/dt = 0,600 c/dt = 0,375
tekan
Gambar 1.3 Variasi nilai Ø terhadap εt untuk fy = 400 MPa dan baja prategang
22
0,8
0,43
c/dt =
εt = 0,004
Ø
Daerah transisi
0,375
c/dt =
εt = 0,005
02
0,9
tarik
Daerah terkendali
Gambar 1.4 Variasi Ø dan batas regangan untuk komponen struktur lentur dengan fy = 400 MPa
Gambar 1.2.c, maka nilai c/dt = 0,003/(0,002 + 0,003) = 0,600 untuk mutu tulangan baja
fy = 400 MPa. Dengan cara yang sama, ketika regangan tulangan mencapai 0,005, nilai
c/dt = 0,003/(0,002 + 0,006) = 0,375, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.3. Untuk elemen
struktur lentur beton bertulang, nilai εt harus sama atau besar dari 0,004 sesuai dengan
yang disyaratkan pada SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5. Maka berarti:
∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 2503 )=0,65+( 0,004 +0,002 ) ( 2503 )=0,817 ≈ 0,82
Diperlihatkan pada Gambar 1.4 menunjukkan batasan nilai Ø ini.
fc” =
k3fc’
k2
cC =
c k1k3fc’bc
Sumbu
netral
Gambar 1.5 Deskripsi matematis dari blok diagram tegangan tekan
Untuk tujuan analisis maupu desain penampang beton SNI 2847:2013 Pasal 10.2.7
mengizinkan untuk menggunakan distribusi blok diagram tegangan ekuivalen berbentuk
empat persegi panjang dalam menghitung kuat lentur nominal. Blok diagram tegangan
ekuivalen dikenal sebagai blok tegangan Whitney. Blok diagram tegangan tersebut
didefinisikan sebagai berikut:
1. Tegangan tekan merata sebesar 0,85fc’ diasumsikan merata pada daerah tekan
ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus yang sejajar sumbu
netral sejarak a = β1c dari serat beton yang mengalami regangan tekan maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus diukur
tegak lurus sumbun tersebut.
3. Faktor β1 dapat dihitung sebagai berikut:
a. Untuk kuat tekan beton fc’ kurang atau sama dengan 28 MPa
β 1=0,85 5 ¿
b. Untuk 28 MPa < fc’ < 56 MPa
f 'c −28
β 1=0,85−0,05 6¿
7
c. Untuk fc’ lebih besar dari 56 MPa
β 1=0 , 6 5 7 ¿
Untuk suatu daerah tekan persegi dengan lebar b dan tinggi sumbu netral c, maka
resultan gaya tekan yang terjadi adalah:
C c =0,85 f 'c b β 1 c=0,85 β 1 f 'c b c 8 ¿
Pada Gambar 1.6 ditunjukkan model blok diagram tegangan beton yang diusulkan
oleh Whitney dan diadopsi pula dalam peraturan SNI 2847:2013:
d
c
a = β1c
0,85fc’
C = 0,85β1fc’bc
T
c a=
β1c
C = 0,85β1fc’bc
(a) (b)
Gambar 1.6 a) blok diagram tegangan ekuivalen dan gaya, b) perspektif blok
diagram tegangan ekuivalen
εy = fy/Es T = As fy
b
Gambar 1.5 Penampang persegi pada kondisi seimbang
Dari diagram regangan pada Gambar di atas, maka dengan menggunakan perbandingan
segitiga aka diperoleh hubungan berikut:
cb 0,003
= 9¿
d f
0,003+ y
Es
0,003 600
c b=
( 0,003+
fy
d=
) (
600+ f y
d 10 ¿
)
200.000
C c =T
A sb f y
a b= 12 ¿
0,85 f 'c b
A sb
ρb = 13 ¿
bxd
dengan:
f 'c 600
ρb =0,85 x β 1
(
f y 600+ f y
15¿
)
Momen nominal dari suatu balok persegi bertulangan tunggal dihitung dengan mengalikan
nilai C atau T pada Gambar di atas dengan jarak antara kedua gaya tersebut. Maka:
M n=C x z=T x z
Atau
( a2 )= A f ( d− a2 ) 16 ¿
M n=0,85 f 'c ab d− s y
Nilai a, dihitung terlebih dahulu dari persamaan 3.10. Untuk mendapatkan besarnya kuat
rencana ØMn, maka kuat momen nominal Mn, harus direduksi dengan cara dikalikan
dengan faktor reduksi kekuatan Ø:
Karena As = ρbd, maka persamaan 3.15 dapat dituliskan dalam variabel rasio tulangan baja
sebagai berikut:
ρbd f y ρf y
∅ M n=∅ f y ρbd d−
( '
)
1,7 f c b
=∅ ρ f y b d 2 1−
(
1,7 f 'c
18 ¿
)
Persamaan tersebut bisa ditulis secara ringkas menjadi:
∅ M n=Ru b d 2 19 ¿
dengan:
ρf y
Ru=∅ ρ f y 1−
( 1,7 f 'c ) 20 ¿
Dalam edisi terakhir ACI 318M-11 atau SNI 2847:2013 Pasal 10.3.5 disyaratkan bahwa
nilai εt pada kondisi kuat lentur nominal harus lebih besar atau sama dengan 0,004. Ini
berlaku untuk balok beton non-prategang serta komponen yang memikul beban aksial
kurang dari 0,1fc’Ag.
Regangan pada kondisi seimbang ditunjukkan oleh Gamabr di bawah, dari hubungan yang
sudah diturunkan sebelumnya diperoleh:
ab A sb x f y ρ f d
c b= = '
= b y'
β 1 0,85 f c β 1 b 0,85 f c β1
Dengan cara yang sama diperoleh pula hubungan:
ρ f yd
c=
0,85 f 'c β 1
Dari kedua persamaan di atas dapat dinyatakan perbandingan antara c dan cb.
c ρ
=
c b ρb
Apabila kedua ruas dibagi dengan d, maka akan diperoleh:
c ρ cb
= 21¿
c b ρb d
Dari Gambar di atas dengan menggunakan perbandingan segitiga, didapat persamaan:
c 0,003
= 22¿
d 0,003+ ε t
dan didapatkan pula
cb 0,003
= 23¿
d f
0,003+ y
Es
Selanjutnya dari persamaan 3.19 dan 3.21:
c ρ cb ρ 0,003
= =
d ρ b d ρb
( 0,003+
fy
Es )
24 ¿
Subsitusikan Persamaan 3.22 ke dalam persamaan 3.20 dan susun kembali persamaannya
sehingga diperoleh hubungan berikut:
fy
0,003+
ρ Es
= 25 ¿
ρb 0,003+ ε t
Batas maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai εt = 0,005,
sehingga dari Persamaan 3.23 dapat dirumuskan:
fy
ρmaks = ( 0,003+
0,008
Es
)
ρb 26 ¿
Jika tulangan baja mempunyai fy = 400 MPa dan, Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,625 ρb
Dengan batasan tersebut, penampang akan dikatagorikan sebagai penampang terkendali
tarik, dan nilai faktor reduksi Ø = 0,90. Sedangkan balok dengan ρ > ρmaks akan
menghasilkan εt yang kurang dari 0,005 SNI 2847:2013 Pasal 10.3 mensyaratkan nilai εt
tidak boleh kurang dari 0,004, untuk menjamin tingkat daktilitas serta memperlihatkan
tanda yang napak secara visual sebelum terjadi keruntuhan. Bila nilai εt diambil sebesar
0,004, maka persamaan 3.23 menjadi:
fy
0,003+
ρ Es
= 27 ¿
ρb 0,007
Untuk fy = 400 MPa dan Es = 200.000 MPa, maka ρmaks = 0,417 ρb, penampang berada pada
daerah transisi, maka nilai Ø pada transisi adalah sebesar:
∅=0,65+ ( ε t −0,002 ) ( 250/3 ) =0,65+ ( 0,004−0,002 ) ( 250/3 )=0,817
Tabel 3.2 menunjukkan nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt =
0,005 dan nilai faktor reduksi Ø = 0,90. Sedangkan Tabel 3.3 menunjukkan nilai ρ dan Ru
untuk penampang pada daerah transisi dengan, εt = 0,004 dan nilai faktor reduksi Ø =
0,817
Tabel 3.2 Nilai ρ dan Ru = Mu/bd2 untuk penampang terkendali tarik, εt = 0,005 dan Ø =
0,90
d = 650 h = 700
As maks
b = 400
Penyelesaian:
a. Luas tulangan baja pada kondisi seimbang
f 'c 600
ρb =0,85 x β 1
(
f y 600+ f y )
Karena fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa dan β1 = 0,85, maka:
25 600
ρb =0,85 x 0,85 (
400 600+400
=0,0271 )
Luas tulangan yang diperlukan untuk mencapai kondisi seimbang adalah:
A sb=ρb bd=0,217 x 400 x 650=7.046 mm2
b. Untuk penampang terkendali tarik ρmaks. = 0,625 ρb = 0,625 x 0,0271 = 0,01693
(atau dapat dilihat pada Tabel 3.2) dan faktor reduksi Ø = 0,90
A s maks=ρmaks bd=0,01693 x 400 x 650=4.401,8 mm2
Untuk penampang pada daerah transisi, ρmaks. = 0,714 ρb = 0,714 x 0,0271 =
0,01935 (atau dapat dilihat pada Tabel 3.3) dan faktor reduksi Ø = 0,817
A s maks=ρmaks bd=0,01935 x 400 x 650=5.031mm2
c. Tinggi blok diagram tegangan tekan ekivalen dihitung menggunakan As maks
A s maks f y 4.401,8 x 400
a maks = '
= =207,14 mm
0,85 f bc
0,85 x 25 x 400
Jarak dari serat atas ke sumbu netral adalah c = a/β1 dengan β1 = 0,85
207,14
c= =243,69mm
0,85
21,25
εcu = 0,003
207,14
243,69 Cc
d = 650
h = 700
3D29
εs > εy T
b = 400
Contoh Soal 2
Tentukan besarnya kuat momen rencana ØMn, serta lokasi sumbu netral dari penampang
balok pada Gambar di bawah Gunakan tulangan baja 3D25, dengan fy = 400 MPa dan
fc’ = 20 MPa.
17 MPa
εcu = 0,003
Cc = 0,85fc’ab
155,2
182,6
= 792.000 N
9
9
550
d=
3D29
0,00602 T = As fy
b = 300 = 792.000 N
Penyelesaian:
1. Luas total tulangan baja 3D25 adalah As = 1.980 mm2
As 1.980
ρ= = =0,012
bd 300 x 350
2. Rasio tulangan baja kondisi seimbang ρb:
f' 600 20 600
ρb =0,85 β1 c
f y 600+f y
=0,85 x 0,85 x
(x
400 600+ 400 )
=0,02168 ( )
ρmaks =0,625 ρb=0,625 x 0,02168=0,01355> ρ=0,012
As f y 1.980 x 400
a= '
= =155,29 mm
0,85 f b c
0,85 x 20 x 300
a 155,29
c= = =182,69 mm
0,85 0,85
dt = d = 550 mm
ε t= ( d−cc ) ε =( 550−182,69
cu
182,69 )
x 0,003=0,00603>0,005
atau c/dt = 182,69/550 = 0,3322 < 0,375, penampang terkendali tarik Ø = 0,90
Contoh Soal 3
Dengan menggunakan data pada Contoh soal 2, namun tulangan baja dirubah menjadi
3D32 (As = 2.412,74 mm2). Hitung kembali kuat momen rencana penampang tersebut
(lihat Gambar di bawah).
17 MPa
εcu = 0,003
189,23
Cc = 0,85fc’ab
222,62
= 965.096 N
d = 550
3D32
0,00441 T = As fy
b = 300 = 965.096 N
Penyelesaian:
ε t= ( d−cc ) ε =( 550−222,62
cu
222,62 )
x 0,003=0,00441
Nilai ini kurang dari 0,005 tetapi lebih besar dari 0,004. Penampang berada pada
daerah transisi, maka nilai faktor reduksi menjadi:
Apabila momen terfaktor yang bekerja pada balok cukup kecil, sehingga luas tulangan baja
yang dibutuhkan juga sedikit, maka dalam peraturan SNI 2847:2013 Pasal 10.5.1
disyaratkan perlu memberikan tulangan minimum, yang besarnya dapt dihitung sebagi
berikut:
f 'c
f 'c 1,4
ρmin =
√ ≥
4fy f y
29 ¿
Suku pertama dari persamaan tersebut digunakan untuk beton dengan mutu yang lebih
besar dari 30 MPa, sedangkan suku kedua dalam persamaan digunakan untuk mutu beton
kurang dari 30 MPa. Hal ini dikarenakan kedua persyaratan tersebut akan memiliki nilai
sama besar pada nilai fc’ = 31,4 MPa. Oleh karena itu dirumuskan pula:
1,4
ρmin = 30¿
fy
f 'c
ρmin =
√4fy
31 ¿
Suatu penampang dikatakan “cukup” apabila momen rencan ØMn > Mu (momen terfaktor)
yang bekerja pada penampang tersebut. Prosedur pemeriksaan kecukupan penampang
dapat dilakukan dengan urut-urutan sebagi berikut:
1. Hitung besarnya momen terfaktor Mu
2. Hitung ØMn dengan urutan:
a. Periksa apakah ρmin < ρ < ρmaks
b. Hitung a = Asfy/(0,85fc’b), dan periksa nilai εt dan Ø
c. Hitung ØMn = ØAsfy(d – a/2)
3. Jika ØMn ≥ Mu, maka penampang dikatakan mencukupi
Contoh Soal 4
Sebuah balok kantilever beton bertulang sepanjang 2,5 m memiliki penampang persegi
dengan penulangannya seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Balok memikul beban
mati (termasuk berat sendiri balok) sebesar 20 kN/m, dan beban hidup sebesar 13 kN/m.
Dengan menggunakan fc’ = 25 MPa dan fy = 400 MPa, perksa apakah balok cukup kuat
memikul beban yang bekerja.
50 qD = 20 kN/m; qL = 13 kN/m
3D22
d=
200 L = 2,50
m
b=
Penyelesaian:
200
ε t= ( d−cc ) ε =( 400−126,22
cu
126,22 )
x 0,003=0,00651>0,005
Contoh Soal 5:
Sebuah balok tertumpu sederhana dengan panjang 6 m. Penampang balok ditunjukkan
dalam Gambar di bawah dengan fc’ = 20 MPa dan fy = 400 MPa. Tentukan besarnya
beban hidup merata yang dapat bekerja pada balok, denga asumsi beban mati hanya dari
berat sendiri balok.
qD; qL
d = 450
3D25 L=6m
50
b = 300
Penyelesaian:
1. Periksa niai ρ:
A s 1.472,62
ρ= = =0,01089
b d 300 x 450
f 'c 600 20 600
ρb =0,85 β1
(
f y 600+f y )
=0,85 x 0,85 x x
400 600+ 400 ( )
¿ 0,02168
ρmaks =0,625 ρb=0,625 x 0,02168=0,01355(lihat Tabel 3.2)
ρ < ρmaks, sehingga penampang termasuk terkendali tarik, dan Ø = 0,90
Periksa juga bahwa ρ < ρmin = 1,4/fy = 1,4/400 = 0,0035
2. Hitung kuat momen rencana:
As f y
(
∅ M n=∅ A s f y d−
1,7 f 'c b )
1,472,62 x 400
¿ 0,90 x 1.472,62 x 400 x 450− ( 1,7 x 20 x 300 )
¿ 207.633 .176,47 Nmm ≈ 207,63 kNm
3. Beban mati yang bekerja adalah berat sendiri balok, yaitu:
qD = (300 x 500) x 10-6 = 3,6 kN/m (24 kN/m3 adalah berat jenis beton
bertulang)
4. Besar momen terfaktor dihitung sebagai berikut:
M u=1,2 M D +1,6 M L
M u 1=∅ A s 1 f y d− ( a2 ) 33 ¿
0,85 fc’
d Cs a/
’ A s’ a 2
Cc
d
As
T
b
= +
0,85 fc’
a/
a 2 A s’
Cc
d – d’
d - a/2
As As2
T1 = As fy T 2 = A s’ f y
b
Gambar
Selanjutnya Mu2 dapat dihitung dengan mengasumsikan tulangan tekan As’ sudah leleh:
M u 2=∅ A s 2 f y ( d−d ' ) =∅ A 's f y ( d −d ' ) 34 ¿
Dalam hal ini As2 = As’, menghasilkan gaya yang sama besar namun berlawanan arah. Dan
akhirnya momen nominal total dari suatu balok bertulangan rangkap diperoleh dengan
menjumlahkan Mu1 dan Mu2:
a
[ ( )
∅ M n=M u 1+ M u 2=∅ A s 1 f y d−
2
+ A 's f y ( d−d ' ) 35 ¿
]
Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah dari As1 dan As2, sehingga:
A s= A s1 + A s 2= A s1 + A's 36 ¿
atau
A s1 =A s −A 's 37 ¿
Selanjutnya Persamaan 3.28 dan 3.31 dapat dituliskan pula dalam bentuk:
( As −A 's )
a= 38 ¿
0,85 f 'c b
[
∅ M n=∅ ( A s− A's ) f y d− ( a2 )+ A f (d−d )] 39 ¿
'
s y
'
0,008
Es
40 ¿ )
Untuk fy = 400 MPa, maka (ρ – ρ’) ≤ 0,625 ρb, Ø = 0,90 dan εt = 0,005. Apabila
ρ1 = (ρ – ρ’) > ρmaks, maka penampang berada pada daerah transisi sehingga harus dipenuhi
persyaratan (ρ – ρ’) ≤ ρmaks (= 0,714 ρb). Maka nilai faktor reduksi kekuatan Ø akan lebih
kecil dari 0,90 untuk Mu1, dan Ø = 0,90 untuk Mu2. Sehingga persamaan menjadi:
[
∅ M n=M u 1+ M u 2=∅ A s 1 f y d− ( a2 )]+0,90 A f ( d−d ) 41 ¿ '
s y
'
Mengingat bahwa:
A s1 f y =0,85 f 'c a b
serta
A s1 =A s −A 's dan ρ1=( ρ−ρ' )
Εcu =
d 0,003
’ As c
’
d
εs =
b fy/Es
Gambar
Dengan mengingat hubungan a = β1c, serta dari persamaan 3.37, maka diperoleh:
600
a=β 1 c= β1 ( 600−f ) d 44 ¿
y
'
As
T = As fy εy εy
b
Gambar
Selain itu dari persamaan 3.41 dapat diturunkan suatu syarat pemeriksaan apakah tulangan
tekan sudah leleh atau belum, yaitu:
f 'c d' 600
'
( ρ−ρ ) ≥ 0,85 β 1 ( ) ( )(
fy d 600−f y
=K 46 ¿
)
Ini adalah kondisi tulangan baja tekan sudah mencapai kuat lelehnya. Nilai K untuk
beberapa nilai fc’ dan fy ditampilkan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai K untuk Pemeriksaan Kelelhan Tulangan Tekan
Contoh Soal 6:
Suatu balok beton bertulangan rangkap dengan lebar 300 dan tinggi efektif d = 600 mm.
Tulangan tarik terdiri dari 6D29 yang diletakkan dalam dua baris tulangan. Tulangan tekan
terdiri dari 3D22 seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah. Hitunglah kuat momen
rencana dari balok tersebut jika diketahui mutu beton dan tulangan baja adalah fc’ = 25
MPa dan fy = 400 MPa.
Penyelesaian:
1. Periksa apakah tulangan tekan sudah leleh
50 ataukah belum:
3D22
As = 6 x 660 = 3.960 mm2
d = 600
As 3.960
ρ= = =0,022
6D29 b d 300 x 600
[
∅ M n=∅ ( A s− A's ) f y d− ( a2 )+ A f (d−d )]
'
s y
'
dengan:
( As −A 's ) f y ( 2.282 ) x 400
a= = =176,94 mm
0,85 f b '
c
0,85 x 25 x 300
176,94
[
∅ M n=0,90 2.282 x 400 x 600− ( 2 )
+ ( 1.140 x 400 x (600−50) )
]
¿ 745.024 .658 Nmm≈ 745,02 kNm
C c =0,085 f 'c β 1 c b
Karena
T = A s f y =C c + C s , maka:
c−d '
A s f y =0,085 f 'c β 1 c b+ A 's 600 [ ( ) c
−0,85 f 'c ]
Apabila diatur kembali, maka persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk:
( 0,085 f 'c β 1 b ) c 2 + [ ( 600 A 's )−(0,85 f 'c A's )− A s f y ] c −600 A 's d ' =0 48 ¿
Persamaan di atas identik dengan persamaan berikut:
K 1 c 2+ K 2 c + K 3=0 49 ¿
Dengan:
K 1=0,085 f 'c β 1 b
∅ M n=∅ C c d−
[ ( a2 )+C (d−d )] 51 ¿
s
'
Bila tulangan tekan belum leleh, fs’ < fy maka luas total tulangan tarik yang dibutuhkan
untuk suatu penampang persegi adalah:
f 's ρ' f '
Maks A s= ρmaks bd + A's
fy ( )
=bd ρmkas + s 52¿
fy
Atau jika disyaratkan dalam rasio tulangan, maka persamaan 3.47 dapat dibagi dengan bd:
Maks A s ρ ' f 's
Maks ρ= ≤ ρmkas+
bd fy
Atau
f 's
( ρ−ρ '
fy )
< ρmkas 53¿
Contoh Soal
6D32
serta As’ = 1.470 mm2 (3D25) dan As = 4.824 mm2
(6D32).
90
b = 350
Penyelesaian:
1. Hitung nilai ρ dan ρ’:
As 4.824
ρ= = =0,02259
b d 350 x 610
( ρ−ρ' )=0,02259−0,00689=0,0157
2. Periksa apakah tulangan tekan sudah leleh atau belum, gunakan nilai β1 = 0,80 untuk
fc’ = 35 MPa.
f 'c d' 600 35 60 600
K=0,85 β 1 ( )( )(
fy d 600−f y )
=0,85 (0,80)
400 ( )( 610 )( 600−400 )
K=0,01755
( ρ−ρ' )=0,0157< 0,01755
Untuk fc’ = 35 MPa dan fy = 400 MPa, dari Tabel 3.2 ρb = 0,0357 dan ρmaks = 0,02231
( ρ−ρ' )=0,0157< ρmaks=0,02231 ¿)
3. Hitung ØMn dengan analisis gaya dalam:
C c =0,85 f 'c a b, dengan (a = β1c = 0,80 c)
C c =0,85 x ( 35 ) x ( 0,80 c ) x ( 350 )=8,330 c
c−d '
C s= A 's 600 [ ( )
c ]
−0,85 f 'c =1.470 600
c−60
[ ( )
c
−0,85 x 35
]
C s=882.000 ( c−60
c )
−43.732,5
C s=882.000 ( c−60
c ) −43.732,5=882.000 (
168,68−60
168,68 )
−43.732,5
¿ 524.537,36 N
6. Hitung ØMn:
∅ M n=∅ C c d−
[ ( a2 )+C (d−d )]
s
'
134,94
[
¿ 0,90 1.405 .104,4 610− ( 2 )
+524.537,36 ( 610−60 )
]
¿ 945.726 .154,32 Nmm ≈ 945,73 kNm
7. Periksa apakah:
f 's
( ρ−ρ'
fy )
< ρmkas
386,56
( 0,02259− 0,00689 x ( 400 ))
< ρ maks=0,02231
0,01593< ρ maks=0,02231
8. Periksa nilai c/dt:
c/dt = 168,68/640 = 0,2635 < 0,375
( d −c
atau ε t =
c
t
) ε =(
640−168,68
168,68 )
cu 0,003=0,0084>0,005