Anda di halaman 1dari 24

PERAN FARMASI DALAM

KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT
TIM DOSEN

2021
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang peran farmasi dalam


meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit

Indikator CPMK

 Mahasiswa mampu menguraikan dasar hukum sebagai acuan kerja kefarmasian


 Mahasiswa mampu menguraikan definisi keselamatan pasien dan jenis-jenis insiden
 Mahasiswa mampu menguraikan Standar, dan Sasaran Keselamatan Pasien KARS
 Mahasiswa mampu menguraikan tentang obat-obat yang harus diwaspadai
DASAR

 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit
 Permenkes No 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
 Permenkes No 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
 Standar Akreditasi Rumah Sakit, 2018, Edisi 1.1, Bag PKPO, SKP,
PMKP
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019, Petunjuk Teknis
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
DEFINISI Keselamatan Pasien

suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi:

asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan


analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
DEFINISI Insiden Keselamatan Pasien

setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang


mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien.
Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:

 Kondisi Potensial Cedera (KPC);


 Kejadian Nyaris Cedera (KNC);
 Kejadian Tidak Cedera (KTC); dan
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
• merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera (KTD)
Kejadian Tidak Diharapkan
pada pasien
• merupakan insiden yang sudah terpapar ke (KTC)
Kejadian Tidak Cedera
pasien, tetapi tidak timbul cedera.
• merupakan terjadinya insiden yang belum (KNC)
Kejadian Nyaris Cedera
sampai terpapar ke pasien.
• merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk (KPC)
Kondisi Potensial Cedera
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Jenis-jenis insiden
1 PENYELENGGARAAN KESELAMATAN
2 PASIEN

1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan


Keselamatan Pasien.

2) Penyelenggaraan Keselamatan Pasien dilakukan melalui pembentukan


sistem pelayanan yang menerapkan:
a. Standar Keselamatan Pasien;
b. Sasaran Keselamatan Pasien; dan
c. Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien.
PENYELENGGARAAN KESELAMATAN
3
PASIEN

3) Sistem pelayanan harus menjamin pelaksanaan:

a. Asuhan pasien lebih aman, melalui upaya yang meliputi asesmen


risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien;
b. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan
tindak lanjutnya; dan
c. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
4 PENYELENGGARAAN KESELAMATAN
PASIEN

4) Standar Keselamatan Pasien meliputi standar:

a. Hak pasien;
b. Pendidikan bagi pasien dan keluarga;
c. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan;
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan Keselamatan Pasien;
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien;
f. Pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien; dan
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan
Pasien.
4 PENYELENGGARAAN KESELAMATAN
PASIEN
(5) Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal:

a. Mengidentifikasi pasien dengan benar;


b. Meningkatkan komunikasi yang efektif;
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasienyang benar;
e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
4 PENYELENGGARAAN KESELAMATAN
PASIEN

(6) Tujuh langkah menuju Keselamatan Pasien sebagaimana terdiri atas:

1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien;


2. Memimpin dan mendukung staf;
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Mengembangkan sistem pelaporan;
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien; dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien.
Penanganan Insiden

 Penanganan Insiden ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan


kesehatan dan Keselamatan Pasien.
 Penanganan Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui
pembentukan tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan oleh pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan sebagai pelaksana kegiatan penanganan Insiden.
 Dalam melakukan Penanganan Insiden, tim keselamatan pasien melakukan
kegiatan berupa pelaporan, verifikasi, investigasi, dan analisis penyebab Insiden
tanpa menyalahkan, menghukum, dan mempermalukan seseorang.
 Tim Keselamatan Pasien bertanggung jawab langsung kepada
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.

 Keanggotaan Tim Keselamatan Pasien paling sedikit terdiri atas


unsur manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan unsur klinisi
di fasilitas pelayanan kesehatan.
Tugas Tim Keselamatan Pasien

1) Menyusun kebijakan dan pengaturan di bidang Keselamatan Pasien


2) Mengembangkan program Keselamatan Pasien
3) Melakukan motivasi, edukasi, konsultasi, pemantauan dan penilaian
tentang penerapan program Keselamatan
4) Melakukan pelatihan Keselamatan Pasien
5) Melakukan pencatatan, pelaporan Insiden, analisis insiden termasuk
melakukan RCA, dan mengembangkan solusi untuk meningkatkan
Keselamatan Pasien;
Tugas Tim Keselamatan Pasien

f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pimpinan


fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pengambilan
kebijakan Keselamatan Pasien;
g. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan; dan
h. Mengirim laporan Insiden secara kontinu melalui e-reporting
sesuai dengan pedoman pelaporan Insiden
PELAPORAN

 (1) Setiap Insiden harus dilaporkan secara internal kepada tim Keselamatan
Pasien dalam waktu paling lambat 2x24 (dua kali dua puluh empat) jam
dengan menggunakan format laporan sebagaimana tercantum pada Formulir 1.

 (2) Laporan sebagaimana diverifikasi oleh tim Keselamatan Pasien untuk


memastikan kebenaran adanya Insiden.

 (3) Setelah melakukan verifikasi laporan, tim Keselamatan Pasien melakukan


investigasi dalam bentuk wawancara dan pemeriksaan dokumen.
PELAPORAN

 (4) Berdasarkan hasil investigasi, tim Keselamatan Pasien menentukan derajat


insiden (grading) dan melakukan Root Cause Analysis (RCA) dengan metode
baku untuk menemukan akar masalah.

 (5) Tim keselamatan pasien harus memberikan rekomendasi keselamatan pasien


kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan hasil Root Cause
Analysis (RCA).

 (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Root Cause Analysis (RCA) diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
NASIONAL

1. SKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar


2. SKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif
3. SKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai
4. SKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar,
Pembedahan Pada PasienYang Benar
5. SKP.5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
6. SKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
SASARAN 3: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-
OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI

 Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang


persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau
kejadian sentinel (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) demikian pula obat-obat
yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA).

 Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO, misalnya,


kalium/potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
kalium/potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)],
natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan magnesium sulfat [sama
dengan 50% atau lebih pekat].
SASARAN 3: MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-
OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI

 Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian


tidak diharapakan adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-
obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat
dari unit pelayanan pasien ke farmasi.

 Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang


membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan
oleh petunjuk dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi,
serta menetapkan cara pemberian label yang jelas serta bagaimana
penyimpanannya di area tersebut sedemikian rupa, sehingga membatasi
akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN:

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,


lokasi, pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
a sih
a K
e r im
T

Anda mungkin juga menyukai