Anda di halaman 1dari 12

Modul Ke : Peran Pancasila

06 Sebagai Penangkal
Radikalisme Agama
Di Indonesia
Fakultas :

Program Studi :
Rad Cloud
Dirgantoro
Teknik Kesumojati, SH,.MH
Philoshopy Gronslag
Bangsa dan negara Indonesia merupakan suatu
Apa
bangsaitu Template?
yang besar dan luas serta terdiri dari banyak
Pulau. Masyarakat Indoensia terdiri dari berbagai
TeBangsa
keragaman dan negara
sosial, kelompok Indonesia
etnis, budaya, agama, merupakan
aspirasi
suatu politik dan sebagainya,
bangsa yang sehingga
besar bangsa
dan iniluas serta terdiri
secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat
dari banyak
multicultural. PancasilaPulau. Masyarakat
yang ditawarkan oleh Indoensia
Soekarno sebagai philosofische Gronslag (dasar,
terdiri
filsafat, daridariberbagai
atau jiwa) keragaman
Indonesia mardeka. Kemauan sosial,
dankelompok
hasrat untuk merdeka
etnis, menurut Soekarno
budaya, harus
agama, aspirasi
mendahului perdebatan mengenai dasar negara
politik
Indonesia. dan Soekarno
Menurut sebagainya, sehingga bangsa ini
buat apa membicarakan
dasar negara jika kemerdekaan tidak ada. Dari sini bisa
kitasecara sederhana
mengerti logika berpikirnya dapat
Soekarno disebut
yang sebagai
terlebih dahulu menggelorakan
masyarakat semangat untuk
multicultural. Pancasila yang
merdeka, bahkan ketika rakyat masih miskin sekalipun
ditawarkan
harus punya semangatoleh Soekarno sebagai
untuk merdeka.
philosofische Gronslag (dasar, filsafat, atau
Radikalisme Agama

Radikalisme agama merupakan hal tidak bisa di


sepelekan oleh bangsa Indonesia. Radikalisme
adalah paham atau gerakan yang menginginkan
pembaharuan dengan mengembalikan diri
mereka ke “akar” secara ektrem. Pandangan ini
kerap disandingkan dengan gerakan
fundamentalisme. Gerakan radikal biasanya
dicapai dengan segala cara, mulai dari cara
yang halus sampai cara yang keras sekalipun.
Bentuk – bentuk Radikalisme
• Realitas radikalisme agama di Indonesia kian hari kian menggelisahkan, khususnya
pasca reformasi. Radikalisme agama ditampilkan dalam tindakan dishumanis (tak
manusiawi) yang memilukan, seperti Bom Bali, tragedy Poso, Ambon, Sambas,
Tolikara, Penyerangan di Gereja St. Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu
(11/02/2018), yang menyebabkan setidaknya empat orang terluka akibat sabetan
senjata tajam, Ledakan bom bunuh diri terjadi di kawasan Gereja Santa Maria Tak
Bercela Surabaya yang terjadi, Minggu (13/5/2018) pukul 07.00 WIB, dst. Segala
apa yang jahat seperti tindakan membunuh, menteror, membakar, memusnahkan
sesama manusia itu anehnya dibingkai atas nama agama
• Hal yang memilukan lagi adalah bahwa ternyata para tokoh, pelaksana, eksponen,
pelaku kekerasan itu adalah orang-orang yang mengaku beragama. Pertanyaan
yang muncul adalah : Apakah agama mengajarkan orang menjadi radikal dan
tega menyakiti? Apakah artinya agama jika tidak melestarikan kehidupan manusia?
Apakah agama untuk memusnahkan kehidupan manusia? Masih terekam dengan
jelas bagaimana mencekamnya peristiwa peledakan bom yang dibingkai oleh
motivasi agama.
Radikalisme Agama: Gerakan
Membela Tuhan
Gerakan radikal dalam membela Tuhan dan agama menjadi
aktivitas yang terus berulang dalam sejarah manusia. Sejak
manusia mengenal agama. Kebenaran agamis dan iman akan
Tuhan menjadi bahan bakar bagi aneka gerakan ini. Ada dua cara
dalam memandang hal ini, yakni secara positif dan negative.
Secara positif, manusia dengan gairah ini hendak mengukuhkan
adanya otoritas Allah yang telah diyakininya. Secara negatif,
aneka semangat semacam ini kadang kala berbenturan keras
dengan aliran lain, yang kerap kali memunculkan rasa fanatisme,
apologisme, bahkan terorisme yang paling keras sekalipun.
Pencarian otentisitas keagamaan yang sangat bersemangat
pada gilirannya ternyata cenderung berujung pada
meningkatnya perjumpaan secara keras dengan pihak lain.
Ciri – ciri Kelompok Radikalisme
Pertama, kelompok yang tampil dengan ciri legal-formal yang menuntut
perubahan sistem hukum yang sesuai tata aturan dan tuntutan hukum
agama. Kedua, kelompok yang tampil dengan cirri doktriner dengan cara
memahami dan mempraktikkan agama serba mutlak dan kaku. Ketiga,
kelompok yang tampil dengan cara militant yang berhaluan keras, bahkan tak
segana melakukan penolakan frontal terhadap Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia dan bersikulah ingin menjadikan syariah sebagai
penggantinaya. Paham radikalisme yang selalu digerakkan dalam berbagai
momentum, dan tidak menutup kemungkinan akan dimanfaatkan pihak-pihak
lain, teruma kelompok ektrem yang keberadaannya masih kecil tetapi
suaranya sangat berisik (Noisy minority). Ketika radikalisme agama
dijadikan sebagai wadah pergerakan untuk melakukan perlawanan terhadap
pemerintah, sementara barisan mereka dilingkupi oleh ambisi kekuasaan dan
politik, bukan tidak mungkin segala cara hingga yang paling ektrem akan
dilakukan, bahkan dibingkai dalam berbagai aksi yang berjilid-jilid untuk
menekan dan mengintimidasi siapa pun yang dianggap berseberangan.
Kaum Farisi
Membela agama dan pelbagai ajarannya sebenarnya sudah
dilakukan pula oleh kaum Farisi. Mereka merasa begitu
mencintai Allah dan adat istiadat Yahudi. Nilai-nilai agama yang
telah diyakini selama berabad-abad dan termasuk dalam Taurat
harus di bela mati- matian. Orang Yahudi sejati bagi mereka
adalah mereka yang menjalankan Taurat. Barangsiapa menista
Taurat. Barangsiapa menista Taurat harus dihukum, bahkan
orang yang mengaku sebagai Anak Allah sekalipun. Yesus harus
disalib karena telah “mengobrak-abrik” praktek suci agama
Yahudi. Agama bagi mereka, sekali lagi, harus dibela! Di titik ini
muncul pertanyaan besar, yaitu: “Apakah agama harus dibela
sedemikian rupa? Apakah Tuhan yang mahasempurna
membutuhkan pembelaan yang maharapuh?”
Kedudukan Pancasila
Kedudukan pancasila sebagai ideologi negara harus menjadi
dasar dari tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila harus menjadi acuan bagi masyarakat Indonesia
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari ditengah
masyarakat. Kita mungkin bisa melihat bahwa belakangan ini
nilai Pancasila mulai pudar karena sedikit demi sedikit orang
kurang mengetahui makna dari Pancasila tersebut, di samping
itu muncul beberapa faktor radikalisme yang dilakukan oleh
sebagian orang untuk mencapai tujuan tertentu tetapi dengan
menggunakan cara yang salah dan merugikan orang lain bahkan
ada juga yang menggunakan dengan cara kekerasan.
Impelementasi Nilai-nilai Pancasila

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk


menangkal dan mencegah gerakan radikalme
terorisme adalah dengan mengimplementasikan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Mengapa Pancasila? Karena Pancasila ini
merupakan ideologi dan dasar negara yang bersumber
dari kearifan lokal (budaya bangsa) dan mengakomodir
keragaman bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
sangat sarat makna terhdap perdamaian, keadilan dan
religiusitas.
Pancasila Sebagai Dasar Menolak Radikalisme Agama Di
Indonesia

Boelars (2009:147) mencatat bahwa meskipun UUD 1945 sudah menetapkan


Pancasila sebagai dasar negara, masih juga ada juga pihak yang hendak mengganti
Pancasila dengan dasar lain. Fait (1988:15) dalam pengantarnya untuk pidato Soekarno
di depan BPUPKI berargumentasi bahwa Pancasila adalah usaha keras Soekarno untuk
menentang gagasan didirikannya negara agama dan sekaligus mendamaikan
perbedaan pendapat antara kaum nasionalis dan kaum agama. Hal ini tampak dalam
pidato Soekarno berikut ini:
“Kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua
buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan Islam buat Indonesia, bukan
Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitiesmito yang
kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, semua buat semua! Jika saya
peras yang lima menjadi tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan
Indonesia yang tulen, yaitu perkataan
‘gotong royong.’ Negara yang kita dirikan haruslah negara gotong-royong! “
(Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995:82.)
Indonesia Bangsa Multicultural
Paham bahwa Indonesia adalah bangsa yang multicultural dan ber-Pancasila
harus terus disadari dan diperjuangkan bersama. Pemanaman dan
penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila perlu ditanamkan dalam diri
dari sejak dini. Sehingga pemahaman tehadap Pancasila sebagai Ideologi
bangsa telah melekat pada diri seseorang. Kesatuan bangsa ini dibangun di
atas dasar keberagaman budaya, agama, suku, ras dsb. Ancaman
mendasar terhadap negara demokratis yang multicultural ini adalah
munculnya budaya sektarian. Salah satu perwujudan sektarian adalah sikap
antitoleran terhadap “yang lain” itulah pintu menjadi radikal. Keberagaman
bangsa ini seharunya tidak menjadi pemincu adanya permusuhan.
Melainkan mewujudkan hidup dalam damai dan toleransi. Kehadiran
Pancasila merupakan sebagai dasar untuk mempersatukan keberagaman
bangsa Indonesia. Radikalisme adalah tindak yang merusak kemanusiaan.
Sebagai sesama ciptaan manusia harus menghargai martabat hidup.
Memperlakukan sesasamanya secara manusiawi, sebagaimana dia
memperlakukan dirinya atau mengharapkan orang lain memperlakukannya
sama.
Terima
Kasih
RAD CLOUD
DIRGANTORO
KESUMOJATI,SH,.MH

Anda mungkin juga menyukai