Anda di halaman 1dari 12

PENGOBATAN ALA NABI

Dosen Pengampu :Anica, M.Pd


KELOMPOK 5
1. Dela Putri Asmarita (21119053)
2. Julaiha (21119063)
3. Miranda (21119069)
4. Septiana Adelia (21119082)
5. Sindy Nopiandy (21119083)
6. Sri Utami (21119085)
7. Tiara (21119086)
8. Warny Sriningsi (21119088)
A. Konsep Metode Pengobatan Nabi Muhammad SAW
(Thibbun Nabawi)

1. Klasifikasi Penyakit
a. Penyakit Fisik
Penyakit fisik adalah penyakit yang disebabkan oleh kelebihan
materi dari dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi-fungsi
normal tubuh sehari-hari. Kondisi kelebihan unsur ini menyebabkan
salah satu organ tubuh tidak berfungsi dengan baik atau bahkan
kehilangan fungsinya secara total. Selain itu kondisi ini juga
memudahkan masuknya berbagai jenis mikroba ke dalam tubuh
seseorang sehingga merusak salah satu organ tubuh.
penyakit fisik dibagi lagi menjadi dua, yaitu penyakit secara fisik
dan penyakit kondiktif. Keduanya terjadi karena unsur materi yang
masuk ke dalam tubuh atau kejadian tertentu.
b. Penyakit Non-Fisisk (Hati)

• Semua gejala yang dirasakan pasien berasal dari berbagai


pengaruh luar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya rasa
khawatir, perasaan bimbang, utang, kurang terpenuhinya
kebutuhan seksual, terlalu banyak berpikir, dan lainnya.
Sebagaimana disebutkan oleh Raulullah Saw, penyakit
hati diklasifikasikan menjadi (1) penyakit syubhat yang
disertai keragu-raguan dan (2) penyakit syahwat yang
disertai kesesatan. Kedua penyakit ini disebutkan dalam
Al-Qur‘an: Artinya: “Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya.” (Al-Baqarah: 10). (al-
Jauziyah, 2004)
Prinsip-prinsip Thibbun Nabawi

a. Pengobatan Diri Sendiri (Self-cure dan self-care)


Rasulullah SAW melakukan pengobatan untuk diri sendiri dan
memerintahkan orang lain yang terkena penyakit, baik keluarga
atau para sahabatnya untuk melakukan pengobatan sendiri.
Pengobatan yang digunakan oleh beliau dan sahabatnya adalah
obat-obatan berupa makanan sehat dan tidak memiliki
kebiasaan menggunakan obat-obatan kimia yang disebut
Eqrobadjin. Penggunaan obat-obatan berupa makanan sehat
lazim digunakan oleh etnis di beberapa negara, seperti Arab,
Turki, atau kalangan kaum Badui, dan yang lainnya. Di India
juga lebih banyak mengggunakan obat-obatan berupa makanan
sehat (homopetik atau non-kimiawi).
Selain penggunaan makanan sehat sebagai pengobatan
untuk diri sendiri, Rasulullah juga mengajarkan
(1)pengobatan penyakit hati dan penyakit ruhani,
(2)memperkuat ketahanan jiwa, (3)rasa bersandar dan
tawakal kepeda Allah SWT, (4)berpulang kepada hukum-
Nya, (5) tunduk dan pasrah di hadapan-Nya,
(6)merendahkan diri di hadapan-Nya, (7)selalu
bersedekah, (8) berdoa, (9)bertaubat, (10) berbuat baik
kepada sesama, (11)menolong orang yang susah,
(12)menghilangkan kesulitan orang lain, dan sebagainya.
Kekuatan yang ada pada dirinya dapat
menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh. Oleh
sebab itu, Kedua macam pengobatan ala nabi
memegang prinsip ini karena faktor kesembuhan
bermacam-macam (al-Jauziyah, 2004).
b. Prinsip setiap penyakit ada obatnya
• Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari ̳Atha, dari Abu Hurairah
RA, bahwa ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah
menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya”.
Sementara dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan hadist dari
Ziyad bin Ilaqah, dari Usamah bin Syuraik diriwayatkan bahwa ia
menceritakan, “suatu saat aku sedang berada bersama Rasulullah
SAW, tiba-tiba datanglah beberapa lelaki badui. Mereka bertanya,
“wahai Rasulullah apakah kami boleh berobat?” Beliau menjawab,
“Betul hai para hamba Allah berobatlah! Karena setiap kali Allah
menciptakan penyakit, pasti Allah juga menciptakan obatnya,
kecuali satu penyakit saja.” Mereka bertanya, “penyakit apa itu
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “lanjut usia.”
c. Jenis-jenis Pengobatan Nabi

• Terdapat tiga metodologi pengobatan Nabi, yaitu


(1)dengan menggunakan obat-obatan alamiah, (2)dengan
menggunakan obat-obatan ilahiyah, dan (3)kombinasi
dari kedua pengobatan tersebut. Contoh pengobatan
dengan menggunakan obat-obatan alamiah adalah terapi 7
dengan meminum madu, hijamah (bekam), kayy
(pengobatan dengan besi panas), gurah, jintan hitam, dan
lainnya. Sedangkan, pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan ilahiyah contohnya adalah ruqyah,
penggunaan wewangian atau parfum untuk kesehatan
jiwa, dan lainnya.
PRINSIP-PRINSIP PENGOBATAN
1. Meyakini bahwa Allah SWT Yang maha menyembuhkan
segala macam penyakit
Rasulullah SAW. mengajarkan bahwa Allah SWT. adalah
dzat yang maha Penyembuh. Allah SWT. berfirman “Dan
apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku “
(QS. Asy-Su’ara (26):80). Jika memerhatikan pengobatan
masa sekarang yang serba modern ternyata kebalikan dengan
pengobatan jaman Rasulullah. Banyak orang yang
menggantungkan penyembuhan dengan obat. Padahal,
keyakinan semacam itu mendekati perbuatan syirik. Yang
memberikan kesembuhan bukanlah obat itu, tapi Allah SWT.
2. Menggunakan obat yang halal dan baik
Rasulullah mangajarkan supaya obat yang dikonsumI
penderita harus halal dan baik. Allah SWT. yang
menurunkan penyakit kepada seseorang, maka ialah
yang menyembuhkannya. jika kita menginginkan
kesembuhan dari Allah, maka obat yang digunakan
juga harus baik dan diridhai Allah SWT. karena Allah
melarang memasukan barang yang haram dan
merusak ke dalam tubuh kita.Allah berfirman: “Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah direzekikan kepadamu, dan bertaqwalah
kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (QS.
Al –Maidah (5) : 88)
3. Tidak menimbulkan mudharat
Dalam menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan
kemudharatan obat. Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan
penggunaan obat sesuai dengan penyakitnya.
4. Pengobatan tidak bersifat TBC ( tahayul, bid’ah, churafat) Pengobatan
yang disyariatkan dalam islam adalah pengobatan yang bias diteliti secara
ilmiah. Pengobatan dalam islam tidak boleh berbau syirik ( pergi ke dukun,
kuburan, dsb).
5. Selalu ikhtiar dan tawakal
Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklah mencari obat atau dokter
yang lebih baik. Dalam kedokteran islam dianjurkan bila ada dua obat yang
kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang
lebih efektif dan tidak memiliki efek rusak bagi pasien. Itulah sebabnya
rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda beliau: Abu
Dawud, An Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadist ‘Amr Ibnu
Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, “Telah berkata Rasulullah SAW.,
‘Barangsiapa yang melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak
dikenal sebelum itu, maka dia bertanggung jawab (atas perbuatannya).”
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai