Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus Kesalahan Pemimpin

Dalam Mengambil Keputusan


Dosen Pengampu : Dr. Heni Rohaeni, S. Sos., M.Si
Anggota :

Adi Firmansyah Alfianito Aryanto Devita Lestari Erlin Sulistianingsih


(201910325110) (201910325180) (201910325150) (201910325127)

Fenny Cahyani Iis Nadia Rafael Yoga Widyananta Tito Wahyu Pradana
(201910325167) (201910325102) (201910325114) (201910325134)
Latar Belakang
Kodak adalah contoh perusahaan yang gagal karena tidak berani memulai sebuah
perubahan. Perusahaan yang didirikan tahun 1888 oleh George Eastman ini sangat terkenal
di tahun 1980an.

Bahkan di Indonesia kodak masih tetap populer hingga pertengahan tahun 1990an. Namun,
tanda tanda kejatuhan Kodak sebenarnya sudah terlihat saat Kodak mengumumkan
penurunan laba sebesar 73% pada triwulan I-1983. Penyebab kebangkrutan Kodak adalah
tidak mampu menghadapi persaingan dengan kemunculan produsen kamera digital.
Sebenarnya, Kodak sudah punya teknologi untuk membuat kamera digital pada 1975.

Namun, karena takut membunuh bisnis roll film fotonya produk digital tersebut sengaja
tidak diluncurkan. Pada tahun 2009, Kodak mengumumkan penghentian produksi roll film
fotonya setelah dipasarkan selama 74 tahun.
Tetapi bukannya mentransformasi diri, Kodak malah melakukan kesalahan strategis.
Daripada meningkatkan kualitas dan mematangkan teknologi kamera digital, supaya
mantap beralih ke teknologi baru, Kodak justru hanya mau mengembangkan teknologi
digital demi memperbaiki kualitas kamera film. Maksud Kodak begini: user akan
menggunakan kamera untuk ambil potret, pilih foto mana mau dicetak, kemudian foto
pilihan ini akan disimpan di dalam film pada kamera tersebut. Pada kamera konvensional,
Anda tidak bisa melihat hasil jepretan sebelum foto tercetak. Pada kamera ini, user bisa
pilih gambar mana yang mau dicetak, gambar mana yang mau dibuang. Kamera yang
dipasarkan Kodak ini, Kodak Advantix Preview, bisa melakukan fungsi ini karena ia
blasteran digital dan film. Kodak menghabiskan dana sekitar 500 juta dollar AS untuk
mengembangkan produk Aventix.

- Kesalahan Strategis
Kodak gagal melakukan transformasi karena terkunci pada model bisnis yang mengagungkan kamera film. Ketika sudah
menjadi pemimpin pasar, dan bisnis yang dikuasai hampir menjadi monopoli, dan sangat menguntungkan sebagai bisnis
inti, maka akan makin betah dengan model bisnis yang ada.

Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George Eastman, juga menghadapi pilihan transformasi bisnis, bahkan dua
kali, tapi ia bertindak berbeda. Pertama, ketika Eastman beralih ke kamera film dari kamera dry-plate yang sebenarnya
masih sangat menguntungkan dia. Kedua, ketika Eastman pindah ke film berwarna meskipun pada waktu itu kualitasnya
masih inferior dibanding film hitam putih, yang didominasi Kodak.

Kodak adalah bukti bahwa suatu perusahaan akan ambruk jika tidak punya mindset yang terbuka pada perubahan, sebesar
apapun perusahaan tersebut. Perusahaan harus melakukan transformasi, jika bisnis utama tidak bisa lagi dipertahankan.
Kodak bukannya tidak tahu perubahan itu akan datang; ia tidak membuka diri, kemudian lambat beradaptasi dengan
perubahan.

Sebuah perusahaan harus terus berinovasi bahkan jika output inovasi tersebut justru akan membabat bisnis inti. Sebenarnya
inilah yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan: terus menantang dirinya sendiri dengan inovasi-inovasi baru. Jika
tidak, kompetitor akan melakukan hal tersebut, dan perusahaan ketinggalan start.

Dalam bisnis, timing berperan penting. Jika Anda pertama di pasar, untuk satu segmen produk tertentu, Anda akan mencuri
start, dan pasar akan di bawah kendali Anda. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini karena ia mewujudkan mimpi
fotografi digital, tapi perusahaan ini gagal memanfaatkan momen dan momentum, dan raksasa itu pun ambruk.
Kesimpulan riset adalah

Pertama: fotografi digital berpotensi menggerus bisnis inti


Kodak yang didominasi kamera film.

Kesimpulan kedua, butuh waktu untuk transformasi


tersebut; tapi Kodak punya sekitar satu dekade untuk
bersiap-siap. Ini harusnya jeda waktu (windows of
opportunity) yang cukup bagi Kodak untuk mempersenjatai
diri.
Menurut Tanggapan kelompok kami,Kodak bangkrut karena ketidaksiapan perusahaan dalam
mengantisipasi tren perkembangan teknologi. Kodak terlambat membaca peluang bisnis di segmen
kamera digital, bahkan tidak menangkap peluang emas dengan kebesaran Nama yang dimilikinya
untuk meraih pasar yang lebih luas. Dan,membuat keputusan mencium potensi pasar tersebut dan tak
focus high end camera bagi pasar niche (Bagian dari sebuah industry) dengan target pasar dan
konsumen yang spesifik,para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film inti mereka,

Terimakasih itu tanggapan dari kelompok kami mengenai kebangkrutan kodak dalam mengambil
keputusan yang labil atau ragu dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar.

Anda mungkin juga menyukai