Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fardian Syafiq H

Nim : P32.2022.00845

Manajemen Strategik

Blackberry (Research in Motion)

Research in Motion didirikan pada tahun 1984 oleh Mike Lazaridis. Nama ini terinspirasi dari
kata-kata "poetry in motion" yang ia temukan dalam artikel sepak bola di sebuah surat kabar.

Perusahaan ini bekerja sama dengan RAM Mobile Data dan Ericsson untuk mengubah jaringan
data nirkabel Mobitex milik Ericsson menjadi jaringan pager dua arah dan surel nirkabel. Hal
utama yang berperan penting dalam pengembangan ini adalah peluncuran Inter@ctive Pager 950
pada Agustus 1998. Tentang ukurannya yang mirip batang sabun, perangkat ini bersaing ketat
dengan jaringan pager dua arah SkyTel milik Motorola.

Perkembangan awal RIM dibantu oleh sejumlah investor Kanada pada tahun 1995 melalui
pembentukan perusahaan swasta. Working Ventures Canadian Fund Inc. melakukan investasi
pertama senilai C$5.000.000 untuk menyelesaikan pengembangan perangkat keras dan lunak
pager dua arah RIM. Kucuran dana pra-IPO sebesar C$30.000.000 berhasil dikumpulkan oleh
perusahaan ini sebelum melakukan penawaran umum perdana di Bursa Saham Toronto pada
Janauri 1998 dengan simbol RIM.

BlackBerry pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh
operator Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan pengejewantahan dari
RIM yang merupakan rekan utama BlackBerry. Pasar BlackBerry kemudian diramaikan oleh dua
operator besar lainnya di tanah air yakni Excelcom dan Telkomsel. Akibat tuntutan pemerintah
Indonesia, BlackBerry akhirnya membuka kantor perwakilan di Indonesia pada November 2010.
Visi dan Misi
Visi
RIM aims to be the premier center for management development excelling in developing
managers of tomorrow; strengthening management capabilities and facilitating policy options to
meet emerging challenges.
Secara tidak langsung, Visi dari RIM Blackberry diarahkan untuk menuju pada suatu titik
dimana RIM Blackberry dapat diakui sebagai perusahaan telekomunikasi dan perangkat nirkabel
terbaik di dunia, dengan kemungkinan inovasi dan kreasi tak terbatas untuk menghasilkan
produk dan perangkat lunak untuk memenuhi permintaan terbatas pelanggan kami di masa
depan.
RIM menyediakan pembangunan yang sedang berjalan terhadap produk dan pelanggan jasa
(termasuk layanan purna jual) untuk menjadi yang terbaik dalam hal nilai pelanggan, bakat
karyawan dan pertumbuhan diprediksi.
RIM juga bermaksud untuk menciptakan budaya yang kuat dalam organisasi kami sehingga
dapat mencapai keunggulan kompetitif dalam industri telekomunikasi
Berdasarkan analisis yang kami lakukan, visi dari RIM masih terlalu umum dan kurang
mengandung ikatan emosional dengan stakeholder. Selain itu, visi RIM masih mengadopsi
struktur organisasi yang lama, padahal fokus RIM saat ini sudah berpusat pada Blackberry
sebagai saluran komunikasi bisnis yang sudah dikenal dan dimiliki banyak orang.

Misi
To develop socially and professionally responsible and proactive managers and leaders with
holistic perspectives and competencies.
Misi dari RIM sangat sederhana dan tidak mencakup seluruh elemen yang dibutuhkan dalam
membentuk misi yang ideal. Hanya mencakup employee dan filosofi. Perlu disusun misi yang
lebih komprehensif tanpa meninggalakan nilai-nilai utama yang dimiliki oleh RIM/Blackberry.
Strategy sekarang

Nasib BlackBerry sekarang memang jauh berbeda dengan di saat masa jayanya dulu. BlackBerry
memang sempat jadi raja ponsel pintar di dunia, termasuk di Indonesia dengan valuasi
perusahaan hingga USD84 miliar. Tapi, kini masa kejayaannya sudah habis. Sama seperti Nokia,
BlackBerry terlalu percaya diri dengan produk mereka. Kurang cepat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi. Ketika iPhone dan Android datang dengan teknologi layar sentuh, HP
BlackBerry dengan cepat tergilas.

Produsen BlackBerry RIM (Research In Motion) memang sudah berupaya beradaptasi lewat
BlackBerry Storm dengan layar navigasi layar sentuh. Tapi, upaya tersebut sudah terlambat.
Mereka bahkan sudah menjual paten ponsel kepada Catapult IP Innovations Inc. dengan angka
USD600 juta. Paten-paten tersebut meliputi perangkat mobile, layanan pesan, dan jaringan
nirkabel.

Ponsel terakhir yang dirilis BlackBerry adalah BlackBerry Motion pada 2021. Layarnya 5,5 inci
dengan resolusi 1080 x 1920 (FHD), memakai chipset Snapdragon 625 SoC, GPU Adreno 506,
RAM 4GB, teknologi Quick Charge 3.0, serta kamera utama 12MP f/2.0, dan kamera depan
8MP f/2.2. Mulanya, mereka akan merilis BlackBerry 5G pada 2022, tapi ternyata dibatalkan.
Ponsel BlackBerry lain yang bisa dibeli, yakni BlackBerry KEY2 LE, BlackBerry KEY2, dan
BlackBerry Evolve. Semuanya keluaran 1-2 tahun silam. Sekarang, RIM alias BlackBerry fokus
ke industri software atau perangkat lunak. Khususnya, sektor keamanan. Termasuk juga Internet
of things atau IoT. Salah satu yang terpopuler adalah sektor otomotif.

Software keamanan QNX BlackBerry kini digunakan lebih dari 215 juta kendaraan dari berbagai
pabrikan otomotif. Termasuk BMW, Bosch, Honda, Mercedez, hingga Toyota. Sasaran mereka
selanjutnya adalah pengembangan berbagai solusi keamanan untuk kendaraan listrik.

Focus yang dilakukan Blackberry sekarang :

1. BlackBerry memiliki portofolio produk, layanan, dan solusi keamanan siber yang luas.
Termasuk teknologi AI untuk mendeteksi dan melakukan mediasi terhadap serangan siber.
Aplikasi mereka melindungi proses otentifikasi di perusahaan, juga aplikasi dan data.
2. Mobile threat detection (MTD) atau teknologi deteksi ancaman seluler adalah produk andalan
BlackBerry untuk memberikan manajemen/keamanan untuk ponsel cerdas, tablet, dan perangkat
IoT yang menjalankan OS Android.

Eastman Kodak Company

Eastman Kodak Company merupakan sebuah perusahaan multinasional yang berbasis di


Rochester, New York. Didirikan oleh George Eastman dan Henry Strong. Perusahaan ini
menghasilkan berbagai macam produk kamera, fotografi, pencetak, dan lain-lain.

Pada tahun 1888, Kodak dilahirkan sebagai “brand”. Kamera portabel pertama diperkenalkan
dan menandai kelahiran fotografi snapshot. Kodak kemudian dikenal dengan slogan “You press
the button – we do the rest.” (Kamu tekan tombolnya - kami lakukan sisanya). Pada tahun 1892,
nama perusahaan berubah menjadi Eastman Kodak Company of Newyork. Pada saat itu, produk
Kodak telah mencapai distribusi di luar Amerika Serikat, terutama di Perancis, Jerman, dan Italia
dengan kantor pusat di London dan sebuah pabrik di luar London.

Dengan visi membawa fotografi ke lebih banyak orang dengan harga serendah mungkin, Kodak
mengembangkan Folding Pocket Camera pada tahun 1898. Ini adalah ayah dari kamera roll film
modern. Kemudian Kodak mengeluarkan Kodakolor Film, kamera, proyektor dan menjualnya
dengan harga terjangkau. Pada tahun 1963, Kodak memperkenalkan Kamera Instamatic. Ini
revolusi fotografi amatir dan menjadi hits besar karena ini terjangkau dan mudah digunakan.
Selanjutnya Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun
1975, saat salah satu insinyur yaitu Steve Sasson, menemukan kamera digital.

Selama bertahun-tahun Eastman Kodak lebih lanjut memberikan kontribusi terhadap


perkembangan fotografi. Selama abad ke-20, Kodak memegang peranan yang dominan dan
menjadi pioner dalam perkembangan fotografi film, bahkan pada tahun 1976 menguasai 90%
market di Amerika Serikat. Saat itu Kodak terkenal dengan tagline-nya "Kodak moment" .

Namun memasuki abad ke-21, perusahaan ini mulai mengalami kemunduran dan pada 19 Januari
2012, perusahaan ini resmi mengajukan permohonan mendapat perlindungan kepailitan. Ini
berawal, sejak ditemukannya teknologi digital fotografi, fotografi film mulai ditinggalkan dan
berdampak terhadap merosotnya kinerja Kodak.

Kesalahan Manajemen Strategi

Kodak sebenarnya bukan tidak menyadari adanya ancaman kamera digital ini. Pada tahun 1981,
setelah Sony merilis kamera digital, Kodak melakukan riset pasar yang sangat detail mengenai
ancaman fotografi digital. Kesimpulan riset tersebut, yaitu :

1. Fotografi digital berpotensi menggerus bisnis inti Kodak yang didominasi kamera film.
2. Butuh waktu untuk transformasi teknologi tersebut, namun Kodak punya sekitar satu
dekade untuk bersiap-siap. Ini harusnya jeda waktu (windows of opportunity) yang cukup
bagi Kodak untuk mempersenjatai diri.

Mengingat kesimpulan tersebut, Kodak bukannya mentransformasi teknologi yang digunakan


tetapi perusahaan ini malah melakukan kesalahan strategis. Daripada meningkatkan kualitas dan
mematangkan teknologi kamera digital agar dapat beralih dengan baik ke teknologi yang baru,
Kodak justru hanya mau mengembangkan teknologi digital demi memperbaiki kualitas kamera
film. Jelas ini merupakan kesalahan strategis yang cukup fatal dari pihak manajemen Kodak.

Manajemen Strategis diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat menciptakan dan
melaksanakan strategi yang akan dilakukan perusahaan untuk mencapai kemajuan. Seharusnya
saat Kodak mengidentifikasikan misi, dan strategi perusahaan untuk mengetahui apa yang akan
dilakukan oleh perusahaan, Kodak mempertimbangkan juga keadaan internal dan eksternal dari
perusahaaan. Karena ancaman dari perusahaan pesaing lainnya sudah tidak memungkinkan
untuk Kodak berjalan lambat seperti yang dilakukannya.

Kodak hanya memasarkan Kodak Advantix Preview. Produk ini merupakan perpaduan kamera
digital dan kamera analog. Kamera ini memungkinkan orang untuk memilih foto yang
diinginkan untuk disimpan di film. Kamera konvensional biasa tidak dapat melakukan itu. Tapi
dizaman sekarang saat orang telah mengenal kamera digital yang praktis, pastinya dia akan
memikir berulang kali untuk membeli kamera digital tapi harus membayar film untuk cetak foto.

Strategi setengah-setengah ini terus dikembangkan oleh Kodak meskipun pada tahun 1986
Kodak berhasil mengembangkan kamera digital dengan resolusi satu juta piksel pertama. Alasan
utama Kodak menerapkan strategi tersebut adalah karena Kodak enggan meninggalkan bisnis
film yang masih menguntungkan. Setiap perusahaan pasti akan sulit untuk meninggalkan bisnis
inti yang telah membuat namanya besar, tapi itu juga harus melihat kondisi dan situasi pasar.
Karena Kodak tidak tanggap keadaan pasar maka perusahaan ini berada di kondisi krisis. Saat
Kodak tahu tidak ada pilihan selain harus beradaptasi, ternyata langkah memproduksi kamera
digital untuk memperbaiki keadaan perusahaan sudah terlambat.

Sebenarnya Kodak tidak boleh menyalahkan fotografi digital atas kebangkrutannya. Karena
Fujifilm, perusahaan pesaing yang mempunyai bisnis inti yang sama dengan Kodak dapat
menyelamatkan perusahaannya dengan beradaptasi, melakukan transformasi bisnis yaitu
meninggalkan bisnis intinya ketika tahu itu tak lagi menguntungkan. Saat ini Fujifilm masih
berjaya dengan kapitalisasi bisnis sebesar 12.6 miliar dollar AS, sedangkan Kodak hanya 220
juta dollar AS. Sehingga Clay Christensen penulis buku bisnis The Innovator’s Dilemma, dapat
berpendapat bahwa Kodak bertanggung jawab penuh atas kesalahan strategis ini. Kodak sudah
melihat “tsunami” akan tiba tapi hanya berdiam diri tidak berbuat apa-apa.

Kodak gagal melakukan transformasi karena terkunci pada model bisnis yang mengagungkan
kamera film. Ini sangat ironis, mengingat pendiri Kodak, George Eastman, juga menghadapi
pilihan transformasi bisnis, bahkan dua kali, tapi ia bertindak berbeda. Pertama, ketika Eastman
beralih ke kamera film dari kamera dry-plate yang sebenarnya masih sangat menguntungkan
perusahaan. Kedua, ketika Eastman pindah ke film berwarna meskipun pada waktu itu
kualitasnya masih inferior dibanding film hitam putih yang masih didominasi oleh Kodak.

Kodak adalah bukti bahwa suatu perusahaan akan jatuh jika tidak punya mindset yang terbuka
pada perubahan, sebesar apapun perusahaan tersebut. Perusahaan harus melakukan transformasi,
jika bisnis utama tidak bisa lagi dipertahankan. Kodak bukannya tidak tahu perubahan itu akan
datang, tetapi perusahaan ini tidak membuka diri, kemudian lambat beradaptasi dengan
perubahan.

Hal lain yang perlu ditekankan adalah bahwa sebuah perusahaan harus terus berinovasi bahkan
jika hasil inovasi tersebut akan menghabiskan bisnis inti. Inilah yang harus dilakukan oleh setiap
perusahaan. Terus menantang dirinya sendiri dengan inovasi-inovasi baru. Jika tidak, perusahaan
pesaing akan melakukan hal tersebut, dan perusahaan akan ketinggalan start untuk mendapat
pasar yang luas.

Dalam bisnis, waktu sangat berperan penting. Jika perusahaan menjadi pemain pertama di pasar
untuk satu produk tertentu, maka perusahaan tersebut akan selangkah didepan, dan pasar akan di
bawah kendalinya. Kodak seharusnya bisa memanfaatkan ini karena ia yang mewujudkan
fotografi digital pertama kali. Namun perusahaan ini gagal memanfaatkan keadaan tersebut, dan
akhirnya mengalami kebangkrutan.

Anda mungkin juga menyukai