Anda di halaman 1dari 20

Formulasi Sediaan Kosmetika

Pengelompokan Warna
Dr. apt. Herman Widjaja, S.Si., Mba., M.Farm.
Mahasiswa memahami karakteristik, metode pembuatan serta evaluasi dan pemanfaatan
zat warna dalam kosmetik

- Pengelompokan
- Ekspresi warna
- Penggunaan warna
- Penggolongan warna
- Regulasi UU BPOM
Sumber Warna Alami (Pigmen)

• Tanaman

• Hewan

Pigmen Alami

• Klorofil ( warna hijau daun)

• Karotenoid ( wortel dan syuran lain berwarna orange-merah)

Sifat Pigmen alami, tidak stabil terhadap:

• Panas

• Cahaya
• Pewarna buatan diperoleh melalui sintesis atau dari bahan yang

mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi

Contoh :

Warna kuning : Tartrasin, sunset yellow

Warna merah : allura, eritrosin, amaranth

Warna biru : biru briallian


Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami

• Dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil

• Hanya dengan relatif % kecil

• Warna tetap cerah

• Tidak mudah mengalami degradasi ( pewarna alami

mudah mengalami degradasi/ memudar)


Perbedaan Pigme
Perbedaan utama antara pewarna dan pigmen adalah pada kelarutannya, yang
merupakan kecenderungan untuk larut dalam suatu cairan. ... Pewarna digunakan
untuk mewarnai tekstil, rambut, kertas, dan zat-zat lain, sedangkan pigmen
digunakan untuk mewarnai cat, tinta, kosmetik warna, dan plastik.
Ekspresi dan Penggunaan Warna

Penggunaan Warna :

• Membuat Image

• Perbedaan / variant
Penggunaan Warna
● Sebagai Dekoratif

Pembagian Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :


 Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada

permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak,

lipstik,

pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.

 Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya

dalam waktu lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih

kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut


Zat Pewarna dalam kosmetik

Zat warna telah dikenal manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi, zat warna pada

masa itu digunakan oleh masyarakat China, India dan Mesir, mereka membuat zat

warna alam dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral untuk

mewarnai serat, benang dan kain. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan

teknologi saat ini menjadikan zat warna kian berkembang dengan pesat.

Keterbatasan zat warna alam membuat industri tekstil menggunakan zat warna

buatan (sintetik) sebagai pewarna bahan tekstil, karena zat warna sintetik lebih

banyak memiliki warna, tahan luntur dan mudah cara pemakaiannya ketimbang zat
Zat warna dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :
I. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.
II. Berdasarkan penyusunannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigmen dan lakes.
III. Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam pelarut
lemak/minyak dan zat warna larut dalam air.
IV. Berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat asam dan
zat mwarna bersifat basa .
Adapun jenis-jenis zat pewarna yang terdapat dalam kosmetik adalah :
a. Zat warna alam yang larut Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit,
namun pada produkproduk kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang
digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya
yaitu kekuatan pewarnanya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal.
Beberapa contoh zat warna alam yang larut yaitu alkalain, carmine, ekstrak klorofil
daun-daun hijau, henna, carrotene, dan lain-lain.

b. Zat warna sintetis yang larut Zat warna sintetis adalah zat warna yang dihasilkan
melalui proses sintetis senyawa kimia tertentu. Adapun sifat-sifat zat warna sintetis
antara lain :
1) Intensitas warnanya sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikit sudah
memberikan corak warna yang kuat.
2) Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya.
3) Daya lekat terhadap rambut, kulit, dan kuku berbeda-beda. Zat warna untuk
rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat warna untuk kulit.
C. Pigmen-pigmen alam Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah
umum digunakan dalam kosmetik.

Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya
aluminium silikat.
Gradasi warna yang terdapat pada aluminium silikat sangat dipengaruhi oleh
kandungan besi oksida atau mangan oksidanya, misalnya: kuning, cokelat, cokelat
tua, merah bata dan sebagainya.

Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni
dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya yaitu warna yang
dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat
pemanasannya. Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang kuat menghasilkan
pigmen-pigmen baru.
D. Pigmen-pigmen sintetis

Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen –
pigmen sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi oksida
sintetis yang menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan warna violet),
zinc oxide dan titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth oxychloride untuk
warna putih mutiara, cobalt hijau untuk pigmen hijau yang kebiruan, cadmium
sulfide dan prussian blue.

Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat
atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang
bersifat racun.Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir,
harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadangkadang berbahaya dan seringkali
tertinggal dalam proses akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya.
( Ada batasan logam berat → regulasi BPOM)
Coverage

● Titanium dioksida
● ZnO
● Kaolin
● Talc
● Pigment Color

Material lain sebagai Coverage pada produk Serbuk


● Bismuth Oxychloride
● Metallic Soap
● Carbonates of alkaline earths
● Fine particle size pearlacious pigment
● Boron nitride
A. Pigment Intermediate Complete Eyeliner
Formulation A.
Polyvinyl pyrrolidone 35 to 55 Pigment Intermediate 40 to 60B. Carrier
Pigment (having an average purified water 30 to 45
particle 40 to 60 size of less than propylene glycol 1 to 3
Polysorbate 20 0.5 to 1.5
about 5 microns) L-pyroglutamic acid 0 to 0.2
Polysorbate 20 0.5 to 1.0 glycerin 0 to 1
ethanol (quick drying alcohol) 5 to 10
Propylene glycol 2.0 to 7.0
Preservative (preferably 0.5 to 1.0 Phenonip*) Parts
by Weight per 100 parts preservative
PhenonipPhenoxy ethanol 72
Ethylparaben 4
Butylparaben 6
Methylparaben 16
Propylparaben 2
The above eyeliner composition is especially suited for use with a cartridge type nib pen in that the pigments present therein
will have an average particle size of less than about 5 microns and will therefore pass through the wick of the nib pen by
capillary action without causing clogging.

In forming the eyeliner of the invention, the pigment intermediate is prepared by mixing the film-former agent (polyvinyl
pyrrolidone), pigment and preservative and passing the mixture through a two roller mill to grind the pigment particles down
to an average particle size of no more than from about 4 to about 5 microns. The mixture is removed from the roller mill in
the form of chips or sheets. The carrier components, namely, the water, optionally moisturizers, preservatives and optionally
humectants will be mixed together and heated to a temperature of within the range of from about 70° to about 80° C. The
pigment intermediate is then added to the above mixture using a Lighnin mixer or other appropriate agitator, and mixing is
continued for about 1 to about 2 hours until all chips or sheets are dissolved. The mixture is cooled to a temperature within
the range of from about 28° to about 35° C. and preservative and quick drying alcohol are added. Mixing is continued until a
uniform mixture is obtained. The mixture is then filtered through a 5 micron filter pad. The so-formed mix may then be
inserted into a cartridge which may be fed into a nib-type pen equipped with a wick.

The following Examples represent preferred embodiments of the present invention.


EYE LINER GEL
Preparation:
EMD Millipore Corporation
Phase Procedure: Disperse warna + Air _
Titanium Dioxide (and) Mica (and) Silica (Timiron® Splendid Blue carbomer
Rona) 15.00 Aduk dengan RPM tinggi sampai terdispersi
Iron Oxides (and) Mica (and) Titanium Dioxide (Mica Black Rona) 5.00
Silica (Ronasphere® Rona) 2.00 Larutkan ingredients Fase B hingga
Carbomer (Carbopol ETD 2001)0.40
homogen .
Tambahkan fase B kedalam Fase A sambil
Water Demineralized Water 60.00
diaduk perlahan , atur pH 6-7 menggunakan
B
citric acid and/or TEA.
Glycerin (Emery 916 Cognis) 4.00
Triethanolamine (Triethanolamine 99%/Union Carbide) 0.90
PVP/VA Copolymer (Luviskol VA 64 Powder/BASF) 2.00
Propylene Glycol (and) Diazolidinyl Urea (and) Methylparaben (and)
Propylparaben (Germaben II Sutton) 0.20
Water Demineralized Water q. s. to 100

Anda mungkin juga menyukai