Pengelompokan Warna
Dr. apt. Herman Widjaja, S.Si., Mba., M.Farm.
Mahasiswa memahami karakteristik, metode pembuatan serta evaluasi dan pemanfaatan
zat warna dalam kosmetik
- Pengelompokan
- Ekspresi warna
- Penggunaan warna
- Penggolongan warna
- Regulasi UU BPOM
Sumber Warna Alami (Pigmen)
• Tanaman
• Hewan
Pigmen Alami
• Panas
• Cahaya
• Pewarna buatan diperoleh melalui sintesis atau dari bahan yang
Contoh :
Penggunaan Warna :
• Membuat Image
• Perbedaan / variant
Penggunaan Warna
● Sebagai Dekoratif
lipstik,
Zat warna telah dikenal manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi, zat warna pada
masa itu digunakan oleh masyarakat China, India dan Mesir, mereka membuat zat
warna alam dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang dan mineral untuk
mewarnai serat, benang dan kain. Peningkatan mutu sumber daya manusia dan
teknologi saat ini menjadikan zat warna kian berkembang dengan pesat.
Keterbatasan zat warna alam membuat industri tekstil menggunakan zat warna
buatan (sintetik) sebagai pewarna bahan tekstil, karena zat warna sintetik lebih
banyak memiliki warna, tahan luntur dan mudah cara pemakaiannya ketimbang zat
Zat warna dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :
I. Berdasarkan asalnya dibagi menjadi dua yaitu zat warna alam dan zat warna sintetis.
II. Berdasarkan penyusunannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna pigmen dan lakes.
III. Berdasarkan kelarutannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna larut dalam pelarut
lemak/minyak dan zat warna larut dalam air.
IV. Berdasarkan sifat keasamannya dibagi menjadi dua yaitu zat warna bersifat asam dan
zat mwarna bersifat basa .
Adapun jenis-jenis zat pewarna yang terdapat dalam kosmetik adalah :
a. Zat warna alam yang larut Zat warna jenis ini sebenarnya lebih aman bagi kulit,
namun pada produkproduk kosmetik saat ini, zat warna alam sudah jarang
digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya
yaitu kekuatan pewarnanya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal.
Beberapa contoh zat warna alam yang larut yaitu alkalain, carmine, ekstrak klorofil
daun-daun hijau, henna, carrotene, dan lain-lain.
b. Zat warna sintetis yang larut Zat warna sintetis adalah zat warna yang dihasilkan
melalui proses sintetis senyawa kimia tertentu. Adapun sifat-sifat zat warna sintetis
antara lain :
1) Intensitas warnanya sangat kuat, sehingga dalam jumlah sedikit sudah
memberikan corak warna yang kuat.
2) Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya.
3) Daya lekat terhadap rambut, kulit, dan kuku berbeda-beda. Zat warna untuk
rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat dari pada zat warna untuk kulit.
C. Pigmen-pigmen alam Alam memiliki pigmen-pigmen alam yang sudah
umum digunakan dalam kosmetik.
Pigmen-pigmen alam itu adalah pigmen warna yang terdapat pada tanah, contohnya
aluminium silikat.
Gradasi warna yang terdapat pada aluminium silikat sangat dipengaruhi oleh
kandungan besi oksida atau mangan oksidanya, misalnya: kuning, cokelat, cokelat
tua, merah bata dan sebagainya.
Keunggulan pigmen-pigmen alam sebagai zat pewarna adalah zat warna ini murni
dan sama sekali tidak berbahaya. Sementara kelemahannya yaitu warna yang
dihasilkan tidak seragam. Sangat bergantung pada sumber asalnya dan tingkat
pemanasannya. Pigmen-pigmen ini pada pemanasan yang kuat menghasilkan
pigmen-pigmen baru.
D. Pigmen-pigmen sintetis
Warna yang dihasilkan dari pigmen sintetis lebih terang dan cerah. Pigmen –
pigmen sintetis yang digunakan dalam industri kosmetik misalnya: besi oksida
sintetis yang menghasilkan warna sintetis (kuning, coklat, merah dan warna violet),
zinc oxide dan titanium oxide (pigmen sintetis putih), bismuth oxychloride untuk
warna putih mutiara, cobalt hijau untuk pigmen hijau yang kebiruan, cadmium
sulfide dan prussian blue.
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat
atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang
bersifat racun.Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir,
harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadangkadang berbahaya dan seringkali
tertinggal dalam proses akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya.
( Ada batasan logam berat → regulasi BPOM)
Coverage
● Titanium dioksida
● ZnO
● Kaolin
● Talc
● Pigment Color
In forming the eyeliner of the invention, the pigment intermediate is prepared by mixing the film-former agent (polyvinyl
pyrrolidone), pigment and preservative and passing the mixture through a two roller mill to grind the pigment particles down
to an average particle size of no more than from about 4 to about 5 microns. The mixture is removed from the roller mill in
the form of chips or sheets. The carrier components, namely, the water, optionally moisturizers, preservatives and optionally
humectants will be mixed together and heated to a temperature of within the range of from about 70° to about 80° C. The
pigment intermediate is then added to the above mixture using a Lighnin mixer or other appropriate agitator, and mixing is
continued for about 1 to about 2 hours until all chips or sheets are dissolved. The mixture is cooled to a temperature within
the range of from about 28° to about 35° C. and preservative and quick drying alcohol are added. Mixing is continued until a
uniform mixture is obtained. The mixture is then filtered through a 5 micron filter pad. The so-formed mix may then be
inserted into a cartridge which may be fed into a nib-type pen equipped with a wick.