Anda di halaman 1dari 177

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Pendahuluan
Manusia Kualitas Tanah Permasalahan
- Kesuburan Tanah Tanah
- Tumbuh-tumbuhan
- Hewan

ILMU TANAH
 Ilmu yang memperlajari tentang hal ichwal
atau sifat-sifat tanah secara umum yang
dibagi menjadi 2
PEDOLOGI ILMU TANAH
 Ilmu tanah yang mempelajari
tanah sebagai suatu bagian dari
alam yang berada di permukaan
bumi yang menekankan
hubungan antara tanah itu
sendiri dengan faktor
pembentuknya
EDAFOLOGI
 Ilmu tanah yang mempelajari tanah
sebagai suatu alat produksi pertanian yang
menekankan hubungan antara tanah
dengan tanaman
I. PENGERTIAN TANAH
Tanah sebagai Media tumbuh alam bagi
Alat Produksi tanaman di permukaan bumi
GURUN BUKAN TANAH ?
Tanah adalah laboratorium kimia dari alam
dimana terjadi penguraian kimia dan reaksi
sintesis secara tersembunyi JJ Berzelius (1803) – ahli kimia
Tanah dianggap tabung reaksi dimana
seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis
hara tanaman Julius Von Liebig (1840)
Tanah sebagai bahan yang lepas dan
merupakan akumulasi dan campuran berbagai
bahan terutama unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan
unsur lainnya AD Thaer (1909) – ahli fisika bumi

Tanah sebagai hasil pelapukan oleh waktu


yang mengikis batuan keras dan lambat laun
akan terjadi dekomposisi menjadi masa tanah
yang kompak Friedrich Fallou (1855) – ahli geologi

Tanah adalah lapisan hitam tipis yang


menutupi bahan padat bumi yang merupakan
partikel kecil yang mudah remah, sisa vegetasi
dan hewan, dimana tumbuhan bertempat
kedudukan, berakar, tumbuh dan berbuah
Wegner (1918)
Tanah adalah bahan yang gembur dan lepas
dimana tumbuhan dapat memperoleh tempat
hidup berkat adanya zat hara serta syarat lain
untuk tumbuh EW Hilgard (1906)

Tanah sebagai campuran bahan padat


berbentuk tepung, air dan udara, yang karena
mengandung zat hara dapat menumbuhkan
tumbu-tumbuhan Alfred Mitscherlich (1920) – ahli fisiologi
Pengertian tanah dihubungkan dengan iklim
dan lingkungan tumbuh-tumbuhan dan dapat
digambarkan sebagai zone geografi yang luas
dalam skala peta dunia VV Dokuchaev (1900)

Tanah adalah bangunan alam tersusun atas


horizon-horizon yang terdiri atas bahan yang
berbeda-beda dan dapat dibedakan dari bahan-
bahan di bawahnya dalam hal morfologi, sifat
dan susunan fisik, kimia dan biologinya
 Unsur fisika, kimia, biologi dan morfologi
dilibatkan dalam pengertian ini

Jacop S Joffe (1949)


Jadi
Pengertian Tanah adalah suatu benda alami
yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan mineral sebagai hasil
pelapukan bebatuan dan bahan organik
sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan
hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman
dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat
pengaruh iklim, jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk
Tanah dari sudut pertanian  alat produksi
produk tanaman

peranan tanah sebagai alat produksi :


1. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang
dan bertumpu
2. Menyediakan unsur-unsur mineral (unsur
hara)
3. Memberikan air dan melayani persediaan air
4. Menyediakan tata udara tanah yang baik
Gambaran Vertikal Tanah
dan Lapisan-lapisan Tanah
Profil tanah  penampang vertikal tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah yang
terdiri dari solum tanah dan bahan induk tanah
Horison tanah  lapisan-lapisan tanah yang
berbeda dalam susunan fisika dan kimia yang
kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah
sebagai akibat dari proses perkembangan
tanah
Pedon  satuan individu terkecil dalam tiga
dimensi dari suatu tanah
Regolit  bahan-bahan lepas (termasuk tanah) di
atas batuan keras
Solum tanah  horizon tanah di atas batuan induk
yang terdiri dari horizon A dan horizon B
Kedalaman ekfetif tanah  kedalaman tanah yang
masih dapat ditembus dengan akar tanaman
Top soil  lapisan tanah yang paling atas yang
biasanya mengandung bahan organik dan
berwarna gelap dan subur dengan tebal sampai
dengan 25 cm yang sering disebut lapisan olah
tanah
Sub soil  lapisan bawah permukaan dengan
sedikit bahan organik (kurang subur) dan lebih
tebal dari top soil
II. BAGIAN-BAGIAN PENYUSUN TANAH,
TANAH MINERAL DAN TANAH ORGANIK
Biosfer
Atmosfer
BO
5% Udara
25 %

Bahan Mineral
45 %

Air
25 %
Litosfer Hidrosfer
Tanah Sistem kompleks dan dinamis

Udara tanah menempati ruang pori makro untuk


pernafasan akar atanaman dan mikrobia
Air tanah mengandung senyawa asam dan basa
yang dapat menguraikan dan melarutkan
mineral tanah
Lempung dan humus sebagai gudang
penyimpanan dan pelepasan unsur hara
tanaman
Tanah Mineral dan Tanah Organik
Tanah organik/Histosol/Gambut/Organosol
Tanah dengan kandungan bahan organiknya
lebih dari 20 %
Terbentuk karena proses penguraian LEBIH
LAMBAT dibanding penimbunan
Terjadi di daerah dengan DRAINASE BURUK
yang selalu tergenang air sehingga hanya
mikrobia anaerab yang menguraikan bahan
organik
Misal di daerah rawa pasang surut
 Bersifat pH rendah, unsur hara rendah, sulit
pengelolaannya
Tanah mineral  tanah yang kandungan
bahan organiknya kurang dari 20 % atau
kandungan mineralnya lebih dari 80 %
III. FAKTOR-FAKTOR
PEMBENTUK TANAH
Tanah
f (Iklim, Jasad Hidup, Bentuk Wilayah, Bahan Induk, Waktu)

Faktor Aktif Faktor Pasif


Proses Pembentukan Tanah

Pelapukan Perkembangan Profil


Pelapukan
 Berubahnya bahan penyusun batuan menjadi bahan
penyusun tanah (Geologi Destruktif)
Contoh : batuan feldsfat  mineral lempung
batuan besar  kerikil

Perkembangan Profil
 Terbentuknya lapisan tanah yang disebut horizon
yang merupakan salah satu ciri suatu jenis tanah
(Pedologis Kreatif)
Contoh : terbentuknya horizon tanah akibat proses
pencucian dan pengendapan
Iklim

Temperatur Curah hujan

Perbedaan temperatur Penguraian mineral


yang besar menimbulkan dan bahan organik
pelapukan fisik. yang menimbulkan
penguraian mineral pencucian (eluviasi)
secara kimia dan dalam tanah
memperbesar
evapotranspirasi
Berdasarkan Curah Hujan

Humid Arid
(Curah Hujan Tinggi) (Curah Hujan Rendah)

- mempercepat proses Kurang


penghancuran kimia Subur
- vegetasi lebat Profil tanah dalam
- bahan organik tinggi
- pelapukan intensif

Klimosekwen
 Hubungan antara pembentukan jenis tanah
akibat pengaruh iklim
Jasad Hidup
Proses pembentukan tanah
- Vegetasi Sumber bo  berkedudukan tetap
dan waktu lama

- Jasad makro
Pengurai bahan organik
- Mikrobia tanah

- Manusia Pembentuk tanah


Batuan Induk
Tekstur batuan induk dan sifat masam basa

Mudah sukarnya pelapukan mineral


Olivin
Mudah Lapuk
Piroksin
Ca-Plagioklas
Hornblende
Na-Plagioklas
Biotit
K-Feldspat
Muscovit
Sukar Lapuk
Kwarsa Goldich
Lithosekwen  Penyebaran jenis tanah
karena pengaruh batuan induk
Misal
Di daerah iklim tropika :
- Batuan induk volkan andesit  latosol
- Batuan induk pasir kuarsa  podsolik
merah kuning
Bentuk Wilayah

Datar Berombak Bergelombang Berbukit Bergunung


 Berpengaruh pada Pergerakan Air
Contoh
BI pasir kuarsa  bergelombang  PMK
 datar  hidromorf
BI Volkan andesit  datar  Latosol
 bergelombang  Latosol merah
kecoklatan
 berbukit  Latosol coklat
 bergunung  Andosol
Toposekwen  hub pembentukan jenis tanah
akibat pengaruh bentuk wilayah
Waktu
Tergantung batuan induk, iklim, jasad
hidup dan bentuk wilayah
Misal :
Di daerah tropika dengaan curah hujan,
temperatur tinggi & vegetasi lebat maka
pembentukan tanah perlu 50 tahun
Bahan induk abu volkan hanya perlu 14
tahun
Fase pembentukan tanah (menurut MOHR)
1. Taraf Permulaan
 BI baru mengalami pelapukan & belum ada
perkembangan profil
2. Taraf Juvenil
 Proses perkembangan profil mulai berjalan
3. Taraf Viril
 Proses perkembangan dalam saat optimum
4. Taraf Senil
 Proses perkembangan sudah lanjut
5. Taraf Terakhir
 Proses pelapukan sudah berakhir
IV. MINERALOGI DAN
PELAPUKAN BAHAN INDUK
Mineralogi BI
- Mineral Primer
 Mineral penyusun batuan dengan ukuran debu/pasir (0,002
– 1,00 mm)
Misal : feldspar, amfibol, piroksin, kuarsa dll
- Mineral Sekunder
 Mineral primer yang telah lapuk secara fisik, kimia & biologi
membentuk koloid dengan ukuran < 0,002 mm & bersifat
aktif
Misal : lempung kaolinit, montmorilonit, illit, mika & limonit
- Mineral Asesoria
 Mineral yang tahan pelapukan & bergabung dengan kuarsa
atau campuran bermacam mineral
Misal : apatit, magnetit, zircon dan pirit
- Golongan Mineral bukan Silikat
 Oksida-oksida, hidroksida-hidroksida, sulfat, klorida,
karbonat dan fosfat dengan struktur yang sederhana
- Golongan Mineral Silikat
 Mempunyai struktur yang komplek dengan satuan
utamanya (A) “silica-oksigen tetrahedron” 1 ion Si
dikelilingi oleh 4 ion oksigen. Yang penting dalam
struktur tetrahedron ini adalah penggantian ion Si oleh
Al yang disebut “pergantian isomorfik” yang
menyebabkan ketidakseimbangan muatan listrik yang
akan mengikat Na, K, Mg dan Fe. Satuan lain (B) adalah
“alumunium hidroksil octahedron” yang tersusun 1 ion
Al; dikelilingi oleh grup hidroksil (OH)
Batuan dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku
 terbentuk karena magma yang membeku

Batuan beku Jenis batuan


Batuan beku Liparit Trachit Dasit Andesit Basalt Pikrit
atas
Batuan beku Granit Sienit Diorit, Diorit Gabro
gang kuarsa
Batuan beku Granit Sienit Diorit, Diorit Gabro Peridotit
dalam kuarsa
Sifat Makin masam -– Intermidier -– Makin alkalis
2. Batuan Sedimen
 Batuan endapan tua
a. Batuan Gamping
 endapan laut, sebagian besar terdiri
kalsit dan dolomit
b. Batu Pasir
 banyak mengandung pasir kuarsa
c. Batu Konglomerat & Breksi
 macam-macam mineral
d. Batu Liat
 Kadar lempung tinggi
Misal : napal atau shale
3. Batuan Metamorfose
 Berasal dari batuan beku atau sedimen
yang karena tekanan dan suhu tinggi
berubah menjadi jenis lain
Misal : kuarsit dari batu pasir, marmer dari
batu kapur, mika dengan lembar halus,
granit dengan lembar kasar
Proses Pelapukan
1. Pelapukan Fisik
 Pemecahan batuan menjadi ukuran yang lebih
kecil tanpa perubahan kimia yang disebabkan
perbedaan temperatur, angin atau gerakan air
2. Pelapukan Kimia
 Pelunakan batuan & penguraian mineral
penyusunnya yang diikuti dengan
pembentukan mineral baru atau mineral
sekunder melalui proses hidrasi-dehidrasi,
oksidasi, reduksi, hidrolisis dan pelarutan
a. Hidrasi : molekul air terikat oleh senyawa
tertentu sehingga mineral menjadi lunak dan
meningkat daya larutnya
CaSO4 + H2O  CaSO4.2H2O
b. Dehidrasi : hilangnya molekul air oleh
senyawa tertentu sehingga terjadi perubahan
volume sehingga mempercepat proses
disintegrasi
c. Oksidasi : muatan listrik negatif berkurang
sehingga terjadi perubahan ukuran dan
muatan maka mineral mudah hancur (terjadi
jika cukup oksigen), penting untuk mineral
yang mengandung besi seperti biotit,
glaukonit, hornblende dan piroksin
Fe++  Fe+++ + e-
d. Reduksi : penambahan elektron (tidak ada
oksigen) dari besi feri menjadi fero yang
mudah bergerak (mobil)
Fe+++ + e-  Fe++
e. Hidrolisis : penggantian kation dalam struktur
kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal
rusak dan hancur
K Al Si3 O8 + H+  H Al Si3 O8 + K+
f. Pelarutan : terjadi pada garam sederhana
Misal : Karbonat, klorida dll
CaCO3 + 2 H+  H2CO3 + Ca++
3. Pelapukan Biologi
 Pelapukan dan penguraian batuan oleh hewan
dalam tanah
Ex. rayap, semut, cacing, tanaman, mikrobia
dan hewan lainnya

Tiga proses pelapukan yang


berlangsung bersama-sama
menghasilkan mineral sekunder yang
tersusun atas mineral lempung,
seskuioksida, humus dan senyawa
lainnya
Hasil Umum Pelapukan
A : (B x C) = X
100 – X = Y
Merrill (1912)
A : bagian yang tertinggal
B : batuan segar semula
C : hasil bagi seskuioksida sisa bahan
dibagi seskuioksida batuan segar
X : persentasi bagian yang tetap ada
Y : bagian asal yang hilang
4 proses pelapukan (Polinov, 1937)

Phase I
 hasil pelapukan kehilangan Cl dan S
Phase II
 hasil pelapukan kehilangan basa-basa Ca, Na,
K dan Mg
Phase III
 basa-basa hilang Al dan Si menjadi mobil
Phase IV
 hasil pelapukan berakhir sebagian besar
terdiri atas seskuioksida
Hasil Pelapukan
1. Bahan sisa residu
 Berasal dari pelapukan batuan setempat
(insitu) tanah tidak mengandung bahan asing,
dengan ciri bahannya tidak berlapis-lapis,
susunan kimia ditentukan oleh bahan induk
setempat
2. Bahan terangkut
 Bahan hasil pelapukan dipindahkan dari
tempat asalnya melalui gaya oleh air, angin,
gravitasi dan es
a. Bahan terangkut oleh air
 Endapan aluvial : terbentuk akibat banjir
dengan sifat berlapis-lapis
 Endapan lacustrin : terbentuk di dasar danau
atau kolam dengan tekstur beraneka
 Endapan marine : terbentuk di dasar lautan
dan banyak mengandung kuarsa
b. Bahan terangkut oleh angin
 Endapan puntuk pasir : terdapat di pantai dan
kurang subur
 Endapan loess : kadar debu tinggi,
diendapkan masa pleistocen
c. Bahan terangkut oleh gravitasi (Endapan
Coluvial)
Timbunan batuan ke kaki lereng secara
lambat akibat gravitasi
d. Bahan terangkut oleh es
(Glacial Till Deposits)
V. PROSES PERKEMBANGAN TANAH
Batuan Bahan
Induk Induk Tanah
Tanah Tanah
Pelapukan Perkembangan
Tanah

A. Perkembangan Profil Azasi


Mencakup proses-proses :
-Akumulasi bo  membentuk horison O
-Eluviasi/pencucian  membentuk horison A
-Iluviasi/pengendapan  membentuk horison B
-Diferensiasi horison
a. Proses Pembentukan Horison O
Penimbunan bo di permukaan tanah
Bo terdekomposisi :
- Terhumifikasi  membentuk humus
- Termineralisasi  membentuk mineral; H2O;
CO2; dan gas lain
Di daerah :
- humid tropik & sub tropik  CH & suhu tinggi
 dekomposisi intensif  hor. O tidak tebal,
mengandung garam karbonat  pH tidak
begitu masam
- humid sedang & dingin  suhu rendah 
dekomposisi lamban  penimbunan bo  hor.
O tebal & masih mentah dengan pH masam
b. Proses Pembentukan Horison A
Sifat/karakteristik hor. A ditentukan :
- Sifat larutan pencuci
- Sifat bahan tanah

Larutan Bahan Hor. A


Dari Lapisan tanah
Tanah Di Yang mengalami
Hor. O Bawahnya pencucian
Mencuci

Reagent Obyek Residu


(hor. Eluviasi)
c. Proses Pembentukan Horison B
Materi hasil pencucian dari hor. A akan
diendapkan ke lapisan bawah, pada horison
iluviasi/hor. B
Karakteristiknya sangat khas, karena tempat
akumulasi bahan-bahan organik halus, basa-
basa, lempung & senyawa-senyawa lain dari
atasnya
d. Diferensiasi Horison
Di bawah hor. B  hor. C yang merupakan
bahan batuan induk yang telah lapuk, tapi
belum mengalami perkembangan profil 
horison batuan induk tanah (hor. C)
Lapisan paling bawah berupa batuan induk
yang masih utuh  horison R
O  hor. organik
A  hor. eluviasi/pencucian

B  hor. iluviasi/pengendapan
C  hor. bahan induk tanah
R  hor. batuan induk tanah
Profil tanah yang berkembang lengkap
Jadi penyebab utama diferensiasi horison
adalah larutan tanah yang membawa
bahan-bahan dari harioson O & horison A
diendapkan di horison B  larutan tanah
merupakan ajang dinamika proses
perkembangan tanah
B. Perkembangan Profil Khusus
 proses-proses khusus perkembangan tanah
azasi  akan terbentuk jenis-jenis tanah
tertentu
a. Latosolisasi/Laterisasi/Feralitisasi
CH & suhu tinggi (di daerah humid tropik &
sub tropik)  dekomposisi bo intensif  asam
karbonat terbentuk  mampu mencuci hampir
habis basa-basa, silika & bo halus  residu
berapa penimbunan oksida-oksida Fe, Al & Mn
yang berwarna merah yang tebal (hor. B)
Tanah yang terbentuk latosol, laterit &
mediteran merah kuning
b. Podsolisasi/Silikasi
CH yang tinggi & suhu rendah dengan vegetasi
lebat (di daerah humid sedang dan dingin) 
dekomposisi lambat  terbentuk larutan sangat
masam  mencuci hampir semua unsur-unsur
kecuali silika (berupa kuarsa) sebagai residu
yang berwarna pucat
Dihasilkan tanah podsol yang berwarna pucat

c. Kalsifikasi
Proses penyebaran CaCO3 & MgCO3 dlm profil
CH sedikit dengan vegetasi rumput/semak 
perkolasi air terbatas  air tidak mampu
menghanyutkan semua kapur ke lapisan tanah
basah
d. Gleisasi
Keadaan lembab & basah yang silih berganti
 terjadi proses redoks senyawa besi 
kelarutan Ca, Mg & Mn tinggi
Terjadi tanah dengan warna kelabu kebiruan
dengan beberapa motling/bercak di sana-sini

e. Hidromorfik
Keadaan yang selalu jenuh air (pada daerah
rendah)  anaerob  proses reduksi
Kondisi yang selalu tereduksi menghasilkan
tanah hidromorfik dengan warna hampir
seragam kelabu-biru
f. Pembentukan Tanah Gambut
Topografi & iklim yang mendukung  bo segar
lebih banyak dan dekomposisi lambat 
pelonggokan bo yang sangat tebal 
dibedakan 3 jenis tanah gambut :
1) Gambut pantai yang ombrogen  tanah di
hutan yang berawa-rawa
2) Gambut topogen  di daerah cekungan di
pegunungan
3) Gambut pegunungan  bekas kawah
pegunungan yang menjadi paya-paya
g. Salinisasi & Desalinisasi
Di daerah kering & agak kering  CH tinggi &
penguapan tinggi  akumulasi garam-garam
clorida, sulfat, nitrat & karbonat dari basa alkali
& alkali tanah di permukaan tanah  terbentuk
tanah garaman (solonchak)
Drainase tinggi  solonchak  desalinisasi 
tanah Chesnut
h. Alkalisasi & Dealkalisasi
Proses menghasilkan pH tinggi karena
akumulasi garam karbonat & bikarbonat
dengan Na  tanah solonetz
Jika drainase tinggi  terbentuk tanah Soloth
 prosesnya disebut Solodisasi
i. Alterasi
Merupakan proses pelapukan fisik maupun
kimia yang merupakan langkah awal dari
pembentukan tanah
Terbentuk mineral-mineral baru hasil rentetan
proses perombakan, pemindahan dan
pembentukan senyawa baru

j. Lixifiasi
Proses pencucian lempung ke bawah,
tertimbun pada hor. B
Lempung menyumbat/menempati ruang pori-
pori atau menyelimuti (coating) butir-butir-butir
tanah pada horizon B
VI. SIFAT FISIKA TANAH

►Tekstur
►Struktur
►Konsistensi
►Warna
►Temperatur
►Lengas
►Udara
A. TEKSTUR
Perbandingan relatif partikel-partikel
tanah, yaitu pasir debu, dan lempung
dalam suatu masa tanah
Penggolongan tekstur tanah didasarkan
atas perbandingan fraksi (golongan
partikel tanah) yang menyusunnya
Segitiga Klas Tekstur Tanah USDA
membagi 12 klas tektur dari yang paling
kasar (pasiran) sampai halus (lempung)
 Penetapan klas tekstur dapat dilakukan
secara kualitatif (di lapangan) dan
secara kuantitatif (di laboratorium)
a. Kualitatif  dengan membasahi tanah
lalu dipijit-pijit
- pasir  terasa kasar dan tajam
- debu  terasa licin
- lempung  terasa liat dan lengket
b. Kuantitatif  dengan analisis
mekanik/granuler (lebih teliti) dan
dilakukan di laboratorium
Tanah bertekstur halus (lempung tinggi)
bersifat lengket, meyerap air banyak
sehingga sukar atau berat untuk diolah
 disebut Tanah Berat, kebalikannya
adalah Tanah Ringan (pasir tinggi)
Tanah terbaik untuk pertanian adalah
Tekstur Sedang (tekstur geluh)  tanah
yang mempunyai perbandingan pasir,
debu, dan lempung hampir seimbang
Modified from : Agriculture and Agri-food Canada (2005)
Klasifikasi Fraksi Tanah
1. Sistem Internasional
Pasir
Lempung Debu Kerikil
Halus Kasar

0,002 0,02 0,2 2

2. Sistem USDA
Pasir
Clay Debu Kerikil
Sangat Sangat
Halus Sedang Kasar
Halus Kasar

0,002 0,05 0,1 0,25 0,5 1 2


Kadar P, K dan Ca pisahan fraksi tanah lapisan di AS
Tanah yang dibentuk dari bahan
Pisahan Residual Residual Dataran Glasial Arid
Kristalin Batu Kapur Pantai dan Loess
%P
Pasir 0.03 0.12 0.03 0.07 0.08
Debu 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
Lempung 0.31 0.16 0.34 0.38 0.20
%K
Pasir 1.33 1.21 0.31 1.43 2.53
Debu 2.00 1.52 1.10 2.00 3.44
Lempung 2.37 2.17 1.34 2.55 4.20
% Ca
Pasir 0.36 8.75 0.05 0.91 2.92
Debu 0.59 7.83 0.14 0.93 6.58
Lempung 0.67 7.08 0.39 1.92 5.73
B. STRUKTUR TANAH
Susunan ikatan partikel tanah satu sama lain

PED : agregat terbentuk dengan sendirinya


Clod : agregat terbentuk karena pengolahan
tanah

Pengamatan struktur tanah di lapang :


- Tipe struktur : bentuk & susunan agregat
- Kelas struktur : ukuran agregat
- Derajat struktur : kuat lemahnya agregat
Tipe Struktur
1. Lempeng
2. Tiang Prismatik
Kolumner
3. Gumpal Bersudut
Membulat
4. Remah
5. Granulair
6. Berbutir tunggal
7. Pejal (masif)
Kelas Struktur
- Sangat tipis  sangat tebal
- Sangat halus  sangat kasar

Derajat Struktur
- Tak beragregat
- Lemah
- Sedang
- Kuat
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
tanah :
1. Pembasahan & pengeringan
2. Pembekuan & pencairan
3. Aktivitas perakatan tanaman
4. Kation terjerap
5. Pengolahan tanah
6. Bahan organik
Struktur tanah yang dikehendaki tanaman
adalah struktur “REMAH” karena
perbandingan bahan padat dan tuang
pori kuranglebih seimbang

Tujuan pengolahan tanah adalah agar


mendapatkan struktur tanah dalam
bentuk, besar, dan ketahanan yang
dikenhendaki tanaman
C. KONSISTENSI TANAH
 Derajat kohesi dan adesi partikel tanah dan
resistensi terhadap perubahan bentuk
Penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan
pada 3 fase keadaan :
1. Tanah Basah
 kandungan air di atas kapasitas lapangan

a. Kelekatan  kekuatan melekat dengan benda


lain : - tidak lekat
- agak lekat
- lekat
- sangat lekat
b. Plastisitas  kemampuan tanah membentuk
gulungan :
- tidak plastis
- agak plastis
- plastis
- sangat plastis
2. Tanah lembab
 Kandungan air mendekati kapasitas lapangan
 kering angin :
- sangat gembur - sangat teguh
- gembur - luar biasa teguh
- teguh
3. Tanah kering
 Tanah dalam keadaan kering angin

- lepas - lunak
- agak keras - keras
- sangat keras - luar biasa keras
D. WARNA TANAH
Salah satu sifat tanah yang mudah silihat dan
dapat menunjukkan sifat-sifat tanahnya
Bersifat tidak murni
Faktor yang mempengaruhi :
1. Kadar lengas & tingkat pengatusan
2. Kadar bahan organik
3. Kadar dan mutu mineral
Warna tanah berhubungan dengan daya
menyerap panas dari cahaya matahari
Warna Hitam/gelap > menyerap panas
Warna tanah secara langsung dapat
dipakai :
- Menaksir tingkat pelapukan atau proses
pembentukan tanah
- Menilai kandungan bahan organik
- Menilai keadaan drainase
- Melihat adanya horison pencucian dan
horison pengendapan
- Menaksir banyaknya kandungan mineral
Urutan warna tanah yang menunjukkan penurunan
produktivitas tanah

Hitam – coklat – coklat karat – abu coklat – merah –


abu-abu – kuning – putih

Panjang gelombang cahaya yang tampak oleh


mata
Warna Panjang gelombang, λ
Lila 0.38 – 0.45
Biru 0.45 – 0.49
Hijau 0.49 – 0.57
Kuning 0.57 – 0.60
Jingga 0.60 – 0.62
Merah 0.62 – 0.75
Penetapan warna tanah dengan
“Munsell Soil Color Charts”
Dikenal parameter warna :
Hue : warna utama tanah/yang merajai
berkas cahaya yang terlihat
Ex. 5R, 7.5R, 10R, 2.5YR, 5YR, dst
Value : derajat terangnya warna/kisaran
dari putih (9/10) ke hitam (nilai 1 atau 0)
Chroma : intensitas warna atau
perubahan kemurnian warna dari kelabu
netral atau putih
Ex. Penyebutan warna tanah dengan
“Munsell”
7.5YR 3/2 (w)  dark brown (wet)
7.5YR 5/4 (m)  brown (moist)
7.5YR 6/4 (d)  light brown (dry)

Hue Value Chroma


E. TEMPERATUR
Berpengaruh pada proses pelapukan dan
penguraian bahan induk, reaksi-reaksi
kimia dan berpengaruh langsung pada
pertumbuhan tanaman
Ex.
Perkecambahan jati > 30 OC
Perkecambahan jagung optimum + 38 OC
Nitrifikasi optimum + 30 OC
Umbi kentang 16 – 21 OC
Jasad hidup tanah 18 – 30 OC
Jagung (produksi) 27 – 30 OC
Sumber panas : panas matahari yang
menyinari bumi

Kapasitas tanah mengikat panas


dipengaruhi :
- Besar sudut datang
- Letak garis lintang
- Tinggi dari muka laut
- Agihan (distribusi) lahan dari perairan
- Keadaan vegetasi
G. TATA AIR DAN UDARA TANAH
Erat hubunganya dengan penyebaran
pori dalam tanah
Berdasarkan ukuran :
- Pori tak berguna (Ø < 0.2 µ)  air tidak
tersedia
- Pori berguna (Ø > 0.2 µ  0.2 – 8.6 µ) 
air tersedia
- 8.6 – 30 µ pori drainase lambat (air
tersedia)
- > 30 µ  pori drainase cepat (air tidak
tersedia)/terisi udara
Lingkaran Pergerakan Air
Air atmosfer

Transpirasi
Presipitasi
Pengembunan &
penjerapan
Air limpas Infiltrasi
permukaan Tanaman
(run off) Lengas tanah

Penguapan
Rembesan Perkolasi (evaporasi)
ke samping
Air bumi
(ground water)
Larutan
Aliran sungai
Kekuatan pengikatan air oleh tanah
dinyatakan dalam :
1. Atmosfer (atm)
2. Tinggi kolom air (cm)
1 atm = 1033.6 cm air
3. pF (free energy) = log tinggi kolom air
Nilai pF 0 – 7
pF 0  tanah jenuh air
pF  tanah kering mutlak
Air yang tersedia bagi tanaman :
 pF 2.54 – 4.2 atau 1/3 – 15 atm
Klasifikasi lengas tanah pF
Air penyusun dan air antar lapis > 7.0
Air higroskopis 7.0 – 4.5
Air kapiler 4.5 – 2.5
Air gravitasi 2.5 – 0.0
Air bumi (ground water) bebas tegangan

Nilai Kapasitas Lapangan tergantung :


- Tekstur
- Struktur
- Bahan organik
- Jenis koloid
- Macam kation pada koloid
Na > K > Mg > Ca
Keadaan Air Tanah
Lengas Titik layu Kapasitas
Higroskopis lapangan

Air Kapiler
Mengalir
Zarah karena
Air
Tanah gravitasi
adhesi

10.000 31 15 1/3
atm atm atm atm
pF 7.0 4.5 4.2 2.54
Tinggi satuan Log tinggi kolom atm
kolom ari air (pF)
10 1 0.01
100 2 0.10
346 2.53 1/3
1.000 3 1 Air
10.000 4 10 tersedia
15.849 4.18 15
31.623 4.5 31
100.000 5 100
1.000.000 6 1.000
10.000.000 7 10.000
(Brady, 1974)
Permeabilitas
Laju pergerakan suatu zat cair melalui media
berpori (konduktivitas hidrolika)
Aliran jenuh air : sebagian besar pori-pori diisi
oleh air, ini terjadi di dalam zona air bumi atau
kadangkala setelah hujan lebat atau selama
irigasi
Air dalam kondisi ini bebas tegangan
Laju aliran jenuh :
pasir > geluh > lempung
Aliran tidak jenuh : pori-pori hanya sebagian saja
berisi air, air dipengaruhi tegangan
pasir < geluh < lempung
E. UDARA TANAH
Udara tanah menempati pori-pori makro antara
agregat-agregat sekunder tanah
Udara tanah penting bagi pernafasan akar
tanaman dan kegiatan jasad hidup tanah
Udara tanah berbeda dengan udara atmosfer
dalam hal :
- Udara tanah mengandung uap air >
- O2 < ; CO2 >
- Udara tanah tidak selalu menempati pori makro
tapi silih bergnati dengan lengas tanah dan
berasal dari atmosfer, proses kimia atau dari
kegiatan biologi tanah
Komposisi Udara Tanah
 Tergantung dari proses biologi serta sukar
mudahnya tukar menukar dengan udara
atmosfer

Contoh udara tanah sawah yang bebas air

Gas-gas di lapis olah Kadar terhadap %


volume udara tanah
N2 75 – 11
O2 2.8 – 0
CO2 2 – 20
CH4 17 – 73
0 – 2.2
H
Faktor-faktor yang mempengaruhi
komposisi udara tanah :
- Iklim
- Sifat tanah seperti tekstur, struktur,
tinggi permukaan air tanah
- Sifat tanaman
Keterdapatan tanaman mengurangi kadar
O2 dan menambah CO2, bo dan kegiatan
jasad renik CO2 > (jika aerob), CH4 > (jika
anaerob)
KIMIA TANAH

ILMU DASAR UNTUK MENGETAHUI FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN UNSUR HARA
TERHADAP TANAMAN.

MEMPELAJARI SESUATU YANG DIHUBUNGKAN


DENGAN REAKSI-REAKSI YANG TERJADI PADA
PERMUKAAN KOLOID TANAH DAN BAHAN KIMIA YANG
LARUT, INTERAKSI KOLOID TANAH DENGAN pH
TANAH.
TANAH TERSUSUN OLEH :
PENYUSUN TANAH YANG BERPERAN AKTIF
DALAM REAKSI KIMIA TANAH ADALAH BAHAN
ORGANIK DAN CLAY (LEMPUNG) YANG
MEMPUNYAI DIAMETER < 1 MIKRON.

BAHAN TERSEBUT DINAMAKAN KOLOID


TANAH.
MEMPUNYAI BIDANG PERMUKAAN TANAH
YANG LUAS UNTUK PERUNIT MASSA
TERSUSPENSI DALAM AIR
BERMUATAN NEGATIF
KOLOID TANAH :
AN ORGANIK 1. KOLOID SILIKAT (SiO2nH2O) HIDROFIL,
BERMUATAN NEGATIF
2. HIDROKSIDA BESI [Fe(OH3)] MENIMBULKAN
WARNA MERAH, KUNING, COKLAT ATAU
CAMPURANNYA.
3. HIDROKSIDA ALUMINIUM [Al(OH)3]
ORGANIK KOLOID HUMUS

MINERAL
KOMBINASI 2 ATAU LEBIH UNSUR YANG TERDAPAT DALAM KULIT
BUMI MEMBENTUK CAMPURAN DISEBUT MINERAL.
MINERAL-MINERAL BERCAMPUR MEMBENTUK BATUAN.
MINERAL LEMPUNG
BERDASARKAN KEJADIANNYA DIBEDAKAN :
1. MINERAL PRIMER
MINERAL YANG TERJADI LANGSUNG DARI
MAGMA DAN MENYUSUN DIRI MEMBENTUK
BATUAN-BATUAN TERTENTU SEBAGAI KERAK
BUMI
2. MINERAL SEKUNDER
MINERAL YANG TERJADI DARI MINERAL PRIMER
YANG TELAH MENGALAMI PELAPUKAN,
BERKOMBINASI SATU DENGAN YANG LAIN
MEMBENTUK MINERAL LAIN
MISAL : MINERAL LEMPUNG
MINERAL LEMPUNG
1.MINERAL LEMPUNG SILIKAT
2.MINERAL LEMPUNG BUKAN SILIKAT : MERUPAKAN
KELOMPOK SENYAWA HIDROKSIDA BESI DAN
ALUMINIUM
MISAL :
GIBSIT (AlO3H2O)
GOETIT (FeO3H2O)
LIMONIT (FeO3nH2O)

MINERAL LEMPUNG :
 BERPERAN DALAM KESUBURAN TANAH
 BERPENGARUH TERHADAP SIFAT DAN CIRI TANAH
 BERBENTUK KRISTAL
 DASAR STRUKTURNYA TERDIRI DARI :
SILIKAT-TETRAHEDRAL
ALUMINA-OKTAHEDRAL
SILIKAT-TETRAHEDRAL
TERDIRI 1 ATOM Si
DIKELILINGI 4 ATOM O

ALUMINIUM-OKTAHEDRAL
TERDIRI 1 ATOM Al
DIKELILINGI 6 ATOM O ATAU
HIDROKSIL
MINERAL LEMPUNG SILIKAT DIBAGI 4 GOLONGAN :

1. TIPE 1:1 = KAOLINIT


HAMPIR TIDAK TERJADI SUBSTITUSI
ISOMORFIK
2a. TIPE 2:1 = MONTMORILONIT
TERJADI SUBSTITUSI ISOMORFIK Al3+ OLEH
Mg3+, Si4+ OLEH Al3+
2b. TIPE 2:1 = VERMIKULIT
TERJADI SUBSTITUSI ISOMORFIK. KAPASITAS
JERAPAN KATION MELEBIHI YANG LAIN.
2c. TIPE 2:1 = ILLIT
15%Si DIGANTIKAN OLEH Al, KELEBIHAN
NEGATIF DIJANUHI K.
3. TIPE 2:2 = KLORIT
2 LEMBAR OKTAHEDRAL Mg(OH)2 DIAPIT 2
LEMBAR TETRAHEDRAL SILIKA.
4. TIPE 2:1:1 = PALIGORSKIT;SEPIOLIT
MINERAL LEMPUNG ALOFAN :
 AMORF TIDAK KRISTALIN
 PADA TANAH ABU VULKAN
 KOMPOSISI KIMIANYA DICIRIKAN RASIO Al:Si =
1:1 ATAU 1:2
 RUMUS KIMIA : SiO2Al2O32H2O
Al2O32SiO2H2O

TIPE LEMPUNG LAIN DALAM KELOMPOK INI


ADALAH IMOGOLIT.
 TERDAPAT DALAM ABU VOLKANIK ATAU
BANTALAN BATU APUNG
 RUMUS KIMIA : SiO2Al2O32.5H2O
TIPE MINERAL 1:1

 TERDIRI DARI 1 LEMPENG SILIKA TETRAHEDRAL DAN 1


LEMPENG ALUMINA OKTAHEDRAL
 KEDUA LAPISAN TIAP UNIT KRISTAL DIIKAT OLEH ATOM
OKSIGEN YANG DIPEGANG BERSAMAAN OLEH ATOM Si DAN
Al DARI MASING-MASING KISI, AKIBATNYA KISI MANTAP DAN
TIDAK TERJADI PENGEMBANGAN ANTARUNIT BILA BASAH
(DAYA MENGEMBANG-MENGERUT SERTA PLASTISITASNYA
RENDAH)
 SUBSTITUSI ISOMORFIK HANYA SEDIKIT
 AKIBAT ADANYA GUGUS HIDROKSIL YANG TERBUKA, TIPE INI
MEMPUNYAI MUATAN NEGATIF YANG BERUBAH-UBAH
TERGANTUNG pH
 KAPASITAS TUKAR KATIONNYA RENDAH (1-10 me/100g)
 KAPASITAS JERAPANNYA KECIL KARENA LUAS PERMUKAAN
SPESIFIKNYA KECIL (7-30 m2/g)
 KELOMPOK TERDIRI : KAOLINIT; HALOYSIT;ANAUKSIT DAN
DIKIT
 KAOLINIT DITEMUKAN DALAM TANAH ULTISOL,OXISOL,
ALFISOL.
TIPE MINERAL 2:1 (MENGEMBANG)

 DICIRIKAN LEMPENG ALUMINA OKTAHEDRAL DIJEPIT OLEH DUA


LEMPENG SILIKA TETRAHEDRAL
 ANGGOTA : MONTMORILONIT; BEIDELIT; NONTRONIT; SAPONIT; DAN
VERMIKULIT
 IKATAN ANTAR KRISTAL LEMAH SEHINGGA MUDAH MENGEMBANG
BILA BASAH DAN MENGERUT BILA KERING (PLASTISITAS DAN
KOHESI TINGGI) DAN DAPAT MENYEMAT ION LOGAM DAN SENYAWA
ORGANIK
 DIAMETER 0.01-1 MIKRON, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK 700-800 M2/g
 KTK 70 me/100g
 SEDIKIT TERJADI SUBSTITUSI ISOMORFIK
 SUBSTITUSI ISOMORFIK OLEH Mg MENYEBABKAN MEMPUNYAI
MUATAN NEGATIF YANG TINGGI
 MONTMORILONIT MEMPUNYAI Mg DAN Fe DALAM POSISI
OKTAHEDRAL. BEIDELIT TIDAK PUNYA Mg DAN Fe TAPI Al TINGGI
 MUATAN BERUBAH-UBAH HANYA SEDIKIT, SEBAB SEMUA GUGUS
HIROKSIL TERLETAK DALAM BIDANG PERMUKAAN YANG TERTUTUP
JARINGAN ATOM OKSIGEN
 MONTMORILONIT SEBAGAI PENYUSUN TANAH-TANAH : VERTISOL,
MOLLISOL, ALFISOL, DAN ENTISOL
 JARAK LAPIS : 12.4-14A0
TIPE MINERAL 2:1 (TIDAK MENGEMBANG)=HIDRUSMIKA

ANGGOTA TERPENTING ADALAH ILLIT


MENGANDUNG KALIUM PADA ANTARLAPISANNYA
SIFAT-SIFAT SEPERTI HIDRASI, MENJERAP KATION, MEMUAI
DAN MENGERUT, PLASTISITAS SERTA DISPERSI TIDAK
SEINTENSIF MONTMORILONIT, TETAPI LEBIH JIKA DIBANDING
KAOLINIT
KTK 30 me/100g
JARAK LAPIS 10A0
DITEMUKAN DALAM TANAH : ENTISOL, INCEPTISOL, ARIDISOL,
MOLLISOL, ALFISOL, SPODOSOL

TIPE MINERAL 2:2


ANGGOTA TERPENTING ADALAH KLORIT
TERDIRI DARI 2 LEMBAR TETRAHEDRAL SILIKA DAN 2 LEMBAR
OKTAHEDRAL MAGNESIUM
LEMPENG MAGNESIUM DISEBUT BRUSIT [Mg(OH)2]
SUBSTITUSI ISOMORFIK TERJADI DALAM LAPISAN
TETRAHEDRAL MAUPUN OKTAHEDRAL
DITEMUKAN DALAM TANAH : ARIDISOL, MOLLISOL, ULTISOL
ASAL MUATAN NEGATIF PADA LEMPUNG :

1. SUBSTITUSI ISOMORFIK
ADALAH PERISTIWA DIMANA Si DLAM
TETRAHEDRAL ATAU Al DALAM OKTAHEDRAL
SERING DIGANTIKAN OLEH ION LAIN YANG
BERUKURAN SAMA

2. DISOSIASI DARI GUGUS HIDROKSIL YANG


TERBUKA
KEBERADAAN GUGUS OH PADA TEPI KRISTAL
ATAU PADA BIDANG YANG TERBUKA, PADA pH
TINGGI, HIDROGEN DARI HIDROKSIL TERURAI,
SEHINGGA PERMUKAAN LEMPUNG MENJADI
BERMUATAN NEGATIF (MUATAN BERUBAH-
UBAH ATAU MUATAN TERGANTUNG pH)
PERTUKARAN KATION

KOLOID TANAH BERMUATAN NEGATIF AKAN MENARIK


ION-ION BERMUATAN POSITIF YANG DISEBUT KATION.

KOLOID TANAH KOLOID TANAH

AIR TANAH

KOLOID TANAH KOLOID TANAH

4 KOLOID DENGAN SELAPUT AIR SEPERTI FILM MERUPAKAN


LARUTAN TANAH
KATION-KATION BERASAL DARI :
 PEMUPUKAN
 PELAPUKAN MINERAL TANAH DAN BAHAN ORGANIK
 PELAPUKAN/PATAHAN MINERAL LEMPUNG (Al+++)
 AIR (H+)

PERTUKARAN KATION TERJADI BILA :

MISEL

(DALAM LARUTAN
TANAH)
PENCUCIAN
RATA-RATA
DALAM TANAH
Contoh pertukaran kation :

Ca MISEL +2H+ MISEL +Ca2+


Pertukaran kation di alam

Kita umpamakan : (L=ion logam bervalensi 1)


Ca40 Ca382Ca(HCO3)2
Al20 Al20
MISEL + 5 H2CO3 MISEL
H20 H25 L(HCO)3
L20 L19
Pertukaran kation terjadia atas dasar jumlah ekuivalen.
Muatan negatif pada bidang adsorpsi koloid dinetralkan oleh kation-
kation : Ca, K, Mg, Na, NH4, Al, Fe, H, dan lain-lain.
Pengikatan ion-ion pada bidang adsorpsi berbeda-beda, tergantung :
1. Konsentrasi atau jumlah ion-ion
2. Jumlah muatan pada ion
3. Kecepatan bergerak (aktivitas) tergantung :
a. Ukurannya
b. Tebalnya selubung air hidrat
Kation bervalensi 1 diikat dengan kekuatan kecil dibanding
dengan yang bervalensi 3 yang terbesar.

Kation yang berselubung air hidrat tebal lebih mudah


ditukar.
Mudah tidaknya ditukar, diberikan dalam DERET
LYOTROPH : Li>Na>K>NH4>Mg>Ca>Ba>H
Kation di sebelah kiri lebih mudah dilepaskan daripada ion-
ion yang terletak disebelah kanannya.

Definisi KTK :
Banyaknya kation yang dapat dijerap oleh tanah persatuan
berat tanah (biasanya per 100g), dan yang dapat
dipertukarkan. Dinyatakan dalam satuan me/100g tanah
kering oven.
1 me = 1 miligram hidrogen atau sejumlah ion lain
Faktor yang mempengaruhi KTK :
1. Tekstur tanah (+jumlah lempung)
Kasar KTK rendah
Halus KTK tinggi
2. Jenis lempung
Tipe 1:1 KTK rendah
Tipe 2:1 KTK tinggi
Illit 37 me/00g
Montmorilonit 100 me/100g
Kaolinit 5 me/100g
3. Jumlah kandungan bahan organik
Setiap 1% BO KTK bertambah 2 me/100g tanah
Humus KTK 200me/100g tanah
4. Reaksi tanah/pH
Secara umum :
pH rendah KTK rendah
pH tinggi KTK tinggi
5. Pengapuran dan pemupukan
(Berhubungan dengan pH)
Persentase Kejenuhan Basa
KTK Indikasi kesuburan
Kejenuhan basa tanah

Kation-kation yang terdapat dalam jerapan koloid dapat dibedakan


Kation basa dan kation asam

Kation basa : Ca++, Mg++, K+, Na+;Kation asam : H+, Al+++


Persentase kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara
jumlah kation basa dengan jumlah semua kation (basa+asam) yang
terdapat dalam kompleks jerapan tanah
jumlah kation basa
Kejenuhan Basa  x100%
KTK

%KB=40, artinya 40% bagian KTK diduduki basa dan 60% bagian
didudki H+ dan Al+++.
KB tanah pH tinggi>tanah pH rendah
REAKSI TANAH
Reaksi tanah adalah istilah untuk menyatakan reaksi asam,
basa di dalam tanah
Reaksi tanah berpengaruh terhadap :
1. Pertumbuhan tanaman
2. Kelarutan dan ketersediaan hara tanaman
3. Ada/tidaknya unsur/senyawa meracun tanaman
4. Kecepatan dekomposisi/pelapukan mineral tanah dan BO
Pertama kali oleh : Sorensen (1909)
“logaritma negatif aktivitas ion H+”
memudahkan : digunakan konsentrasi H+
pH = -log [H+]
1
= log [H ]

Pengukuran KEASAMAN
Komposisi air (murni) :
 Molekul air
 Ion-ion hidrogen
 Ion-ion hidroxyl
Ionisasi air :
HOH H++OH-
Pada 250C, 1 liter air beratnya 997g
1 mol air beratnya 18g
1 liter air ada 55.4 mol air
Dua hal yang perlu dicatat :
1. Hanya 1 mol air dari 554 juta mol yang terionisasi
2. Jumlah, konsentrasi mol H+ seimbang dengan OH-
setiap liternya
HOH = 55.3999998 mol/l
H+ = 0.0000001 mol/l
OH- = 0.0000001 mol/l

pH air murni dihitung sbb:


1
pH  log
0.0000001
pH  log10000000  7
Penyebab kemasaman tanah
Tanah masam : ion H+>ion OH-
Kation-kation dapat dipertukarkan sebagai sumber H+ dan OH-
Yang penting :
 Ion hidrogen (H+) yang terdapat bebas pada larutan tanah
 Ion aluminium (Al+++) penyebab tak langsung, berasal dari Al
pada struktur oktahedral Al.
 Masuk kedalam larutan tanah (+H2O)
Al++++3H2O Al(OH+)3+3H+
Al++++2H2O Al(OH+)2+2H+
Al++++H2O Al(OH++)+H+
 Al dijerap pada bidang pertukaran

MISEL MISEL
Al+3H 2O Al(OH)3+ H+
Sumber-sumber penyebab kemasaman tanah
1. Humus atau bahan organik
 Gugus-gugus karboksil
gugus-gugus phenolik timbunan ion H+
gugus-gugus kelompok amino
 Proses dekomposisi
H2CO3 mencuci basa-basa terus-
menerus
H2SO4, HNO3 tambahan ion H+
2. Garam-garam yang larut
 Pemupukan
 Pelapukan mineral
 Dekomposisi BO
menambah kation-kation, lalu menggantikan Al
teradsorbsi Al masuk ke larutan tanah penyebab
tambahnya H+
3. Intensitas pencucian
Tanah di daerah humid : basa-basa tercuci, tertinggal H+ dan
Al+++
Al++++H2O Al(OH)+++H+
Al(OH)+++H2O Al(OH)+2+H+
Al(OH)+2+H2O Al(OH)3+H+
4. Mineral lempung (liat) alumino silikat oleh pelapukan dari
oktahedral Al membebaskan Al dengan 2 kemungkinan :
 Al teradsorbsi

MISEL MISEL
Al+3H2O Al(OH)3+ H +

 Al dalam larutan
5. Karbon dioksida (CO2)
CO2 dihasilkan oleh adanya respirasi akar dan jasad hidup
dalam tanah, + H2OH2CO3 mencuci basa-basa
KEMASAMAN AKTIF DAN KEMASAMAN
CADANGAN

Kemasaman aktif = jumlah ion H+ dalam


larutan
Kemasaman cadangan = jumlah ion H+ dan
Al3+ yang terjerap
NETRALISASI KEMASAMAN DENGAN KAPUR
 Reaksi dengan H2O
CaO+H2O Ca(OH)2
CaCO3+H2O Ca2++HCO3-+OH-
 Reaksi dengan H2CO3
CaCO3+H2CO3 Ca(HCO3)2
Ca(OH)2+2H2CO3 Ca(HCO3)2+2H2O
MISEL
Reaksi dengan misel (koloid) MISEL
+Ca(OH)2
MISEL Ca +2H2O MISEL
+Ca(HCO3)2 Ca
MISEL +2COMISEL
2
+CaCO3 Ca +CO2
Bahan penting dari kapur dalam menetralkan
kemasaman tanah adalah CO32- dan OH- yang dihasilkan
 Ion CO32- mampu menarik ion H+ dari koloid tanah
 Ion OH- dapat mengusir Al3+ dari kompleks jerapan
Bila sumber kemasaman tanah adalah ion H+

CaCO3 Ca2++CO32-
MISEL MISEL
+CO3 2-
+H2CO3
MISEL MISEL
+Ca2+

Bila sumber kemasaman adalah ion Al3+

CaCO3 Ca2++CO2-
CO32-+H2O HCO3-+OH-
MISEL MISEL
+OH- +Al(OH)3
MISEL MISEL
+Ca2+
UNSUR HARA
Jaringan tanaman segar tersusun atas C,H dan O sebesar
94-99.6%
0.5-6% berasal dari unsur hara dalam tanah

PERAN UNSUR HARA


1. Sebagai penyusun molekul organik yang kompleks
(terutama unsur mikro)
2. Membantu peranan enzym
3. Mempertahankan keseimbangan ion, yaitu antara
kation bervalensi satu dan dua
4. Berperan dalam sistem oksidasi-reduksi karena sifat
valensinya yang dapat berubah

Tanaman mengabsorbsi unsur hara dalam bentuk ion yang


terdapat disekitar perakaran.
Berdasarkan kebutuhan tanaman, dibagi 2 kelompok :
 Unsur hara makro
 Unsur hra mikro
Unsur hara dalam tanah berasal sari :
 Bahan organik
 Udara BATUAN
 Air hujan
 Batuan/mineral MINERAL PRIMER

UNSUR-UNSUR HARA
Si,Al mineral lempung
K, Na bahan pendispersi
Mn, Fe proses oksidasi reduksi
pembentukan agregat
Ca, Mg bahan penjonjot
UNSUR HARA :
1. Membentuk senyawa baru yang sukar larut
2. Tersdsorbsi pada permukaan koloid tanah
3. Tercuci ke lapisan bawah ke laut
4. Diserap tanaman/jasad renik

Kekurangan unsur-unsur hara esensial akan


menimbulkan gejala pada tanaman, seperti
diserang penyakit, hal ini disebut penyakit
fisiologis
Unsur hara dapat dipakai untuk indikasi kesuburan
tanah
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman (esensial)
Kriterianya (Arnon):
1. Kekurangan unsur tersebut menghambat pertumbuhan
2. Gejala kekurangan unsur tersebut dapat dihilangkan
hanya dengan penambahan unsur tersebut
3. Unsur tersebut harus secara langsung terikat dalam
gizi makanan tanaman

Unsur hara makro (dibutuhkan dalam jumlah banyak)


C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S

Unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah sedikit)


Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn, Cl, Mo
Bahan Organik dan
Mikroorganisme Tanah
Soil Components
The 4 parts of soil

Soil
Air
About ½ of the soil Mineral 25% About ½ of the soil
volume is solid particles Matter volume is pore space
45%
Soil
Water
25%

Organic
Matter
5%
SOIL ORGANIC MATTER
► Soil Organic matter
encompasses
all organic components
of a soil:
1. Fresh residues
2. Decomposing
organic
matter
3. Stable organic
matter
4. Living organisms
BAHAN ORGANIK
Sumber :
1. Jaringan tanaman
2. Binatang
Jaringan tumbuhan terdiri atas :
 Air 75%
 Padat 25%
• Pati 15%
• Protein 2.5%
• Lignin 2.5-7.5%
• Lemak 0.25-2%
Atau
– C 11%
– O 10%
– H 2%
– abu 2%
Pengaruh BO terhadap tanah
Fisik :
1. Kemampuan menahan air meningkat
2. Warna tanah menjadi coklat-hitam
3. Meningkatkan granulasi dan kemantapan agregat
4. Menurunkan kohesi, plastisitas, sifat buruk tanah
Kimia :
1. Meningkatkan daya jerap dan KTK
2. N,P,S terhindar dari pencucian, karena terikat dalam tubuh jasad
renik
3. Membantu pelapukan mineral
Biologi :
1. Jumlah dan aktivitas organisme makro dan mikro dalam tanah
meningkat

Ditentukan oleh :
1. Sumber dan susunannya
2. Kelancaran dan dekomposisi
3. Hasil dekomposisi
Komposisi BO cepat terurai : pati, gula, protein, hemi
selulosa
Komposisi BO lambat terurai : selulosa, lignin, lemak,
minyak, waks
Proses dekomposisi BO :
1. Oksidasi enzymatik
2. Pembebasan/imobilisasi unsur
3. Sintesa menjadi senyawa baru

HUMUS
Adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan,
amorf, bersifat koloidal, berwarna coklat kehitaman,
berasal dari jaringan tumbuh-tumbuhan dan binatang,
ligno protein sebagai intinya.
C/N

C/N tanah = 10:1 sampai 12:1, tergantung iklim dan C/N


tumbuh-tumbuhan serta jasad mikro.

Bila C/N BO tinggi, akan terjadi persaingan antara


tumbuhan dengan jasad mikro

Pada dekomposisi BO tigkat lanjut akan menghasilkan C/N


rendah

Kadar BO dalam tanah tergantung kedalaman tanah, iklim,


tekstur, dan drainase
Fresh Residues
► Up to 15% of organic matter
is fresh residue
► Comprised mainly of
litter fall
► Much can be recognized
as plant residue
Decomposing Organic Matter

► Plant material is
transformed from one
organic compound to
another, mainly by
organisms in the soil
► Organisms create by-
products, wastes, and cell
tissue
► Compounds released as
waste by one organisms can
often be used as food by
another
Active Fraction

► 10 to 30% of the soil


organic matter (active
fraction) is responsible
for maintaining soil
microorganisms.
► The active fraction of
organic matter is most
susceptible to soil
management practices. ACTIVE
(Inactive = humus)
Stable Organic Matter -Humus
► Thus, soil organic
compounds become
stabilized and resistant to
further changes by
microorganisms
► Stabilized organic matter
acts like a sponge and can
absorb six times its
weight in water
►SOM is labile* -it can
decline rapidly if the
soil environment changes
and renewable -it can
be replenished by inputs
of organic material to
the soil.

* Labile = Constantly or readily undergoing chemical,


physical, or biological change or breakdown; unstable.
Decomposition of Plant Residues
(Under aerobic conditions)
CO2
Plant
More microbial biomass
Residues
+ NH4+, SO42-, etc. (inorganic waste)
Dead
Microorganisms Humus (organic waste)
Decomposition of Organic
Matter
►Organic materials are decomposed by
heterotrophic microorganisms.
►The organic matter is a source of
carbon energy
_______, __________, and
nutrients
_____________ to these organisms.
Form Formula Decomposition Composition
____________________________________________________________________________________
Cellulose (C6H10O5)n rapid * 15-50%
 
Hemicellulose 5-35%
glucose C6H12O6 moderate-slow
galactose
mannose
xylose C5H10O5 moderate-slow

Lignin(phenyl-propane) slow 15-35%


 

Crude Protein RCHNH2COOH** rapid 1-10%


 
Polysaccharides
Chitin (C6H9O4.NHCOCH3)n rapid
Starch glucose chain rapid
Pectins galacturonic acid rapid
Inulin fructose units
____________________________________________________________________________________
* - decomposition more rapid in the presence of N
** - amino acid glycine (one of many building blocks for proteins)
PERUBAHAN SENYAWA
ORGANIK DALAM TANAH

I. SENYAWA DALAM JARINGAN TANAMAN SEGAR

Sukar didekomposisi Mudah


didekmposisi
Lignin Cellulose
Fats/lemak Starches/pati
Oils/minyak Sugars/gula
Resin Proteins
II. SENYAWA INTERMEDIER DLM DEKOMPOSISI

Senyawa resisten mudah didekomposisi


Resins Amino acids
Waxes/lilin Amides
Oils and Fats Alcohols
Lignin Aldehydes
III. HASIL PROSES DEKOMPOSISI DLM TANAH

Senyawa kompleks Hasil akhir sederhana


Humus- a colloidal complex carbon dioxide and water
nitrates
sulfates
phosphates
calcium compounds
Organic matter decomposition
Carbon and Nitrogen Cycling
During each cycle of
degradation about 2/3 of
the organic carbon is used
During each cycle of
for energy and released as degradation about 1/3 of
carbon dioxide (CO2) CO2 the organic carbon is used
to build microbial cells or
becomes part of the soil
organic matter
Plant litter

CO2

Bacteria, Fungi
Soil organic matter Nematodes, protists, humus
Organic matter decomposition
Carbon and Nitrogen Ratio
CO2
Litter
2/3 of carbon
C/N ratio released as CO2
around C/N
ratio
24:1 8:1

Average C/N ratio Microbial C/N ratio is


of bacteria and maintained at 8:1 with no
uptake or release of N
fungi is 8:1
Organic matter decomposition
Carbon and Nitrogen Ratios
CO2
Litter 2/3 of carbon
C/N ratio released as CO2
around C/N
ratio
90:1 30:1

Average C/N ratio Microbial C/N ratio is


maintained at 8:1 by taking
of bacteria and up N from soil
fungi is 8:1
Soil N

Immobilization
Organic matter decomposition
Carbon and Nitrogen Ratios
CO2
Litter 2/3 of carbon
C/N ratio released as CO2
around C/N
ratio
9:1 3:1

Microbial C/N ratio is


Average C/N ratio maintained at 8:1 by
of bacteria and releasing N to the soil
fungi is 8:1

Soil N
Mineralization
C:N Ratio
► Why is the C:N ratio important?
– Microorganisms need C and N in fixed ratios,
because C and N are used to synthesize
proteins, nucleic acids, etc.
– Bacterial cell C:N is 5:1 to 8:1. Since about
50% of the C in an organic material is
converted to CO2, they need roughly a C:N of
10:1 to 16:1 in the residue they consume.
– Fungi need a C:N of about 40:1 in their diet
C:N Ratio
decomposition 20 g as CO2
50 g C
10 g as waste
20 g as biomass

Therefore, if the residue


containing 50 g of C Microbial biomass has an average
contains < 2 g of N C:N of 10:1, therefore how much N
(C:N>25:1), it will have is needed to balance the new biomass
insufficient N for microbial C?
needs. What about 2g
>2 g N (C:N <25:1)
How is SOM Measured?
SOM is usually measured in the
laboratory as organic carbon,
Soil organic matter is estimated
to contain 58% organic carbon
(varies from 40 to 58%) with
the rest of the SOM
comprising of other elements
(eg, 5% N, 0.5% P and 0.5% S).
A conversion to SOM from a
given organic carbon analysis
requires that the organic
carbon content be multiplied
by a factor of 1.72
(1.00/0.58). Testing for Soil Organic Carbon
Thus, 2% SOM is about 1.2%
organic carbon.
Determination Soil Organic
Matter
►SOM by loss on ignition
– 360 C for 2 to 16 h
►SOC
– Combustion and measurement of CO2
►Add Sn or CuO catalyst and burn at high temp.
►Generally gas chromatography is used to to
measure CO2.
– Walkley Black
►Chemical oxidation
Walkley Black Methode
► Oxidize SOM to CO2 using acid dichromate
► Assume C is in the zero oxidation state as in
carbohydrates (CH2O).

3CH2O + 16H+ + 2Cr2(VI)O72- --> 4Cr3+ + 3CO2 +


11H2O

Titrate excess Cr2(VI)O72- with Fe2+


Humus
►The stable portion of soil organic matter that
results from microbial degradation of
residues.
– Dark colored
– About 58% C, 5% N
– Complex chemical structure, aromatic plus
aliphatic functional groups
– Difficult to break down because of structure
– high CEC
► Newly-formed humus=
a) combination of resistant Leaf Humus
materials from the original
plant tissue,
b) compounds synthesized as
part of the
microorganisms' tissue
which remain as the
organisms die (Fluvic and
Humic Acid)
► humus is resistant to
further microbial attack-
N and P are protected
from ready solubility.
Roles of Soil Organic Matter
►Microbial substrate
►Nutrient reserve (esp. N, P, S)
►CEC
►Water-Holding capacity
►Soil structure
SOM Improves Soil
Chemical Properties
– Increases Cation
Exchange Capacity so the
soil is better able to store
and supply plant nutrients
– Increases pH buffering so
the soil resists changes in
pH
– Reduces Aluminum, Iron,
and Manganese toxicity in
acidic soil
Bonding to Carboxyl
Sites
 pH dependent charge
(part of soil CEC).
 Carboxylate charge
sites loosely bonded
bases (Na+, K+, Ca2+,
and Mg2+)
Chelatio
n
 Strong bonding by O functional groups.
 Carboxylate and phenolate sites bond - Cu2+
high charge and heavy metals HO O
 High charge; e.g. Fe3+ and Al3+ CH O-
 Heavy metals e.g. Cu2+, Pb2+, Zn2+, and
Fe3+.
CH
OH

Chelation
If your soil looks like this…

SOM Improves Soil Physical


Properties
– Increased granulation and
aggregate stability
– Makes heavy soils easier to
work
– Increases water infiltration You can avoid this!
rates
– Increases water holding
capacity
– Decreases erosion
Conserving SOM
►Management practices that can help
conserve or build SOM:
– Reduced (minimum) tillage
– Cover crops
– Growing high residue crops
– Adding organic materials to soils
– Practicing crop rotation
Return more crop residues

Add cover crops

Diversify crop rotations

Add other sources of


organic material
In 1 teaspoon of soil there are…

 Bacteria 100 million to 1 billion


 Fungi 6-9 ft fungal strands put end to end

 Protozoa Several thousand flagellates & amoeba


One to several hundred ciliates
 Nematodes 10 to 20 bacterial feeders and a few fungal feeders
 Arthropods Up to 100

 Earthworms 5 or more

Travis & Gugino -


PSU
Soil Organisms
Significance/Fungsinya
1. Decomposition of plant and animal residues
2. Release of nutrients and inorganic elements
which feed plants and cause mineral
weathering
3. Synthesis of new organic compounds
4. Humus formation to increase cation
exchange and structure
5. Nitrogen fixation
Soil Organisms Cont.
Kind
1. Plant
2. Animal
Plants ( bacteria, actinomycetes, fungi, algae)
1. Bacteria
1. Very small single celled organisms
2. Multiply by elongation and dividing into 2 parts
3. Millions or even billions per gram of soil
I. Classification of Bacteria
(Heterotropic)
A. Heterotropic obtain their carbon and energy from
various organic compounds

1. Nitrogen fixing derive their nitrogen in gaseous


form from the atmosphere or they can obtain their
nitrogen from Ammonia or Nitrates
a. Non Symbiotic - those that are free living
1. Anaerobic organisms - those not
needing free oxygen for
respiration
Don’t need
Host Plant
Clostridium
– More common in forest soils
– Optimum Reaction pH 6.9 - 7.3
– no fixation below pH 5.0

2. Aerobic- need free oxygen

Azotobacter
– More common in agriculture soils
– Very sensitive to acidity
– pH below 5.5 to 6.0 no fixation
b. Symbiotic - live on host plant to mutual advantage
Rhizobium
- Find on nudules
- Nitrogen from the air
c. Aerobic Bacteria- requiring combined Nitrogen
Bacillus mycoides
- Cause denitrification
d. Anaerobic Bacteria - which require combined Nitrogen
- Nitrates ---------- Nitrites, ammonia
- Sulfates ---------- Sulfites, sulfides
Classification of Bacteria
(Autotrophic)
B. Autotrophic- derive their carbon primarily
from CO2 of the atmosphere and their
energy from the oxidation of
inorganic
compound or simple compounds of
carbon
Cont.
1. Bacteria using nitrogen
compounds as an energy source
a. Nitrosomes
- oxidize ammonium Nitrite
- NH4+ NO2-
Cont.
b. Nitrobacter
- Oxidize Nitrite to Nitrate
- NO2- NO3-
- little or no activity below a pH of 6.0
- little or no activity below a temp of 65oF
2. Bacteria using sulfur or sulfur compounds as
energy sources.
a. Thiobacillus
S + O2 + H2O H2SO4
SOIL MICROORGANISM

Bacteria

UBC EM facility

Pseudomonas

Arthrobacter CIMC
Ed Basgall
Bacillus
Travis & Gugino -
PSU
II. Actinomycetes
Unicellular micro-organisms
Transitional between the bacteria and fungi
Effect of soil pH
a. Sensitive to acid soil- no activity below pH 5.0,
optimum activity between 6.0 - 7.5
Heterotropic Feeders- breaks down organic matter
and humus liberating nutrients, especially
nitrogen
form NH3
Actinomycetes

SSSA

Paul R. August

Univ of Iowa
Streptomyces
Travis & Gugino -
PSU
Nitrogen Cycle
III. Fungi
Heterotropic organisms
Fungi will tolerate a wide pH range
– abundant in acid soils where bacteria and
actinomycetes offer only limited competition
Activities of Fungi
– Decompose organic residues
Fungi Cont.
Micorrhiza- fungus roots
more common in forest soils
fungal roots form a mat around the
absorbing root while others penetrate the
root cells
– Symbiotic relationship- help with nutrient
absorption by increasing absorptive surface
– Pine seedlings will not grow well without them
Microorganisms
Aspergillus Fungi
Trichoderma

K.J. Kwon-Chung

PSU Em
facility

D.C. Straney
Fusarium Travis & Gugino - PSU
Mycorrhizae
IV. Algae
minute plants which are photosynthetic
found in surface soils but in low
amounts
Blue green types are important in wet
soil
– fix nitrogen in rice paddies
– give off oxygen to the water
Soil Macro Animals
Include- rodents, insects, millipedes,
centipedes, earthworms
Earthworm- most important macro animals
– may pass as much as 15 tons of dry earth
per acre through their bodies
Micro-organisms and the nitrogen cycle
Organic matter of mineral soils
Source- remains of plants and animals
Nematodes
Many beneficial effects from
activities of microorganisms
►Microorganisms
produce:
– Plant growth
hormones
– Stimulate plant growth
hormones
– Compete with disease
organisms
KESIMPULAN
1. Soil organic matter : all living organisms
(microorganisms, earthworms, etc), fresh residues (old
plant roots, crop residues, recently added manures),
decomposing organic matter and stable organic matter
(humus).
2. Influence of Soil Organic Matter on Soil Properties : Soil
Color - brown to black, Influence on physical properties
(granulation , plasticity , H2O holding capacity ), High
cation adsorption, Supply and availability of nutrients.
3. SOM is usually measured in the laboratory as organic
carbon, A conversion to SOM from a given organic carbon
analysis requires that the organic carbon content be
multiplied by a factor of 1.72 (100/58).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai