Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

KELAINAN REFRAKSI

RACHMAT PUTRA PRATAMA


1102010225
ANATOMI MATA
MEDIA REFRAKSI

Kornea
COA
Pupil
COP
Lensa
Corpus vitreus
PENDAHULUAN

 Emetrop :
 Tanpa akomodasi, sinar sejajar yang datang ke mata
akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina

 Ametropia :
 Keadaan dimana terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh karena kornea atau adanya perubahan panjang
bola mata, sehingga sinar normal tidak dapt terfokus
ke macula.
 Dapat berupa miopia, hipermetropia, presbiopia,
astigmatisma.
 Ametropia aksial :
 Terjadi akibat sumbu bola mata lebih panjang atau lebih
pendek sehingga bayangan benda difokuskan didepan
atau dibelakang retina

 Ametropia refraktif :
 Terjadi akibat kelainan sistem pembiasan sinar dalam
mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak
didepan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka
bayangan benda akan terletak dibelakang retina
(hipermetropia refraktif)
KELAINAN REFRAKSI

MIOPIA
HIPERMETROPIA
ASTIGMATISME
PRESBIOPIA
MIOPIA

Terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa


(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola
mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang
dibiaskan akan terletak di depan retina.
JENIS MIOPIA
Miopia Refraktif
 Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari
normal (kornea terlalu cembung atau lensa
mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
Miopia Aksial
 Diameter anteroposterior yang lebih panjang,
bola mata yang lebih panjang
Miopia Indeks
 Indeks bias mata lebih tinggi dari normal,
misalnya pada diabetes mellitus
Miopia karena perubahan posisi
 cth: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya
pasca operasi glaukoma
KLASIFIKASI MIOPIA

 Menurut derajat beratnya


 Mipoia ringan (sampai 3 dioptri)
 Miopia sedang (3 - 6 dioptri)

 Miopia berat ( lebih dari 6 dioptri)

 Menurut perjalanan penyakitnya


 Miopia statisioner/simpleks
 Miopia progresif

 Miopia malignant
MANIFESTASI KLINIK MIOPIA
Manifestasi klinik ( subjektif ):
 1. Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan
nyaman apabila melihat dekat karena
membutuhkan akomodasi yang lebih kecil
daripada emetrop.
 2. Kadang seakan melihat titik-titik seperti
lalat terbang karena degenerasi vitreus.
 3. Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat
mengantuk (merupakan gejala asthenophia).
 4. Memicingkan mata agar melihat lebih jelas
agar mendapat efek pin-hole.
 Objektif :
 Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak
dipakai.
 Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
 Mata agak menonjol pada miopi tinggi.

 Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis


disebut fundus tigroid.
DIAGNOSIS MIOPIA

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar utk melihat jauh
 Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah
penglihatan yang buram disebabkan kelainan refraksi
atau kelainan anatomi
 Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis
negatif sampai didapatkan visus 6/6
3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi

 Auto refraktometer
PENATALAKSANAAN MIOPIA

 Koreksi non bedah


 Kacamata sferis negatif terkecil
yang memberikan ketajaman
penglihatan maksimal agar
memberikan istirahat mata
dengan baik sesudah dikoreksi
 Koreksi bedah
 Fotorefraktif Keratektomi (PRK)
 Laser in situ Keratomileusis
(LASIK)
 Keratomi Radikal
KOMPLIKASI MIOPIA

Ablasio retina

Strabismus/ mata juling


Hipermetropia

Keadaan mata tak berakomodasi yang


memfokuskan bayangan dibelakang retina . Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang
sumbu atau menurunnya indeks refraksi.
BENTUK HIPERMETROPIA

 Hipermetropia Laten
 Hipermetropia Manifest
 Hipermetropia Absolut
 Hipermetropia Fakultatif

 Hipermetropia Total
Manifestasi Klinik Hipermetropia
 Gejala subyektif
 Penglihatan kabur bila melihat dekat dan jauh

 Astenopia akomodativa : sakit kepala, mata cepat


lelah, cepat mengantuk sesudah membaca dan
menullis

 Gejala obyektif
 Terjadi strabismus

 COA dangkal, karena hipertofi otot-otot siliaris

 Ambliopia pada mata yang tanpa akomodasi; tidak


pernah melihat obyek dengan baik
Diagnosis Hipermetropia

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan pinhole

 Refraksi subyektif dengan cara trial and error

3. Pemeriksaan penunjang
 Funduskopi

 Refraktometer
Tatalaksana Hipermetropia
 Non bedah
 Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat yanpa kelelahan
 Tidak diperlukan lensa sferis positif pada hipermetropia rinagn,
tidak ada astenopia akomodatif, tidak ada strabismus
 Bedah
 LASIK (Laser in situ keratomileusis)
 LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
 PRK
Komplikasi Hipermetropia
 Strabismus (Esotropia)

 Glaukoma sekunder
Astigmatisme

Astigmatisme merupakan kondisi dimana sinar


cahaya tidak direfraksikan dengan sama pada
semua meridian dan berkas cahaya
difokuskan pada 2 garis titik yang seling
tegak lurus akibat kelainan kelengkungan
kornea.
Astigmatisme
Klasifikasi Astigmatisme

Astigma dapat terjadi dengan kombinasi kelainan


refraksi yang lain termasuk:
1. Miopia : bila kurvatura kornea selalu melengkung atau
jika aksis mata lebih panjang dari normal. Bayangan
terfokus didepan retina dan menyebabkan objek dari
jauh terlihat kabur
2. Hipermetropia : ini terjadi jika kurvatura kornea
terlalu sedikit atau aksis mata lebih pendek dari
normal. Bayangan terfokus dibelakang retina dan
menyebabkan objek dekat terlihat kabur
Klasifikasi Astigmatisme

 Bentuk Astigmatisme:
1. Astigmatisme reguler :
 astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur
dari satu meridian ke meridian berikutnya.
 Dibedakan atas Astigmat ‘with the rule’ dan Astigmat
‘against the rule’

2. Astigmatisme irreguler :
 Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2 meridian yang
saling tegak lurus
Klasifikasi Astigmatisme

 Klasifikasi astigmatisme dilihat dari kondisi optik:


1. Simple hypermetropia astigmatism
2. Simple myopia astigmatism
3. Compound hypermetropia astigmatism
4. Compound miopic astigmatism
5. Mixed astigmatism
Manifestasi Klinik Astigmatisme
 Manifestasi klinik:
1. Distorsi bagian-bagian
lapang pandang
2. Tampak garis vertikal,
horizontal atau miring
yang tidak jelas
3. Memegang bahan
bacaan dari dekat
4. Sakit kepala, mata
berair dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala
agar dapat melihat
jelas
Diagnosis Astigmatisme
• Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
• Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus ( snellen chart)
b. Refraksi
 Subjektif : kartu astigmatisme
 Objektif : keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop

c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi


d. Pemeriksaan umum mata :
 reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, 27 penglihatan warna,
tekanan intraokular, pemeriksaan segmen anterior dan
posterior
Penatalaksanaan Astigmatisme
 Penatalaksanaan non bedah:
dapat dikoreksi dengan sferis
silindris sesuai aksis yang
didapatkan, untuk
astigmatisme yang kecil tidak
perlu dikoreksi. Untuk
astigmatisme miopi,
diperlukan lensa silinder
negatif, untuk astigma
hipermetropi diguunakan
lensa silinder positif.
 Astigma juga dapat dikoreksi
dengan keratektomi,
fotorefraktif, dan LASEK
PRESBIOPIA

Presbiopia merupakan gangguan akomodasi pada usia


lanjut yang dapat terjadi akibat kelemahan otot
akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
Presbiopia
Gejala Klinik Presbiopia
 Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering
panas setelah membaca
Penatalaksanaan Presbiopia
 Pada pasien presbiopi, kacamata atau addisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuatan
tertentu, biasanya:
o +1,0 D untuk usia 40 tahun
o +1,5 D untuk usia 45 tahun
o +2,0 D untuk usia 50 tahun
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
• Karena jarak baca biasanya 33cm maka addisi
+3,0 dioptri adalah lensa positif terkuat yang
dapat diberikan pada seseorang, pada keadaan
ini mata tidak melakukan akomodasi bila
membaca pada jarak 33 cm
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai