Anda di halaman 1dari 69

Riwayat Pekerjaan

• Kepala Gudang Farmasi Kab.Pesisir Selatan


• Ka.Instalasi Farmasi RSU. Sungai Dareh
• Fungsional Farmasi pada RSUD. Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
• Kabid. Penunjang Medis RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
• Wadir Penunjang Medis dan Pendidikan RSUD.Dr.Achmad Mochtar
Bukittinggi
• Direktur RSUD Padang Panjang
• Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
• Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Padang Panjang
• Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang
Kontek Sejarah
 Ilmu ini pertama berkembang di Negara
barat, tepatnya kota industri Pittburg,
USA, 1980an.
 Berkembang sejalan dengan peradaban
barat yang liberal dan lebih terbuka.
 Mungkin kurang cocok dengan
kebudayaan Indonesia, tiap prosedur dan
proses analisa kebijakan pada dasarnya
ilmiah oleh karena itu bersifat ”Universal”.
Pengertian
 Kebijakan. : Aturan, ketentuan atau norma yang
menjadi acuan, petunjuk atau pedoman untuk
MELAKSANAKAN KEGIATAN.

 ANALISA KEBIJAKAN : “ILMU SOCIAL TERAPAN”


YANG MENGGUNAKAN METODE PENYELIDIKAN
ATAU ARGUMENTATIVE DALAM
MEMPELAJARI/ANALISA KEBIJAKAN, SEHINGGA
DIPEROLEH INFORMASI YANG RELEVAN DENGAN
KEBIJAKAN TERSEBUT.

 TUJUAN ANALISA KEBIJAKAN : MEMBERIKAN


MASUKAN KEPADA PEMBUAT KEBIJAKAN DENGAN
INFORMASI YANG RELEVAN TERSEBUT. SEHINGGA
DAPAT DITETAPKAN SOLUSI APABILA NANTI
TERDAPAT HAMBATAN-HAMBATAN.
What is related
information data?

 Pada setiap tahap analisa kebijakan terpadu ?


 Masalah kebijakan/latar belakang.
 Rekomendasi/saran-saran mengenai berbagai alternatif
tindakan.
 Pelaksanaan tindakan-tindakan yang direkomendasi.
 Data tentang tindakan yang dilaksanakan dan hasil-
hasilnya.
 Hasil akhir (out come) atau dampak yang merupakan
wujud akhir dari kebijakan yang masuk kedalam
”Pelaporan akhir dan kesimpulan”
Tujuan Analisa Kebijakan
 Orientasi analisa kebijakan Adalah problem solving,
sehingga bersifat jangka pendek (pragmatis).
Memerlukan bantuan ilmu atau disiplin ilmu lain seperti
:
– Sosiologi
– Ekonomi
– Politik
– Social budaya
– Hukum
– Filsafat
– Etika
– Psikologi
– Antropologi
– Matematika (Statistik)
Beberapa Kritik

 Dicurigai ada ideology tersembunyi untuk


menganalisa kebijakan para penguasa.
 Dicurigai sekedar memberikan alasan
pembenaran atau pengesahan (Legitimasi)
terhadap kebijakan yang dikeluarkan penguasa.

 KONTRA KRITIK.
 Ilmu pengetahuan dan fakta objektif saja tidak
cukup untuk menetapkan atau landasan untuk
analisa kebijakan mengapa ?
 Karena proses penetapan kebijakan juga
mempertimbangkan aspek-aspek lain (seperti
norma/nilai-nilai dan kepentingan lain).
Tujuan akhir dari analisa kebijakan
adalah Munculnya rekomendasi/saran-
saran yang berisi tindakan-tindakan yang
tepat dalam arti dapat dilaksanakan
(Acceptable/Applicable)

Oleh karena itu aspek norma/nilai-nilai


lainnya juga harus dipergunakan dalam
analisa kebijakan.
Apa Kebijakan
itu?
 Kebijakan  (Policy): 
Sejumlah  keputusan  yang  dibuat  oleh
mereka yang bertanggung jawab 
dalam bidang kebijakan tertentu
Kebijakan  Publik  (Public  Policy): 
Kebijakan  - kebijakan  yang dibuat 
oleh  pemerintah  atau  negara
PENGERTIAN KEBIJAKAN
PUBLIC
Kebijakan public menurut Thomas Dye (1981)
Adalah apapun pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan.

Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan


publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan
pemerintah atau yang dilakukan pemerintah
ketika pemerintah menghadapi masalah
publik.
 Kebijakan  Kesehatan  (Health  Policy): 
Segala sesuatu untuk mempengaruhi faktor
faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

Bagi  seorang  dokter  kebijakan  merupakan  segala  sesuatu


yang berhubungan  dengan  layanan  kesehatan  (Walt,  1994)
Ruang lingkup administrasi
kebijakan kesehatan

 Kebijakan kesehatan (health policy)


 Hukum Kesehatan (health law)
 Ekonomi kesehatan (health economic)
 Manajemen tenaga kesehatan (health man
power)
 Administrasi rumah sakit (hospital
administration)
Faktor  Kontekstual  yang Mempengaruhi  Kebijakan

 Faktor  situasional:  Faktor  yang  tidak  permanen  atau


khusus yang dapat berdampak pada kebijakan (contoh:
kekeringan)

 Faktor  struktural:  bagian  dari  masyarakat  yang  relatif tidak 


berubah  (misal:  sistem  politik)

 Faktor  Budaya:  Faktor  yang  dapat  berpengaruh  seperti


hirarki,  gender,  stigma  terhadap  penyakit  tertentu

 Faktor  Internasional  atau  eksogen:  faktor  ini menyebabkan 


meningkatnya  ketergantungan  antar  negara dan 
mempengaruhi  kemandirian  dan  kerja  sama  internasional
dalam  kesehatan
Kebijakan kesehatan (health
policy)

Kebijakan kesehatan membahas tentang


penggarisan kebijaksanaan, pengambilan
keputusan, kepemimpinan, public
relation, penggerakan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan program –
program kesehatan.
Mengapa  Kebijakan  kesehatan  penting?
• Sektor  kesehatan  merupakan  bagian  penting
perekonomian di berbagai negara

• Kesehatan  mempunyai  posisi  yang  lebih  istimewa


dibanding  dengan  masalah  sosial  yang  lainnya

• Kesehatan  dapat  dipengaruhi  oleh  sejumlah


keputusan  yang  tidak  ada  kaitannya  dengan
pelayanan  kesehatan  (misal:  kemiskinan,  polusi)

• Memberi  arahan  dalam  pemilihan  teknologi kesehatan


Beberapa Variabel Yang
Menentukan
Kerangka Kebijakan Kesehatan

• Tujuan yang akan dicapai dalam mengambil kebijakan


kesehatan
• Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan
dalam pembuatan kebijakan
• Sumberdaya yang mendukung kebijakan kesehatan
• Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan
kebijakan kesehatan
• Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial,
ekonomi, pilitik dan sebagainya.
• Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
PROSES ANALISIS
KEBIJAKAN KESEHATAN
Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian
aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses
kegiatan yang bersifat politis.

Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian


kegiatan yang mencakup penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, dan
penilaian kebijakan.

Sedangkan aktivitas perumusan masalah,


forecasting, rekomendasi kebijakan dan monitoring
merupakan aktivitas yang lebih bersifat intelektual.
TAHAP ANALISIS KEBIJAKAN

 Perumusan Masalah
 Forecasting
 Rekomendasi Kebijakan
 Monitoring Kebijakan
 Evaluasi Kebijakan
TAHAP ANALISIS KEBIJAKAN

• Perumusan Masalah
Memberikan informasi mengenai kondisi – kondisi yang
menimbulkan masalah

• Forecasting
Memberikan informasi mengenai konsekuensi di masa
mendatang dari diterapkannya alternatif kebijakan
termasuk apabila tidak membuat kebijakan.

• Rekomendasi Kebijakan
Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari
setiap alternatif dan merekomendasikan alternatif
kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling tepat
• Monitoring Kebijakan
Memberikan informasi mengenai konsekuensi
sekarang dan masala lalu dari diterapkannya
alternatif kebijakan termasuk kendala-
kendalanya.

• Evaluasi Kebijakan
Memberikan informasi mengenai kinerja atau
hasil dari suatu kebijakan.
CONTOH : TAHAPAN ATAU PROSEDUR ANALISA KEBIJAKAN TERPADU

Perumusan masalah

Peramalan (berbagai alternative tindakan)

rekomendasi/saran-saran tindakan

Pemantauan (monitoring)
Pelaksanaan tindakan dan hasilnya

Penilaian (Evaluasi)

Pelaporan/penyimpulan akhir.
Kebijakan kesehatan di
Indonesia

Kebijakan kesehatan Indonesia dirumuskan


dalam Sistem Kesehatan Nasional.

Bagian pertama dari Sistem Kesehatan


Nasional secara garis besarnya
menggariskan arah, tujuan, kebijaksanaan
dan dasar serta landasan tentang
bagaimana seharusnya pengadministrasian
segala upaya kesehatan di Indonesia
Sistem Kesehatan Nasional
• Untuk menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan, diperlukan
dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang
tangguh.

• Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional


(SKN) telah ditetapkan pada tahun 1982.

• SKN secara terus menerus mengalami
perubahan sesuai dengan dinamika
masyarakat
Pengertian SKN

• Suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya


bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjami derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945.

• Dari rumusan pengertian di atas, jelaslah SKN


tidak hanya menghimpun upaya sektor kesehatan
saja melainkan juga upaya dari berbagai sector
lainnya termasuk masyarakat dan swasta.
Sesungguhnyalah keberhasilan pembangunan
kesehatan tidak ditentukan hanya oleh sektor
kesehatan saja.
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN

UPAYA
Meningkatakan
KESEHATAN Ketersediaan, TUJUAN
SEDIAAN PEMBA
PEMBIAYAAN FARMASI, ALKES keterjangkauan, NGUNAN
KESEHATAN & MAKANAN
pemerataan dan BIDANG
kualitas Farmasi FARMASI
SKN
MANAJEMEN
dan Alkes
SDM
& INFOKES KESEHATAN

PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT Meningkatkan
Pengawasan Obat
dan Makanan TUJUAN
PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Masyarakat sehat
yang mandiri dan
berkeadilan

27
Administrasi dan Kebijakan
Upaya Kesehatan
Perorangan
UU Dasar 1945
Pasal 28H
• Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
Pasal 34
• Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
• Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
• Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang- undang.
UU No. 40 thn 2004 ttg SJSN
Pasal 22
• Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa
pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan
• Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan
pelayanan, peserta dikenakan urun biaya
Pasal 23
• Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas kesehatan milik
Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
• Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
Kepmenkes 131 thn 2004 ttg SKN
• SKN harus berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sistem nasional
tersebut, seperti:
• Sistem Pendidikan Nasional,
• Sistem Perekonomian Nasional
• Sistem Ketahanan Pangan Nasional
• Sistem Hankamnas, dan
• Sistem-sistem nasional lainnya
• Untuk menjamin keberhasilan pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD). Dalam kaitan ini
kedudukan SKN merupakan suprasistem dari SKD.
• SKD menguraikan secara spesifik unsur-unsur upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sumberdaya obat
dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen
kesehatan sesuai dengan potensi dan kondisi daerah. SKD merupakan
acuan bagi berbagai pihak dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di daerah.
Kepmenkes 131 thn 2004 ttg SKN
• Subsistem upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yakni upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP).
• UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan)
dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat
adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan.
• UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan
pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga
termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran
fisik dan kosmetika.
Kepmenkes 131 thn 2004 ttg SKN
• Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah Puskesmas yang
didukung secara lintas sektoral dan didirikan sekurang-kurangnya satu di
setiap kecamatan. Puskesmas bertanggung jawab atas masalah kesehatan
di wilayah kerjanya.
• Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas, yakni sebagai (1) pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan dan (3) pusat pelayanan kesehatan tingkat
dasar.
• Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan, kesehatan ibu,
anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.
Kepmenkes 131 thn 2004 ttg SKN
• Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat dan
swasta dalam bentuk pelayanan profesional, seperti praktik bidan, praktik
perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan,
praktik dokter/klinik 24 jam, praktik bersama dan rumah bersalin.
• UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh Puskesmas
yang memiliki dua fungsi pelayanan: pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan perorangan.
• Apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah
tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas.
Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat
dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah
yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.
• Di masa mendatang, biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap
digunakan seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat rentan dan keluarga miskin. .
PP 23 Thn 2005 ttg Badan Layanan Umum
Pasal 1
•Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di
lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
•Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut
PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas
berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan negara pada umumnya.
PP 23 Thn 2005 ttg Badan Layanan Umum
Pasal 2
•BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan
prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
•BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang
bersangkutan.
•(2)  BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi
induk.
UU 25 thn 2009 ttg Pelayanan Publik
Pasal 1
•Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
•Penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang- undang
untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik.
•Organisasi Penyelenggara pelayanan publik adalah satuan kerja
penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk
berdasarkan undang- undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
UU 25 thn 2009 ttg Pelayanan Publik
Pasal 5
•Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa
publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
•Meliputi pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi,
perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis
lainnya.
Penjelasan :
•Jasa publik dalam ketentuan antara lain pelayanan kesehatan (rumah sakit
dan puskesmas), pelayanan pendidikan (sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi), pelayanan navigasi
laut (mercu suar dan lampu suar), pelayanan peradilan, pelayanan
kelalulintasan (lampu lalu lintas), pelayanan keamanan (jasa kepolisian), dan
pelayanan pasar.
UU no. 36 thn 2009 ttg Kesehatan
Pasal 30
• Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas: pelayanan
kesehatan perseorangan; dan pelayanan kesehatan masyarakat.
• Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan tingkat pertama;
pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Pasal 35
• Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 52
• Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
• Pelayanan kesehatan meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
UU no. 36 thn 2009 ttg Kesehatan
• Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
• Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.
Pasal 54
• Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab,
aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
• Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan kesehatan
• Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pasal 55
• Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
UU no. 44 thn 2009 ttg Rumah Sakit
Pasal 7
•Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk
Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi
tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum
atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
•Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan
usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
Pasal 20
•Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik
dan Rumah Sakit privat.
•Rumah Sakit publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
UU no. 44 thn 2009 ttg Rumah Sakit
Pasal 20
• Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit
privat.
Pasal 21
• Rumah Sakit privat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) dikelola oleh
badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau
Persero.
Pasal 35
• Pedoman organisasi Rumah Sakit ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
UU no. 44 thn 2009 ttg Rumah Sakit
Pasal 36
•Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit dan tata kelola
klinis yang baik.
Penjelasan:
•Tata kelola rumah sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen rumah
sakit yang berdasarkan prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi dan
responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran.
•Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi
kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan
kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan
profesional, dan akreditasi rumah sakit.
KEBIJAKAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DALAM
MENDUKUNG PELAKSANAAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Drs.H.Nuryanuwar,Apt.MM.Mkes.MMR
Sistematika
PENDAHULUAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PELAYANAN


KEFARMASIAN

CAPAIAN KINERJA YANFAR

PERAN PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM JKN

TANTANGAN

PENUTUP
03/04/2022 45
PENDAHULUAN
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN

UPAYA
Meningkatakan
KESEHATAN Ketersediaan, TUJUAN
SEDIAAN PEMBA
PEMBIAYAAN FARMASI, ALKES keterjangkauan, NGUNAN
KESEHATAN & MAKANAN
pemerataan dan BIDANG
kualitas Farmasi FARMASI
SKN
MANAJEMEN
dan Alkes
SDM
& INFOKES KESEHATAN

PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT Meningkatkan
Pengawasan Obat
dan Makanan TUJUAN
PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Masyarakat sehat
yang mandiri dan
berkeadilan

47
KEBIJAKAN OBAT NASIONAL
UU No. 36/2009 Kesehatan
Ps 36: Pemerintah menjamin ketersediaan,
Pelayanan Kesehatan bagi pemerataan, dan keterjangkauan perbekalan
Peserta Jaminan Kesehatan kesehatan, terutama Obat Esensial
UU No. 40/2004 SJSN
Ps 25: Daftar dan harga obat yang dijamin BPJS,
ditetapkan oleh Pemerintah
Perpres No. 111/2013
Ps 32: Pelayanan obat alkes dan BMHP untuk
Promotif Preventif peserta Jamkes berpedoman pada daftar dan
harga obat, alkes dan BMHP yang ditetapkan
Pelayanan oleh Menteri
Obat dan Daftar obat, alkes dan BMHP dituangkan dalam
Fornas dan Kompendium Alkes
BMHP
SK Menkes 189/2006 Kebijakan Obat Nasional
Kuratif Rehabilitatif
KETERSEDIAAN
KETERJANGKAUAN POR
JAMINAN
KENDALI MUTU & KENDALI BIAYA KEAMANAN, MUTU
& MANFAAT
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KEFARMASIAN DAN ALKES

KEBIJAKAN STRATEGI
Peningkatan ketersediaan dan
keterjangkauan obat, terutama obat
generik Pening-
Peningkatakan promosi penggunaan
Meningkatkan obat dan teknologi rasional oleh katan
Ketersediaan, provider dan konsumen
keterjangkauan, Penguatan kapasitas institusi dalam
manajemen suplai chain obat dan
Keterse-
pemerataan
dan kualitas
teknologi
Peningkatan kualitas sarana produksi,
diaan,
Farmasi dan distribusi dan sarana sediaan farmasi
dan alkes
Kualitas
Alkes Peningkatan pengembangan dan
pemanfaatan obat tradisional
Kefarma-
Indonesia
sian dan
Peningkatan pelayanan
kefarmasian Alkes
Peningkatan pengendalian dan
monitoring dan evaluasi harga obat

Penguatan pengawasan premarket


dan post market alkes dan PKRT 49
REGULASI DAN PEDOMAN PENDUKUNG
UNTUK PELAKSANAAN YANFAR
1. UU No. 40 Tahun 2004: Sistem Jaminan Sosial Nasional
2. UU No. 35 Tahun 2009: Narkotika
3. UU No. 36 Tahun 2009: Kesehatan
4. UU No. 24 Tahun 2011: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
5. PP No. 72 Tahun 1998: Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. PP No. 51 Tahun 2009: Pekerjaan Kefarmasian
7. Perpres No. 72 Tahun 2012: Sistem Kesehatan Nasional
8. Perpres No. 12 Tahun 2013: Jaminan Kesehatan
9. SK Menkes No. 186 Tahun 2006: Kebijakan Obat Nasional
10. SK Menkes No. 32 Tahun 2013: Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014
11. Permenkes No. 889 Th. 2011: Registrasi Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga kefarmasian
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004: Standar Pelayanan Farmasi di RS
(revisi)
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004: Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek (revisi)
14. SK Menkes No. HK.02.02/MENKES/068/2010: Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah
STRATEGIS Belum optimalnya Pelayanan

ISU
BIDANG Kefarmasian yg efektif dan efisien,
PELAYANAN termasuk POR sebagai salah satu pilar
KEFARMASIAN
Pelayanan Kefarmasian untuk mencapai
MDGs

STRATEGI

SASARAN

LANGKAH-LANGKAH
RENCANA STRATEGIS

STRATEGI
Peningkatan pelayanan kefarmasian

MENINGKATKAN PENGGUNAAN OBAT MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN


RASIONAL (POR) FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
1. Evaluasi, revisi dan implementasi 1. Revitalisasi pelaksanaan pelayanan
pedoman penggunaan obat rasio-nal, farmasi klinik di RS dan komunitas
utamanya untuk obat program 2. Menempatkan dan meningkatkan
2. Penggerakan penggunaan obat peran Apoteker dan Tenaga Teknis
rasional dlm rangka efisiensi dan Kefarmasian di RS dan Puskesmas
efektifitas biaya pengobatan di
fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan
52
CAPAIAN KINERJA
PELAYANAN KEFARMASIAN
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA 2010-2013

Persentase Rumah Sakit Pemerintah yg


melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar
Target 2014: 45%

Persentase Puskesmas Pemerintah yg


melaksanakan pelayanan kefarmasian
sesuai standar
Target 2014: 39,79%

Persentase POR di Sarana Pelayanan Dasar


Pemerintah
Target 2014: 60%

54
Pelayanan Obat Dalam JKN
PELAYANAN OBAT
JKN

MONITORING DAN
EVALUASI

MUTU PELAYANAN PENGGUNAAN IMPLEMENTASI EFEKTIFITAS vs


KEFARMASIAN OBAT FORNAS BIAYA OBAT
STRATEGI PENINGKATAN
PROGRAM PELAYANAN
KEFARMASIAN
SDM
PELAYANAN ,
Peng Sarana
e &
& Pe lolaan s Prasara
KEFARMASIAN r e n
serta bekalan diaan Fa a,
Adm ke rm
inist sehatan asi
rasi

Promo - Pelayanan resep,


tif - Pemberian
Preven informasi obat,
tif - Konseling
si i Pelayana - Visite
a
fo rm ukas n Farmasi - MESO,
In n Ed
da ada Klinik - EPO,
kep ien - PTO,
s
Pa - home pharmacy
care
PERAN TENAGA KEFARMASIAN DALAM
PELAYANAN KESEHATAN
PELAYANAN
• PENGELOLAAN SARANA &
PRASARANA SESUAI
FARKLIN
STANDAR • INFORMASI DAN
EDUKASI KEPADA
• PENGELOLAAN SEDIAAN • PELAYANAN & PENGKAJIAN PASIEN/ MASYARAKAT
FARMASI DAN PERBEKKES RESEP DILAKUKAN SESUAI DILAKUKAN MELALUI
SESUAI PERENCANAAN SOP, TERMASUK PASIEN -
KEBUTUHAN RUJUK BALIK PENYULUHAN
• PEMBERIAN INFORMASI - PENYEBARAN
• ADMINISTRASI TERKAIT OBAT, KONSELING, VISITE INFORMASI SEPERTI
PENGELOLAAN & DAN PEMANTAUAN TERAPI LEAFLET, NEWSLETTER,
PELAYANAN FARMASI OBAT DILAKUKAN SESUAI SPANDUK, DAN POSTER
KLINIK STANDAR DAN
DIDOKUMENTASIKAN
• HOME PHARMACY CARE
PROMOTIF &
• RUTIN MELAKUKAN PREVENTIF
EVALUASI DAN DILAKUKAN UNTUK PASIEN
DITINDAKLANJUTI AGAR MENINGKATKAN
KEPATUHAN &MENCEGAH
RESISTENSI OBAT
MANAJERIAL
Apoteker berkontribusi
dalam meningkatkan
penggunaan obat yang
rasional dengan harga yang
DAMPAK PENINGKATAN PELAYANAN
KEFARMASIAN
TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Interven
si
Peningka 1. Meningkatan Kepatuhan Terapi
tan 2. Mengurangi Kesalahan Penggunaan
Pelayana Obat
n 3. Mencegah Medication Error
Kefarma 4. Mencegah, Mengatasi, Mengurangi
sian di terjadinya Masalah Terkait obat
Fasilitas 5. Meningkat penggunaan obat yang cost
effective
Kesehata
n
KEGIATAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
PELAYANAN KEFARMASIAN

Identifikasi Percepatan Workshop Sertifikasi dan


kebutuhan peningkatan Peran apoteker Akreditasi
SDM mutu yanfar dalam Pelayanan
Kefarmasia di PKM Akreditasi RS Kefarmasian di
n di PKM Perawatan versi 2012 Apotek
dan RS

Peningkatan Advokasi
Penyusunan/
kemampuan stakeholder
Revisi:
SDM IFRS di terkait peran
Rumah Sakit 3 SDM •Standar di RS,
Regional kefarmasian Puskesmas &
Apotek
• Pedoman PIO,
Kolaborasi Tenaga Kesehatan di RS
Penanganan pasien
oleh tim
Dokter multidisiplin
mencegah kejadian
medication eror,
DRP dan
mendorong
Bidan, penggunaan obat
Apoteker
TTK Pasien yang cost effective
perawat

Patient safety
Nakes Quality of life
lain
PERAN PELAYANAN
KEFARMASIAN DALAM JAMINAN
KESEHATAN NASIONAL
Penggunaan Obat Rasional
POR bertujuan untuk menjamin bhw masyarakat memperoleh obat yg aman, bermutu
dan efektif dgn biaya yg terjangkau (safety, efficacy, quality, economic)

Pemerintah melakukan upaya peningkatan POR melalui:


 Penetapan DOEN dan Formularium Nasional yg memuat daftar obat yang
dapat digunakan dan dijamin oleh BPJS
 Pedoman penggunaan obat berbasis bukti ilmiah (EBM)
 Monev peresepan dan kepatuhan terhadap ForNas
 Advokasi, sosialisasi dan promosi penggunaan obat generik dan penggunaan
antibiotik secara rasional
 Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian melalui pembinaan dan
peningkatan kapasitas SDM (apoteker)
 Penerapan farmasi klinik dalam pelayanan yang sesuai standar
 Pemberdayaan masyarakat dalam POR
PELAYANAN KEFARMASIAN

FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT PERTAMA (FKTP)
• Pemanfaatan sistem pengelolaan obat yang sudah
ada di tingkat Kab/kota bagi Puskesmas (sarana,
SDM, manajemen pengelolaan dan pengadaan
obat)
• Akses terhadap penyedia obat terjamin
• Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan sesuai standar
dan pedoman oleh tenaga kefarmasian
• Pengelolaan dan pelayanan obat di dilaksanakan
oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan
kewenangan
• Pelayanan obat di Praktek dr/drg dilakukan oleh
Apotek yang masuk dalam jejaring fasyankes
PELAYANAN KEFARMASIAN

FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT LANJUT (FKTL)
• Pengelolaan dan pelayanan kefarmasian
dilaksanakan oleh IFRS melalui sistem satu pintu
• Harus melaksanakan pelayanan sesuai standar
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
• Pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh
Apoteker
• Pengelolaan dan pelayanan obat di dilaksanakan
oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan
kewenangan
• Pelayanan obat di Praktek dr/drg/ dr.Spesialis
dilakukan oleh Apotek yang masuk dalam jejaring
fasyankes
TANTANGAN
Perubahan pada sistem pelayanan kesehatan dalam era JKN
memerlukan perubahan paradigma apoteker untuk meningkatkan
kompetensi di bidangnya masing-masing

Tersedianya tenaga kefarmasian dalam kuantitas dan kualitas yang


memadai di fasyankes pemerintah / swasta untuk mendukung
tercapainya pelayanan kefarmasian yang bermutu

Tersedianya sistem monitoring dan evaluasi program pelayanan


kefarmasian yang efektif termasuk penggunaan obat rasional sebagai
salah satu pilar pelayanan kesehatan
Penutup
Mutu pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh mutu
Untuk menjamin mutu dan pelayanan kefarmasian
keberhasilan program pelayanan
kefarmasian harus didukung
tersedianya data
yang
valid sebagai bukti
hasil kinerja program Dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan kefarmasian yang optimal
dan sesuai standar dan menjamin
ketersediaan data Nasional perlu
kerjasama dan dukungan dari
seluruh tenaga kesehatan di
fasyankes dan dinas kesehatan seluruh
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai