Anda di halaman 1dari 20

VALIDASI PROSES

PRODUKSI
VALIDASI PROSES PRODUKSI

Tindakan pembuktian yang


didokumentasikan bahwa proses yang
dilaksanakan dalam batas parameter yang
ditetapkan dapat secara efektif dan berulang
menghasilkan produk jadi yang memenuhi
spesifikasi dan atribut mutu yang
ditetapkan sebelumnya.

(Pedoman CPOB 2018)


SEBELUM PELAKSANAAN VALIDASI PROSES :

Peralatan, fasilitas, sarana penunjang, dan sistem yang digunakan untuk


validasi proses hendaklah sudah dikualifikasi.

Metode pengujian hendaklah divalidasi sesuai tujuan penggunaannya

Semua bets hendaklah dibuat oleh personel yang mendapat pelatihan sesuai
persyaratan CPOB menggunakan dokumen yang telah disetujui.

Pemasok bahan awal dan pengemas kritis hendaklah dikualifikasi sebelum


bets validasi mulai diproduksi
JENIS VALIDASI MENURUT CPOB 2012
1. Validasi prospektif
Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang
akan dipasarkan

2. Validasi konkuren
Validasi yang dilakukan pada kondisi di luar kebiasaan, dijustifikasi berdasar
manfaat besar bagi pasien, dimana pelaksanaan protocol validasi dilakukan
bersamaan dengan bets valdasi yang akan dipasarkan
Validasi Konkuren diperbolehkan untuk produk yang masuk dalam kategori
life-saving dan memang hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil (orphan drug
untuk penyakit langka) atau obat baru yang diperlukan karena pandemi
sehingga membutuhkan kecepatan bagi ketersediaannya, bukan karena
masalah pemasaran. Persetujuan pelaksanaan validasi konkuren memerlukan
persetujuan Badan POM.

3. Validasi Retrospektif
Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan
berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets .
Validasi retrospektif merupakan pendekatan yang tidak lagi dapat diterima.
PENDEKATAN VALIDASI CPOB 2018
1. Validasi proses Tradisional
2. Verifikasi proses kontinyu
3. Pendekatan Hibrida

Industri dapat memilih salah satu dari 3 (tiga) pendekatan tersebut. Setelah
itu, pendekatan manapun yang telah dipilih dilanjutkan dengan
verifikasi proses on-going
VALIDASI PROSES TRADISIONAL
 Dalam pendekatan tradisional, sejumlah bets produk diproduksi dalam
kondisi rutin untuk memastikan reprodusibillitas.

 Jumlah bets yang diproduksi dan jumlah sampel yang diambil hendaklah
didasarkan pada prinsip manajemen risiko mutu, memungkinkan dibuat
rentang variasi normal dan tren serta

 menghasilkan cukup data untuk dievaluasi.

 Setiap industri farmasi harus menentukan dan memberi justifikasi jumlah


bets yang diperlukan untuk memberikan tingkat kepastian yang tinggi bahwa
proses mampu menghasilkan produk yang bermutu secara konsisten.

 Pada umumnya minimal produksi tiga bets berturut-turut dalam kondisi rutin
dapat merupakan validasi proses.
VALIDASI PROSES TRADISIONAL
 industri bisa mengambil ketentuan umum yaitu minimal 3 (tiga) bets yang
berurutan dalam kondisi rutin untuk melakukan validasi proses, dengan
pertimbangan:
 proses menggunakan metoda pembuatan standar yang telah digunakan; dan
 adanya produk atau proses yang mirip, yang digunakan di pabrik tersebut.
 Mengikuti protokol validasi yang telah menetapkan antara lain CQAs, CPP
dan kriteria keberterimaan
 Data yang didapat bisa ditambahkan pada data bets berikutnya dalam
pelaksanaan verifikasi proses ongoing.
PROTOKOL VALIDASI
PROSES
Protokol validasi proses disiapkan dengan menjelaskan :
Parameter proses kritis/critical process parameter (CPP),
Atribut mutu kritis/critical quality attribute (CQA) dan
Kriteriakeberterimaan terkait yang hendaklah berdasarkan pada data
pengembangan atau pemahaman proses yang terdokumentasi.

Protokol validasi proses mencakup, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a) penjelasan singkat tentang proses dan mengacu Prosedur Pengolahan Induk
masing-masing;
b) fungsi dan tanggung jawab;
c) ringkasan CQA untuk diinvestigasi;
d) ringkasan CPP dan batasan yang terkait;
e) ringkasan atribut dan parameter lain (tidak kritikal) yang akan diinvestigasi
atau dipantau selama kegiatan validasi, dan alas an penyertaannya;
f) daftar peralatan/fasilitas yang akan digunakan (termasuk alat ukur/alat
pantau/alat perekam) termasuk status kalibrasi;

g) daftar metode analisis dan validasi metode, yang sesuai;

h) usulan parameter pengawasan selama-proses dengan kriteria keberterimaan


dan alasan pemilihan masing-masing pengawasan selama-proses;

i)pengujian tambahan yang akan dilakukan, dengan kriteria keberterimaan;

j) pola pengambilan sampel dan alasannya;

k) metode mencatat dan mengevaluasi hasil; dan

l) proses pelulusan bets dan sertifikasi bets (bila diperlukan).


2. VERIFIKASI PROSES
KONTINYU/BERKESINAMBUNGAN
Definisi CPOB 2018 :
Pendekatan alternatif terhadap validasi proses dengan pemantauan dan
penilaian performa proses produksi secara berkelanjutan.

verifikasi proses secara kontinu dapat dilakukan sebagai alternatif untuk


validasi proses tradisional untuk :
Untuk produk yang dikembangkan berdasarkan pendekatan quality by
design (QbD), selama proses pengembangan telah ditetapkan secara ilmiah,
strategi pengendalian, yang memberikan tingkat kepastian mutu produk
yang tinggi
Penerapan prinsip QbD memerlukan perencanaan yang komprehensif antara lain
personel yang memahami prinsip QbD, sistem dan prosedur, statistik, dukungan
manajemen (contoh: penggantian pemasok bahan aktif dan eksipien tidak dapat
serta merta), “digitalisasi“ peralatan (proses maupun laboratorium), penggunaan
PAT. Pengembangan produk dengan prinsip QbD memungkinkan industri memiliki
strategi pengendalian baik material maupun proses agar mutu produk yang
dipersyaratkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang tinggi. Revalidasi dari
pendekatan tradisional tidak dapat menggantikan CPV.
 Metode untuk memverifikasi proses hendaklah ditetapkan. Strategi
pengendalian proses berbasis sains hendaklah tersedia bagi atribut
yang diperlukan untuk bahan-bahan yang diterima, CQA, dan CPP
untuk mengonfirmasi realisasi produk.

 Hal ini hendaklah juga mencakup evaluasi strategi pengendalian


proses secara reguler.

 Perangkat Process Analytical Technology (PAT) dan pengendalian


proses secara statistik multivariate dapat digunakan.

 Tiap industri farmasi hendaklah menentukan dan menjustifikasi


jumlah bets yang diperlukan untuk menunjukkan tingkat kepastian
yang tinggi bahwa proses mampu menghasilkan produk yang
bermutu secara konsisten.
3. PENDEKATAN HIBRIDA
 Hibrida dari pendekatan tradisional dan verifikasi proses
kontinu dapat digunakan bilamana sudah diperoleh
pengetahuan dan pemahaman yang tinggi mengenai
produk dan proses yang diperoleh dari pengalaman
pembuatan dan data riwayat bets.

 Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk kegiatan


validasi pascaperubahan atau selama verifikasi proses
on-going meskipun produk tersebut pada awalnya
divalidasi dengan menggunakan pendekatan tradisional.
Pendekatan hibrida dapat dilakukan bila:
industritelah mempunyai produk dengan proses telah tervalidasi dengan
pendekatan tradisional;
telahmempunyai pengalaman pembuatan sehingga didapat pengetahuan dan
pemahaman yang tinggi tentang produk dan proses; dan
memiliki data riwayat bets.

Pada saat produk tersebut mengalami perubahan yang dilakukan dengan


penerapan QbD, dapat menggunakan pendekatan hibrida. Pada pendekatan
hibrida masih dapat dilakukan beberapa pendekatan tradisional untuk parameter
tertentu yang tidak dapat didokumentasikan secara continuous (real time).
Sedangkan untuk produk yang ada dan telah tervalidasi, bila ada perubahan yang
belum mengacu pada QbD, maka yang diperlukan langsung ke tahap proses
verifikasi ongoing untuk memonitor bahwa proses selalu dalam keadaan
terkendali dan tervalidasi.
Industri dapat memilih salah satu dari 3 (tiga) pendekatan tersebut. Setelah itu,
pendekatan manapun yang telah dipilih dilanjutkan dengan verifikasi proses
on-going
Verifikasi proses on-going (OPV):
 Pembuktian bahwa mutu produk dan kinerja proses selalu dalam keadaan
terkendali dan tervalidasi sepanjang siklus hidup, dan berlaku untuk semua
pendekatan validasi.
 Monitoring dilakukan lebih sering dari pada PMP untuk mendapatkan data
yang cukup untuk melakukan analisis tren dari bets yang diproses dengan
menggunakan perangkat statistik yang cocok.
 Data yang didapat merupakan penunjang pada PMP.
 OPV bukan dan tidak bisa digantikan oleh PMP.
 Luas dan frekuensi ditentukan berdasar pemahaman pada proses, untuk
produk baru dilakukan lebih sering.
 Diperlukan dokumentasi terpisah berbentuk protokol yang disetujui untuk
melaksanakan OPV.
 Laporan dibuat untuk mendokumentasikan hasil, dan hendaklah digunakan
perangkat statistik yang sesuai untuk mendukung kesimpulan yang berkaitan
dengan variabilitas dan kapabilitas proses serta untuk memastikan keadaan
terkendali.
Laporan OPV, merupakan pembuktian status tervalidasi, mendukung saat
evaluasi PMP. Sehingga OPV bukan dan tidak dapat digantikan oleh PMP.
OPV dilakukan terhadap CPPs dan CQAs untuk membuktikan process
capabilities and robustness.
Berbagai perangkat statistik dapat digunakan misal:
spreadsheet tables c/w routine data analysis;
trend charting;
control charts (most common) attributes and variables;
process capability;
statistical software for analysis (Minitab, Statistica, QI Macros); dan
lain-lain.

Verifikasi proses on-going bisa menggantikan periodic revalidation/ revalidasi


berkala.
Bila ada perubahan harus dilakukan melalui Sistem Manajemen Perubahan dan
melalui MRM ditentukan apakah perubahan tersebut memerlukan revalidasi
untuk mitigasi risiko. Perubahan antara lain tidak terbatas pada perubahan
tempat produksi, perubahan bahan aktif, dan perubahan mesin.
CONTOH VALIDASI PROSES SEDIAAN TABLET
SALUT

Anda mungkin juga menyukai