Anda di halaman 1dari 52

SEORANG BAYI DENGAN

ASFIKSIA BERAT

Oleh
Raissa Almira

Pembimbing : dr. Hj. Rahayu Suharmadji, Sp.A


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABDURRAB

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


BANGKINANG

KABUPATEN KAMPAR 2021


Definisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak teratur


dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia
dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi organ vital lainnya.
Epidemiologi Asfiksia Neonatorum

Angka kejadian asfiksia pada masing-masing negara sangat beragam. WHO


melaporkan insidens asfiksia bervariasi antara 2 - 27 per 1000 kelahiran,
tergantung pada lokasi, periode, dan kriteria definisi asfiksia yang digunakan.
Asfiksia dilaporkan terjadi pada 1 - 4 per 1000 kelahiran hidup di negara maju
dan 4 - 9 per 1000 kelahiran hidup di negara berkembang. Keadaan ini
diperkirakan menyebabkan 21% kematian bayi, terutama di negara berkembang
Etiologi dan Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum

 Faktor ibu
 Faktor janin
Antepartum sosioekonomi rendah, primipira,
Antenatal (intrauterin) malpresentasi (misal
kehamilan ganda, infeksi saat kehamilan, hipertensi
sungsang, distosia bahu), prematuritas, bayi berat
dalam kehamilan, anemia, diabetes melitus,
lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat,
perdarahan antepartum, riwayat kematian bayi
anomali kongenital, pneumonia intrauterin, aspirasi
sebelumnya.
mekonium yang berat.
Intrapartum penggunaan anestesi atau opiat, partus
Pascanatal sumbatan jalan napas atas dan sepsis
lama, persalinan sulit dan traumatik, mekonium
kongenital
dalam ketuban, ketuban pecah dini, induksi oksitosin,
kompresi tali pusat, prolaps tali pusat,trauma lahir
Patofisiologi Asfiksia Neonatorum

Gangguan aliran Penurunan resistensi vascular p.darah otak


Hipoksia dan jantung serta peningkatan resistensi
oksigen dari plasenta
akut vascular perifer
ke janin

Tidak mengalami perbaikan Kerusakan neuron


akan kembali tjd
setelah 6-48 jam
Hipoksik iskemik pd
Fase organ vital Fase Penurunan
primer sekunder ATP

Glikolisis anerob Aktivasi


fosfolipase NO Kematian Aktivasi kaskade
(asam laktat & piruvat)
& enzim sel neurotoksik
degradatif
Asidosis metabolik
Akumulasi Edem Apoptosis sel
Pelepasan
Penurunan ATP natrium & sitotoksik (secondary
radikal bebas
kalium intrasel energy failure)
Klasifikasi Asfiksia Neonatorum

Klasifikasi asfiksia neonatorum dibagi berdasarkan tingkat keparahan asfiksia yang dinilai berdasarkan
APGAR Score. Penilaian ini menentukan respons bayi baru lahir Ketika melewati periode transisi pada beberapa menit
awal kehidupan. APGAR Score ditentukan pada menit ke-1 dan 5 serta dilanjutkan setiap 5 menit sampai APGAR Score
mencapai 7

Tanda 0 1 2

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan ekstremitas kemerahan


(Appearance) ekstremitas biru

Frekuensi jantung (Pulse) Tidak ada <100x/menit >100x/menit

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit menangis


(Grimace)
Tonus Otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
(Activity) sedikit
Usaha Nafas Tidak ada Lambat Menangis kuat
(Respiration)
Neonatus yang beradaptasi dengan baik mempunyai APGAR Score antara 7 sampai
10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan
nilai 0 sampai 3 menunjukkan derajat asfiksia yang berat.
Diagnosis Asfiksia Neonatorum

 Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terjadinya asfiksia

 Pemeriksaan Fisik
a. Bayi tidak bernafas atau menangis
b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
c. Tonus otot menurun
d. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa mekonium
pada tubuh bayi
e. BBLR
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan
resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan
pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
a. Darah perifer lengkap
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa b. Analisis gas darah sesudah lahir
analisis gas darah tali pusat menunjukkan c. Gula darah sewaktu
hasil asidosis pada darah tali pusat:
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
a. PaO2 < 50 mm H2O e. Ureum kreatinin
b. b. pH < 7,30 f. Laktat
g. Rontgen dada
h. Rontgen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala.
A. ACOG (American College Obstetry and Gynecology) dan AAP (American Academy of Pediatrics)
menyusun suatu kriteria penegakan diagnosis asfiksia neonatorum, sebagai berikut :
1) Bukti asidosis metabolik atau campuran (pH <7,0) pada pemeriksaan darah tali pusat;
2) APGAR Score 0 - 3 pada menit ke-5
3) Manifestasi neurologis, seperti kejang, hipotonia atau koma (ensefalopati neonatus);
dan
4) Disfungsi multiorgan, seperti gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi,
respirasi, atau renal
A. WHO dalam ICD-10 menganggap bayi mengalami asfiksia berat apabila APGAR Score 0 - 3 pada
menit pertama yang ditandai dengan:

1) Laju Denyut jantung (LDJ) menurun atau menetap (<100kali/menit) saat lahir,

2) Tidak bernapas atau megap-megap, dan

3) Warna kulit pucat, serta tidak ada tonus otot.


Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Komplikasi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia menyebabkan gangguan sistemik ke berbagai organ


tubuh. 62% gangguan terjadi pada sistem saraf pusat, 16% kelainan
sistemik tanpa gangguan neurologik dan sekitar 20% kasus tidak
memperlihatkan kelainan.
Susunan SSP : Sistem respirasi : Sistem
Ensefalopati PPHN & RDS kardiovaskular
hipoksik iskemik TMI, TMR, TTR,

Sistem urogenital : Sistem


hypoxic-ischemic gastrointestinal : Sistem audiovisual :
acute tubular enterokolitis Retinopati
necrosis nekrotikan
Prognosis Asfiksia Neonatorum

Tergantung pada komplikasi yang terjadi (metabolik atau ardiopulmonal), usia


kehamilan (prognosis akan buruk jika preterm), tingkat keparahan ensefalopati hipoksik
iskemik, APGAR score rendah pada menit ke-20, tidak terdapat respirasi spontan setelah
usia 20 menit, dan menetapnya tanda – tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu
dapat menyebabkn kematian atau defisit kognitif dan motorik yang berat.
Definisi Berat Badan Lahir (BBL)

Berat bayi yang ditimbang dalam waktu


1 jam pertama setelah lahir. Pengukuran ini
Rerata berat bayi normal
dilakukan di tempat fasilitas (Rumah Sakit, (usia gestasi 37 minggu s.d
Puskesmas, dan Polindes), sedangkan bayi 41 minggu)  3200gram.
yang lahir dirumah waktu pengukuran berat
badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.
Penentuan umur kehamilan bisa dimulai antenatal sampai setelah persalinan.
Grafik pertumbuhan terhadap usia kehamilan digunakan untuk menentukan
apakah berat badan bayi lahir sesuai untuk usia kehamilan atau tidak. Menurut
WHO adalah bayi yang lahir sebelum usia gestasi 37 minggu disebut sebagai
bayi yang prematur.
Berdasarkan usia gestasi, bayi dikelompokan sebagai berikut:

 Neonatus Kurang Bulan (NKB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37
minggu.
 Neonatus Cukup Bulan (NCB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-
42 minggu.
 Neonatus Lebih Bulan (NLB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi >42
minggu.
 Amat sangat prematur (extremely preterm): Jika lahir pada usia gestasi <28
minggu.
 Sangat premature (very preterm): Jika lahir pada usia gestasi 28 minggu
sampai <32minggu.
 Moderate to late preterm: Jika lahir pada usia gestasi 32 minggu sampai <37
minggu.
Masalah lebih sering dijumpai pada Neonatus Kurang Bulan (NKB) dan BBLR dibandingkan dengan
Neonatus Cukup Bulan (NCB) dan Bayi Berat Lahir Normal. Berikut masalah yang sering dijumpai:

a. Ketidakstabilan suhu
b. Kesulitan pernapasan
c. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
d. Imaturitas hati
e. Imaturitas ginjal
f. Imaturitas imunologis
g. Kelainan neurologis
h. Kelainan kardiovaskuler
i. Kelainan hematologis
j. Metabolisme
Klasifikasi BBL

Menurut hubungan berat lahir dengan umur kehamilan, berat


bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi :
 Kecil Masa Kehamilan (KMK): bila berat lahir <P10 menurut masa
gestasi grafik Lubchenco
 Sesuai Masa Kehamilan (SMK): bila berat lahir berada antara P10 dan
P90 menurut masa gestasi grafik Lubchenco.

 Besar Masa Kehamilan (BMK): bila berat lahir >P90 menurut masa
gestasi grafik Lubchenco.
Klasifikasi menurut berat lahir :

• Bayi berat lahir rendah (BBLR): bila berat lahir <2500 gram

 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram

 Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bila berat lahir <1000 gram

 Bayi berat lahir cukup/normal: bila berat lahir 2500-4000 gram

 Bayi berat lahir lebih: bila berat lahir >4000 gram


BAB III
Status Pasien
I. Identitas Pasien
Nama anak :-
Nama Orang Tua : Tn. Mawarman / Ny. Riza Midayeni
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bangkinang
Kiriman dari :-
Waktu Masuk RS : Tgl 11 Oktober 2021/ Jam 13:04:57

II. S.O.A.P
A. SUBJEKTIF
Keluhan utama: Bayi lahir tidak langsung menangis
R.P.S :
Bayi laki-laki lahir secara SC di RSUD Bangkinang dengan ibu
G4P3A0H3 atas indikasi KPD dan PEB. Bayi lahir tidak menangis dengan
APGAR Score 2/4/6
Riwayat Penyakit Dahulu: -

Riwayat Penyakit Keluarga: -

Riwayat Imunisasi :

- Imunisasi dasar : -
- Imunisasi Lanjutan : -

Riwayat Pemberian Makanan (Gizi) : -

Riwayat Social Ekonomi:

- Pekerjaan dan Pendapatan Ayah : Wiraswasta


- Pekerjaan dan Pendapatan Ibu : IRT
- Jumlah Anak :4
B. OBJEKTIF (Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan Penunjang)

Keadaan Umum
- Kesan Keadaan Sakit : Tampak Sakit Berat
- Kesan Kesadaran : APGAR Score 2/4/6
- Kesan Status Gizi : Baik

Tanda – Tanda Vital


- Frekuensi Nadi : 132x/menit
- Tekanan Darah :-
- Respirasi : 40x/menit
- Temperature : 36,7oC
Pemeriksaan Fisik (IPPA)

Kepala dan Leher

- Bentuk/Ukuran Kepala : Normal


- Mata : Normal
- Telinga : Normal
- Mulut : (-) Stomatitis
- Faring : Tidak dilakukan
- Leher : Tidak ada pembesaran
Thoraks
- Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak dilakukan
- Auskultasi : Vesikuler
 
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Tidak dilakukan
- Perkusi : Tidak Dilakukan
- Auskultasi : Normal
Ekstremitas
- Akral : Hangat
- CRT : Tidak dilakukan
 Genitalia
- Lk/Pr : Laki-laki
Anus : Ada

Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan


Assessment (Diagnosis)
- Diagnosis Utama : Asfiksia berat
- Diagnosis Tambahan : SMK-NKB
- Diagnosis Gizi : Gizi baik
Prognosis
- Diagnosis Banding :-
Quo ad vitam : dubia
bonam
Planning (Pengobatan) Quo ad sanationam : dubia
- Terapi Medikamenrosa : bonam
 Oksigen : 5 liter/menit Quo ad fungsionam : dubia
 Infus : D10% bonam
+Ca+KCL
 Injeksi : Vitamin K
- Terapi Dietetic : Pemberian ASI
Follow up

No Tgl/bln Follow up

1. 11 oktober 2021 S : Seorang bayi lahir dengan cara SC pada pukul 12.43 wib
dengan usia gestasi 35-36 minggu, bayi lahir tidak langsung
menangis, air ketuban jernih, anus (+)

O : - Jenis Kelamin : laki-laki


- BBL : 2795 gram
- PB : 48 cm
- LK : 35 cm
-LD : 31 cm
- Apgar Score : 2/4/6

A: Asfiksia berat dan NKB-SMK

P : - Rawat Inkubator
- O2 : CPAP
- D10%+Ca+KCL dan Injeksi Vitamin K
No Tgl/bln Follow up

2. 12 oktober 2021
S : Bayi dalam inkubator, bayi sadar, napas spontan tanpa
bantuan O2 , sesak (-) dan retraksi (-), abdomen soffel, muntah
(-), refleks hisap (+), BAB/BAK (+)

O : - RR : 40 x /menit

- HR : 132 x /menit

A: Resti infeksi

P : - Mengobservasi

- Terapi lanjutan dan injeksi meropenem 2x200mg


No Tgl/bln Follow up

3. 13 oktober 2021 S : Bayi dalam inkubator, bayi sadar, napas spontan


tanpa bantuan O2 , sesak (-) dan retraksi (-),
abdomen soffel, muntah (-), refleks hisap (+),
BAB/BAK (+)

O : - RR : 132 x/menit - HR : 40 x/menit -T:


370C

A : - Masalah teratasi

P : Acc boleh pulang


No Tgl/bln Follow up

4. 14 oktober 2021
S : Bayi dalam inkubator, demam (-), bayi sadar,
napas spontan tanpa bantuan O2 , sesak (-) dan
retraksi (-), abdomen soffel, muntah (-), refleks
hisap (+), BAB/BAK (+)

Bayi dipulangkan jam 09.00 WIB


BAB IV
Diskusi Kasus
Bayi Ny. R, berjenis kelamin laki – laki, lahir secara Sectio Caesaria (SC),
G4P3A0, dengan masa gestasi (35-36 minggu). Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, air ketuban jernih dengan APGAR Score 2/4/6. Berdasarkan teori masa
gestasi normal berkisar 37 minggu – 41 minggu, dari status pasien masa gestasi
Ny. R yaitu 35-36 minggu yang berarti kurang dari 37 minggu, maka berdasarkan
klasifikasi masa gestasi Ny. R dikategorikan sebagai NKB (neonatus kurang
bulan).
Berdasarkan teori jika APGAR antara 7 sampai 10 berarti neonatus
beradaptasi dengan baik, Nilai 4 sampai 6 menunjukkan keadaan asfiksia
ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0 sampai 3 menunjukkan derajat
asfiksia yang berat. Pada kasus ini didapatkan pada menit ke-1 diperoleh
APGAR Score adalah 2 yang menunjukkan bahwa bayi sedang mengalami
asfiksia berat.
Oleh sebab itu, maka dilakukan tindakan resusitasi neonatus yaitu memberikan
kehangatan pada bayi, membuka jalan napas, memberikan rangsangan taktil serta
melakukan VTP dan kompresi dada. Pada menit ke-5 dan 10 APGAR Score pada bayi
meningkat menjadi 4 dan 6, yang menunjukkan keadaan asfiksia berat berubah menjadi
asfiksia ringan-sedang setelah dilakukan tindakan resusitasi.
Berdasarkan teori, berat badan lahir normal, berkisar 2500-4000 gram.
Setelah dilakukan pengukuran BBL dan mengetahui usia kehamilan dari Ny. R
maka dapat ditentukan pertumbuhan bayi berdasarkan BBL dan masa kehamilan
dengan menggunakan grafik Lubchenco. Berdasarkan grafik Lubchenco, bayi
Ny. R berada pada rentang Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu berat lahir
berada antara P10 dan P90 menurut masa gestasi.
Berdasarkan kasus bayi Ny. R dapat ditegakkan diagnosis berupa
Asfiksia berat dan Neonatus Kurang Bulan (NKB) Sesuai Masa Kehamilan
(SMK). Definisi dari asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara
spontan, tidak teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini
disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi organ vital lainnya
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, pada
proses persalinan, atau sesaat segera setelah lahir.
Beberapa faktor risiko yang diperkirakan
meningkatkan risiko asfiksia meliputi faktor ibu
(antepartum atau intrapartum) dan faktor janin
(antenatal atau pascanatal).

Berdasarkan teori masalah pada neonatus lebih sering dijumpai pada Neonatus
Kurang Bulan (NKB) dan BBLR dibandingkan dengan Neonatus Cukup Bulan
(NCB) dan Bayi Berat Lahir Normal. Dari kasus bayi Ny. R yaitu Riwayat gestasi
35 – 36 minggu merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia, sedangkan faktor risiko
BBLR dapat disingkirkan karena BBL bayi Ny. R berada pada rentang normal.
Pada kasus Ny. R asfiksia berat dapat ditegakkan pada pemeriksaan fisik yaitu
ditemukan bayi tidak bernafas atau menangis, denyut jantung kurang dari
100x/menit dan tonus otot menurun. Pada APGAR Score didapatkan pada menit
pertama kehidupan adalah 2 yang menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan asfiksia
berat. Berdasarkan teori, APGAR Score merupakan penilaian respons bayi baru
lahir ketika melewati periode transisi pada beberapa menit awal kehidupan.
Setelah kondisi asfiksia berat teratasi pasca resusitasi, maka bayi Ny. R dibawa
ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk dilakukan observasi dan
pengobatan ruangan. Pada ruang NICU bayi Ny. R didalam inkubator, diberi terapi
oksigen dengan CPAP dan terapi cairan D10%+Ca+KCL.
BAB V
KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak
teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi organ vital lainnya. Asfiksia lebih sering dijumpai pada
Neonatus Kurang Bulan (NKB) dan BBLR
Klasifikasi asfiksia neonatorum dibagi berdasarkan tingkat keparahan asfiksia
yang dinilai berdasarkan APGAR Score. Neonatus yang beradaptasi dengan baik
mempunyai APGAR Score antara 7 sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan
keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0 sampai 3 menunjukkan
derajat asfiksia yang berat. Tatalaksana asfiksia dilakukan dengan mengikuti alur
resusitasi neonatus.
Komplikasi pada asfiksia dapat menyebabkan gangguan sistemik ke berbagai
organ tubuh. 62% gangguan terjadi pada sistem saraf pusat, 16% kelainan
sistemik tanpa gangguan neurologik dan sekitar 20% kasus tidak memperlihatkan
kelainan.
Prognosis asfiksia tergantung pada komplikasi yang terjadi, usia kehamilan,
tingkat keparahan ensefalopati hipoksik iskemik, APGAR Score yang rendah
pada menit ke-20, tidak terdapat respirasi spontan setelah usia 20 menit, dan
menetapnya tanda – tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu dapat
menyebabkn kematian atau defisit kognitif dan motorik yang berat.

 
LAMPIRAN
Proses Resusitasi
Persiapan Resusitasi Bayi menangis/bernafas

(VTP+Kompresi dada)
Terimakasih…

Anda mungkin juga menyukai