ASFIKSIA BERAT
Oleh
Raissa Almira
Faktor ibu
Faktor janin
Antepartum sosioekonomi rendah, primipira,
Antenatal (intrauterin) malpresentasi (misal
kehamilan ganda, infeksi saat kehamilan, hipertensi
sungsang, distosia bahu), prematuritas, bayi berat
dalam kehamilan, anemia, diabetes melitus,
lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat,
perdarahan antepartum, riwayat kematian bayi
anomali kongenital, pneumonia intrauterin, aspirasi
sebelumnya.
mekonium yang berat.
Intrapartum penggunaan anestesi atau opiat, partus
Pascanatal sumbatan jalan napas atas dan sepsis
lama, persalinan sulit dan traumatik, mekonium
kongenital
dalam ketuban, ketuban pecah dini, induksi oksitosin,
kompresi tali pusat, prolaps tali pusat,trauma lahir
Patofisiologi Asfiksia Neonatorum
Klasifikasi asfiksia neonatorum dibagi berdasarkan tingkat keparahan asfiksia yang dinilai berdasarkan
APGAR Score. Penilaian ini menentukan respons bayi baru lahir Ketika melewati periode transisi pada beberapa menit
awal kehidupan. APGAR Score ditentukan pada menit ke-1 dan 5 serta dilanjutkan setiap 5 menit sampai APGAR Score
mencapai 7
Tanda 0 1 2
Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terjadinya asfiksia
Pemeriksaan Fisik
a. Bayi tidak bernafas atau menangis
b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
c. Tonus otot menurun
d. Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium atau sisa mekonium
pada tubuh bayi
e. BBLR
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan
resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan
pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
a. Darah perifer lengkap
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa b. Analisis gas darah sesudah lahir
analisis gas darah tali pusat menunjukkan c. Gula darah sewaktu
hasil asidosis pada darah tali pusat:
d. Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)
a. PaO2 < 50 mm H2O e. Ureum kreatinin
b. b. pH < 7,30 f. Laktat
g. Rontgen dada
h. Rontgen abdomen tiga posisi
i. Pemeriksaan USG kepala
j. Pemeriksaan EEG dan CT Scan kepala.
A. ACOG (American College Obstetry and Gynecology) dan AAP (American Academy of Pediatrics)
menyusun suatu kriteria penegakan diagnosis asfiksia neonatorum, sebagai berikut :
1) Bukti asidosis metabolik atau campuran (pH <7,0) pada pemeriksaan darah tali pusat;
2) APGAR Score 0 - 3 pada menit ke-5
3) Manifestasi neurologis, seperti kejang, hipotonia atau koma (ensefalopati neonatus);
dan
4) Disfungsi multiorgan, seperti gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi,
respirasi, atau renal
A. WHO dalam ICD-10 menganggap bayi mengalami asfiksia berat apabila APGAR Score 0 - 3 pada
menit pertama yang ditandai dengan:
1) Laju Denyut jantung (LDJ) menurun atau menetap (<100kali/menit) saat lahir,
Neonatus Kurang Bulan (NKB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37
minggu.
Neonatus Cukup Bulan (NCB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-
42 minggu.
Neonatus Lebih Bulan (NLB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi >42
minggu.
Amat sangat prematur (extremely preterm): Jika lahir pada usia gestasi <28
minggu.
Sangat premature (very preterm): Jika lahir pada usia gestasi 28 minggu
sampai <32minggu.
Moderate to late preterm: Jika lahir pada usia gestasi 32 minggu sampai <37
minggu.
Masalah lebih sering dijumpai pada Neonatus Kurang Bulan (NKB) dan BBLR dibandingkan dengan
Neonatus Cukup Bulan (NCB) dan Bayi Berat Lahir Normal. Berikut masalah yang sering dijumpai:
a. Ketidakstabilan suhu
b. Kesulitan pernapasan
c. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
d. Imaturitas hati
e. Imaturitas ginjal
f. Imaturitas imunologis
g. Kelainan neurologis
h. Kelainan kardiovaskuler
i. Kelainan hematologis
j. Metabolisme
Klasifikasi BBL
Besar Masa Kehamilan (BMK): bila berat lahir >P90 menurut masa
gestasi grafik Lubchenco.
Klasifikasi menurut berat lahir :
• Bayi berat lahir rendah (BBLR): bila berat lahir <2500 gram
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram
Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR): bila berat lahir <1000 gram
II. S.O.A.P
A. SUBJEKTIF
Keluhan utama: Bayi lahir tidak langsung menangis
R.P.S :
Bayi laki-laki lahir secara SC di RSUD Bangkinang dengan ibu
G4P3A0H3 atas indikasi KPD dan PEB. Bayi lahir tidak menangis dengan
APGAR Score 2/4/6
Riwayat Penyakit Dahulu: -
Riwayat Imunisasi :
- Imunisasi dasar : -
- Imunisasi Lanjutan : -
Keadaan Umum
- Kesan Keadaan Sakit : Tampak Sakit Berat
- Kesan Kesadaran : APGAR Score 2/4/6
- Kesan Status Gizi : Baik
No Tgl/bln Follow up
1. 11 oktober 2021 S : Seorang bayi lahir dengan cara SC pada pukul 12.43 wib
dengan usia gestasi 35-36 minggu, bayi lahir tidak langsung
menangis, air ketuban jernih, anus (+)
P : - Rawat Inkubator
- O2 : CPAP
- D10%+Ca+KCL dan Injeksi Vitamin K
No Tgl/bln Follow up
2. 12 oktober 2021
S : Bayi dalam inkubator, bayi sadar, napas spontan tanpa
bantuan O2 , sesak (-) dan retraksi (-), abdomen soffel, muntah
(-), refleks hisap (+), BAB/BAK (+)
O : - RR : 40 x /menit
- HR : 132 x /menit
A: Resti infeksi
P : - Mengobservasi
A : - Masalah teratasi
4. 14 oktober 2021
S : Bayi dalam inkubator, demam (-), bayi sadar,
napas spontan tanpa bantuan O2 , sesak (-) dan
retraksi (-), abdomen soffel, muntah (-), refleks
hisap (+), BAB/BAK (+)
Berdasarkan teori masalah pada neonatus lebih sering dijumpai pada Neonatus
Kurang Bulan (NKB) dan BBLR dibandingkan dengan Neonatus Cukup Bulan
(NCB) dan Bayi Berat Lahir Normal. Dari kasus bayi Ny. R yaitu Riwayat gestasi
35 – 36 minggu merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia, sedangkan faktor risiko
BBLR dapat disingkirkan karena BBL bayi Ny. R berada pada rentang normal.
Pada kasus Ny. R asfiksia berat dapat ditegakkan pada pemeriksaan fisik yaitu
ditemukan bayi tidak bernafas atau menangis, denyut jantung kurang dari
100x/menit dan tonus otot menurun. Pada APGAR Score didapatkan pada menit
pertama kehidupan adalah 2 yang menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan asfiksia
berat. Berdasarkan teori, APGAR Score merupakan penilaian respons bayi baru
lahir ketika melewati periode transisi pada beberapa menit awal kehidupan.
Setelah kondisi asfiksia berat teratasi pasca resusitasi, maka bayi Ny. R dibawa
ke NICU (Neonatal Intensive Care Unit) untuk dilakukan observasi dan
pengobatan ruangan. Pada ruang NICU bayi Ny. R didalam inkubator, diberi terapi
oksigen dengan CPAP dan terapi cairan D10%+Ca+KCL.
BAB V
KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan, tidak
teratur dan tidak adekuat segera setelah lahir. Keadaan ini disertai hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi organ vital lainnya. Asfiksia lebih sering dijumpai pada
Neonatus Kurang Bulan (NKB) dan BBLR
Klasifikasi asfiksia neonatorum dibagi berdasarkan tingkat keparahan asfiksia
yang dinilai berdasarkan APGAR Score. Neonatus yang beradaptasi dengan baik
mempunyai APGAR Score antara 7 sampai 10. Nilai 4 sampai 6 menunjukkan
keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0 sampai 3 menunjukkan
derajat asfiksia yang berat. Tatalaksana asfiksia dilakukan dengan mengikuti alur
resusitasi neonatus.
Komplikasi pada asfiksia dapat menyebabkan gangguan sistemik ke berbagai
organ tubuh. 62% gangguan terjadi pada sistem saraf pusat, 16% kelainan
sistemik tanpa gangguan neurologik dan sekitar 20% kasus tidak memperlihatkan
kelainan.
Prognosis asfiksia tergantung pada komplikasi yang terjadi, usia kehamilan,
tingkat keparahan ensefalopati hipoksik iskemik, APGAR Score yang rendah
pada menit ke-20, tidak terdapat respirasi spontan setelah usia 20 menit, dan
menetapnya tanda – tanda kelainan neurologis pada usia 2 minggu dapat
menyebabkn kematian atau defisit kognitif dan motorik yang berat.
LAMPIRAN
Proses Resusitasi
Persiapan Resusitasi Bayi menangis/bernafas
(VTP+Kompresi dada)
Terimakasih…