Diah Sukaesti
PENGERTIAN
• Distorsi persepsi yang muncul dari berbagai
indera (Stuart & Laraia,2016)
Jenis Halusinasi
• Halusinasi pendengaran
• Halusinasi penglihatan
• Halusinasi penghidu
• Halusinasi pengecapan
• Halusinasi perabaan
• Halusinasi kinestetik
• Halusinasi cenestetik
FASE HALUSINASI
Tersenyum/tertawa sendiri Ansietas sedang
Menggerak-gerakkan bibir Halusinasi menyenangkan
Respon verbal lambat Comforting
Diam/asyik sendiri
Fase Halusinasi
Karakteristik Perilaku Klien
Fase I: Comforting Klien mengalami perasaan mendalam Tersenyum atau tertawa yang tidak
Ansietas Sedang seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, sesuai
Halusinasi menyenangkan dan takut dan mencoba untuk berfokus Menggerakkan bibir tanpa suara
pada pikiran menyenangkan untuk Pergerakan mata yang cepat
meredakan ansietas. Individu mengenali Respon verbal yang lambat jika sedang
bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman asyik
sensori berada dalam kendali kesadaran Diam dan asyik sendiri
jika ansietas dapat ditangani.
Nonpsikotik
Fase II: Condemning Pengalaman sensori menjijikkan dan Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf
menakutkan otonom akibat ansietas seperti
Klien mulai lepas kendali dan mungkin peningkatan denyut jantung, pernafasan,
mencoba untuk mengambil jarak dan tekanan darah.
Ansietas Berat dirinya dengan sumber yang Rentang perhatian menyempit
Halusinasi menjadi menjijikkan dipersepsikan. Klien mungkin Asyik dengan pengalaman sensori dan
mengalami dipermalukan oleh kehilangan kemampuan membedakan
pengalaman sensori dan menarik diri dari halusinasi dan realita
orang lain.
Psikotik ringan
Fase III: Controlling Klien berhenti menghentikan Kemauan yang dikendalikan
perlawanan terhadap halusinasi dan halusinasi akan lebih diikuti
menyerah pada halusinasi tersebut. Kesukaran berhubungan dengan
Isi halusinasi menjadi menarik. orang lain
Klien mungkin mengalami Rentang perhatian hanya beberapa
Ansietas berat
Pengalaman sensori menjadi berkuasa pengalaman kesepian jika sensori detik atau menit.
halusinasi berhenti. Adanya tanda-tanda fisik ansietas
Psikotik berat: berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku teror akibat panik.
mengancam Jika klien mengikuti Potensi kuat suicide atau homicide
perintah halusinasi. Aktivitas fisik merefleksikan isi
Halusinasi berakhir dari beberapa halusinasi seperti perilaku kekerasan,
jam atau hari jika tidak ada agitasi, menarik diri, atau katatonia.
Panik intervensi terapeutik. Tidak mampu berespon terhadap
Umumnya menjadi melebur dalam Psikotik Berat perintah yang komplek.
halusinasinya Tidak mampu berespon lebih dari
satu orang
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentu kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, sampai ke percakapan lengkap
antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar di
mana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang
sapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar karton, bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan, atau
pembentukan urin.
Respon
Respon Maladaptif
Adaptif
Diagnosa
evaluasi
keperawatan
Tindakan
perencanaan
keperawatan
Faktor predisposisi:
Faktor genetis
F. neurobiologi
Neurotransmiter
Teori virus
Psikologis
Faktor presipitasi:
Proses informasi berlebihan
Pengkajian Mekanisme gating abnormal
Pemicu : kesehatan, lingk, sikap
Mekanisme Koping:
Regresi
Proyeksi
Menarik diri
Keluarga mengingkari
Isi ? Perilaku:
Situasi ? Tertawa/bicara sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Waktu ? Asyik sendiri
Frekuensi ?
Respon ?
POHON MASALAH
Resiko prilaku kekerasan
Isolasi sosial:
DX KEPERAWATAN
Gsp : Halusinasi
Isolasi sosial
Resiko prilaku kekerasan
TUJUAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Klien dpt membina hubungan saling percaya
2. Klien mengenal halusinasi
3. Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Klien mendapat dukungan keluarga utk
mengontrol halusinasi
5. Klien memanfaatkan obat sesuai program
TINDAKAN KEPERAWATAN
• Bina hubungan saling percaya
• Diskusikan tentang isi halusinasi, waktu
terjadinya, frekuensi, respon klien jika
halusinasi muncul.
• Fasilitasi klien menggunakan obat
• Latih klien mengendalikan halusinasi.
Membina Hubungan saling
Percaya
• Mengucap salam
• Berkenalan dg klien
• Buat kontrak asuhan yang
jelas
• Dengarkan ungkapan klien
dg empati
• Tidak menentang atau
menyetujui ungkapan
klien
• Jujur dan tepati janji
• Penuhi kebutuhan dasar
klien
Bantu klien mengenal halusinasi
• Kontak singkat dan sering
• Jika klien sedang
halusinasi:
– Klarifikasi apa yg dialami
– Katakan perawat percaya
klien, namun tdk
mengalami sensasi serupa.
– Katakan ada klien yang
mengalami hal yang sama
– Katakan, perawat akan
membantu klien.
Bantu mengenal halusinasi
• Jika klien tdk sedang mengalami
halusinasi:
– Diskusikan isi, waktu, frekuensi
– Diskusikan hal yg menimbulkan
atau tdk menimbulkan halusinasi
• Diskusikan apa yg dilakukan jika
halusinasi timbul
• Diskusikan dampak jika klien
menikmati halusinasi
• Diskusikan perasaan klien saat
mengalami halusinasi
Melatih klien mengontrol
halusinasi
• Identifikasi cara yg dilakukan klien untuk
mengendalikan halusinasi
• Diskusikan cara yg digunakan, bila adaptif berikan
pujian
• Diskusikan cara mengendalikan halusinasi
– Mengabaikan halusinasi
– Menghardik halusinasi
– Menggunakan obat secara teratur
– Berbincang dg orang lain
– Mengatur jadwal aktivitas
Menghardik halusinasi
• Dilakukan saat sedang
mengalami halusinasi.
• Diabaikan pada saat
halusinasi muncul
• Katakan pada diri
“Saya tak mau
dengar/ lihat kamu”
• Untuk meningkatkan
kendali diri; tidak
mengikuti isi
halusinasi
Fasilitasi minum obat secara
teratur
• Diskusikan manfaat obat, akibat
jika tdk minum obat.
• Jelaskan jenis obat, warna, dosis,
cara minum, efek terapi, efek
samping.
• Pantau saat menggunakan obat
• Diskusikan dampak putus obat
• Anjurkan klien untuk
berkonsultasi dg tenaga
kesehatan
Berbincang dg orang lain
• Dilakukan menjelang
halusinasi muncul (tanda-
tanda awal halusinasi)
• Berbicara dg org lain
memaparkan pada
stimulus eksternal.
• Menurunkan fokus
perhatian pada stimulus
internal (halusinasi)
Mengatur jadwal aktivitas
• Halusinasi terjadi
karena banyak waktu
luang.
• Mengatur jadwal
aktivitas;
meminimalisasi waktu
luang
• Membuat jadwal
harian, menepati
jadwal.
Penkes Keluarga untuk Merawat
Klien Halusinasi
• Buat kontrak
• Jelaskan:
– Apa halusinasi?
– Tanda dan gejala halusinasi
– Proses terjadinya
– Cara memutus halusinasi
– Obat utk klien
– Cara merawat di rumah
– Waktu kontrol
Terapi Aktivitas Kelompok
• TAK Orientasi Realita
– Mengenal orang
– Mengenal tempat
– Mengenal waktu
• TAK Stimulasi Persepsi:
mengontrol halusinasi
– Mengenal halusinasi
– Menghardik halusinasi
– Bercakap-cakap
– Jadwal aktivitas
– Menggunakan obat
Psikofarmakoterapi
• Anti psikotik:
– Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
– Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
– Stelazine
– Clozapine (Clozaril)
– Risperidone (Risperdal)
• Anti parkinson:
– Trihexyphenidile
– Arthan
Semogo bermanfaat