Anda di halaman 1dari 41

MODALITA

S TERAPI
PADA Dr.dr. Ria Maria, SpKJ

GANGGUAN
JIWA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/73/2015 TENTANG
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN JIWA
Terapi utama dalam keperawatan
jiwa

Terapi ini di berikan dalam upaya


TERAPI mengubah perilaku pasien dari
MODALITAS  perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif

Mengutamakan potensi yang


dimiliki pasien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi
Melihat potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan

Tingkah laku manusia dapat diarahkan dan dibina


ke arah kondisi yang mengandung reaksi/ respon
yang baru
PRINSIP
PELAKSANA Reaksi indvidu dapat diprediksi
AN
Reward dan punishment

Proses pemulihan fungsi mental emosional dan


sosial ke arah keutuhan pribadi dilakukan secara
holistik
Terapi Individu
 Penanganan pasien gangguan jiwa dengan
pendekatan hubungan individual antara perawat
dengan pasien.
 Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara

JENIS perawat dan pasien untuk mengubah perilaku pasien


 Hubungan yang dijalin dengan sengaja untuk tujuan

TERAPI terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis


(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi

MODALITA perubahan tingkah laku pasien sesuai dengan tujuan


yang ditetapkan di awal hubungan.

S  Hubungan terstruktur dalam terapi individual


bertujuan agar pasien mampu menyelesaikan konflik
yang dialaminya.
 Pasien diharapkan mampu meredakan penderitaan
(distress) emosional, serta mengembangkan cara
yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
1. Tahapan orientasi :

TAHAPAN  Dimulai saat perawat memulai interaksi dengan pasien.

 Bina rapport antara perawat dengan pasien agar saling

HUBUNGAN percaya
 Setelah rapoort terbina dengan baik, tahapan selanjutnya

DALAM adalah pasien bersama perawat mendiskusikan:


apa latar belakang munculnya masalah pasien

TERAPI apa konflik yang terjadi

INDIVIDUAL
Apa penderitaan yang dirasakan pasien

Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan perawat


dan pasien untuk menentukan tujuan yang akan dicapai
TDD: dalam hubungan perawat-pasien
Bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut agar tujuan
dapat tercapai
2. Tahapan kerja
 Lakukan intervensi setelah pasien percaya
 Pasien mulai dapat mengeksplorasi diri dan
mengungkapkan permasalahan yang dialami
 Perhatikan bagaimana perasaan pasien pada
saat bercerita
 Pasien dibantu untuk dapat memahami tentang
siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya,
serta dibantu untuk berubah dari perilaku
maladaptif menjadi perilaku adaptif.
3. Tahapan terminasi
 Setelah pasien dan perawat sepakat bahwa
masalah yang mengawali terjalinnya hubungan
terapeutik telah mereda dan lebih terkendali
maka perawat dapat melakukan terminasi
dengan pasien.
 Pertimbangan untuk melakukan terminasi
adalah apabila pasien telah merasa lebih baik,
terjadi peningkatan fungsi diri, sosial dan
pekerjaan, serta yang lebih penting adalah
tujuan terapi telah tercapai.
 Bentuknya adalah memberi kesempatan pasien untuk
tumbuh dan mengubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi di RS
 Perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,
pengertian agar pasien dapat berkembang menjadi
pribadi yang bertanggung jawab.
TERAPI  Pasien harus mentaati peraturan di RS dan
LINGKUNGAN belajarberinteraksi dengan orang lain.
 Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan
sementara di mana pasien akan kembali ke rumah,
maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah
menyiapkan pasien hidup di luar RS
 Psikofarmaka

TERAPI  Electro convulsive therapy (ECT)

BIOLOGIS  TMS
 Memodifikasi keyakinan dan sikap yang

TERAPI mempengaruhi perasaan dan perilaku pasien.


 Membantu pasien untuk reevaluasi ide, nilai
KOGNITIF yang diyakini, harapan, dan kemudian
dilanjutkan dengan perubahan kognitif.
 Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga.

 Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya

 Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi


seluruh anggota keluarga ., apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi
masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi
untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

TERAPI
 Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), fase 3 (terminasi).
 Fase pertama perawat dan pasien mengembangkan hubungan saling percaya,

KELUARGA
isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama.
 Fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat
sebagai perawat berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga,
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi Batasan dalam keluarga, peraturan yang selama ini ada.
 Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi
proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara
mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang berkesinambungan.
 Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada pasien yang
dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan
perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok
perawat berinteraksi dengan sekelompok pasien secara
teratur.
 Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri pasien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah
perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap
TERAPI permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
 Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga

KELOMPOK disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini pasien


diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam
interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa
aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran perawat dalam fase
ini adalah sebagai model peran dengan cara mengusulkan
struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi
di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan
dilanjutkan dengan fase kerja.
 Di fase kerja perawat membantu pasien untuk
mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here
and now. Dukungan diberikan agar masing-masing
anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di
fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja
adalah inti dari terapi kelompok di mana pasien bersama
kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target
perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara
satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai
sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan
fase terminasi.
 Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah
difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan interpersonal
antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota
kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan,
serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada.
Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar
anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan
masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.
 Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan
bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran.
Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar

TERAPI
yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
 Role model

PERILAKU  Kondisioning operan


 Desensitisasi sistematis
 Pengendalian diri
 adalah obat yang bekerja secara selektif pada
PSIKOFARMAKA susunan saraf pusat (SSP) dan mempunai efek
utama terhadap aktivitas mental dan perilaku
ANTIPSIKOTIKA
a. Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang dalam
DAPAT mengobati delirium, dapat diberikan per oral, IM, atau
DIPERTIMBANGKAN IV.
BILA ADA TANDA b. Dosis Haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV dan
DAN GEJALA dapat diulang setiap 30 menit (maksimal 20 mg/hari).
PSIKOSIS, MISALNYA c. Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat terjadi
HALUSINASI, WAHAM d. Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya
ATAU SANGAT pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia jantung
AGITATIF (VERBAL e. Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan
ATAU FISIK) antipsikotika (misalnya, pasien dengan Syndrom
Neuroleptic Malignance) atau bila tidak berespons bisa
SEHINGGA BERISIKO ditambahkan benzodiazepin yang tidak mempunyai
TERLUKANYA PASIEN metabolit aktif, misalnya lorazepam tablet 1–2 mg per
oral. Kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan
ATAU ORANG LAIN pernafasan.
Terapi
a. Pemeriksaan tanda vital
b. Perhatikan tanda-tanda intoksikasi

INTOKSIKA c. Simtomatik bergantung dari kondisi klinis, untuk penggunaan oral,


merangsang muntah dengan activated charcoal atau kuras lambung adalah
penting.

SI d. Antipsikotika; haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau klorpromazin 1


mg/kg BB, oral, setiap 4-6 jam

AMFETAMI e.

f.
Antihipertensi bila perlu (TD di atas 140/100 mmHg).
Bila ada gejala ansietas berikan ansiolitik golongan benzodiazepin;

N
diazepam 3x5 mg atau klordiazepoksid 3x25 mg.
g. Bila ada kejang, berikan diazepam 10-30 mg parenteral
h. Aritmia kordis, lakukan Cardiac monitoring, misalnya untuk palpitasi
diberikan propanolol 20-80 mg/hari (perhatikan kontraindikasinya)
i. Kontrol temperatur dengan selimut dingin atau klorpromazin untuk
mencegah temperatur tubuh meningkat
j. Observasi di IGD 1 x 24 jam; bila kondisi tenang dapat diteruskan rawat
jalan
 Sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahan yang terjadi pada
penghentian pemberian zat secara absolut atau relatif sesudah penggunaan zat
yang terus menerus dan dalam jangka panjang atau dosis tinggi.Waktu onset
terbatas dan berkaitan dengan jenis dan dosis zat yang digunakan
sebelumnya.Dapat disertai dengan komplikasi kejang.

Terapi Putus zat Opioid


Simptomatik sesuai gejala klinis

PUTUS ZAT
a.

b. Subtitusi golongan opioid: metadon, bufrenorfin yang diberikan secara


tapering off. Untuk metadon dan buprenorfin terapi dapat dilanjutkan untuk
jangka panjang (rumatan). Bila tidak tersedia dapat menggunakan kodein.
c. Subtitusi nonopioid: klonidin, perlu pengawasan tekanan darah. Bila sistol
kurang dari 100mmHg atau diastol kurang 70 mmHg HARUS
DIHENTIKAN.
d. Pemberian sedatif-hipnotik, antipsikotika dapat diberikan sesuai indikasi.
e. Perawatan rumah sakit, tidak menjadi keharusan, bergantung kasusnya.
Bila gejala putus zatnya sangat berat sebaiknya dirawat inap.
a. Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan
psikiatrik.
TERAPI b. Rawat inap diperlukan apabila disertai gejala
psikotik berat, gejala depresi berat atau
PUTUS ZAT kecenderungan bunuh diri, dan komplikasi fisik
lainnya.
AMFETAMI c. Terapi: antipsikotika (haloperidol 3 x 1,5-5mg, atau
risperidon 2 x 1,5-3 mg), antiansietas (alprazolam 2
N x 0,25-0,5 mg, atau diazepam 3 x 5-10 mg, atau
klobazam 2 x 10 mg) atau antidepresan golongan
SSRI atau trisiklik/tetrasiklik sesuai kondisi klinis.
ANTIPSIKOTIK
Antidepresan efektif untuk gangguan mood
depresi dan berbagai jenis gangguancemas.

Antidepresan digolongkan menjadi:


ANTIDEPRES 1. Trisiklik (TCA) contohnya amitriptyline,
AN imipramin, clomipramin.
2. SSRI contohnya: paroxetine, fluoxetine,
fluvoxamine, sertraline.
3. Golongan lainnya contohnya mirtazapine,
trazodone
ANTIDEPRESAN

Jenis Obat Dosis mg/hari Anticholinergi Sedasi Hipotensi Level Efek


k Orthostatik Dalam Plasma

Amitryptilin 50-300 ++++ ++++ ++ 110-250


(Laroxyl)

Clomipramine( 25-250 +++ +++ ++ 80-100


anafranil)

Imipramine 30-300 ++ ++ +++ 200-350


(Tofranil)

Tetracyclic 50-225 ++ ++ + 200-300


Maproptiline
(Ludiomil)
 Efektif untuk depresi dan beberapa gangguan
cemas OCD, Panik, Fobia sosial
 Efektif untuk komorbid depresi dengan gangguan SSRI
fisik
 Level puncak dalam darah setelah 6 jam.
 Penyerapan diusus tidak dipengaruhi oleh makanan
GAMBARAN OBAT ANTIDEPRESAN SSRI

JENIS OBAT DOSIS ANTICHOLINE SEDASI HIPOTENSI


MG/HARI RGIK ORTHOSTATIK

PAROXETINE 20-50 0/+ 0/+ 0

FLUOXETINE 20-60 0 0 0

SERTRALINE 50-200 0 0/+ 0

FLUVOXAMINE 50-300 0 0/+ 0


 pusing, mengantuk, tremor,berkeringat, sakit

EFEK kepala, mulut kering, diare, mual dan muntah


 Cemas dan insomnia (fluoxetine)

SAMPING  Somnolen atau mengantuk berat (Paroxetine)


 Diare (sertraline)
Mulai dengan dosis kecil
ditingkatkan setelah 2-3 minggu.

CARA Reaksi optimal didapatkan setelah 4-


PEMBERIAN 6 minggu.

Pada usia lanjut, disfungsi ginjal,


hepar, berikan dosis rendah
 Efek anxiolitik, hipnotik, relaksasi otot dan

BENZODIAZ
antikonvulsan.
 Indikasi utama adalah mengurangi cemas

EPINE  Efektif untuk mengatasi insomnia jangka pendek.


 Penggunaan untuk pasien anxietas dinilai 2 minggu
OBAT BENZODIAZEPINE

JENIS OBAT PEMBERIAN DOSIS LEVEL MAKSIMUM DALAM


MG/HARI PLASMA (JAM)

Alprazolam (Xanax) 0,75-4 1-2

Chlordiazepoxide (Librium) 15-100 0,5-4

Clonazepam 1,5-20 1-2

Clorazepate (Tranxene) 15-60 1-2

Diazepam (Valium) 4-40 0,5-2

Estazolam (esilgan) 1-2 2

Lorazepam (Ativan) 2-4 1-6

Triazolam (Halcion) 0,125-0,5 0,5-2


Khasiat panjang
Flurazepam 15-30
Diazepam 4-80
Khasiat menengah
OBAT ANTI Estazolam 1-4
INSOMNIA/HIPN Nitrazepam 2.5 – 5
OTIKA Khasiat pendek
Triazolam 0.125-0.25
Lorazepam 2-10
 Fenobarbital 30-150
 Difenhidantoin 100-300
 Carbamazepin 400-800
OBAT ANTI  Diazepam 4-80

KONVULSI  Clonazepam 0,75-8


 Asam/Na Valproat 750-3800
 Primodone 250-1500
 Gabapentine 50-150
PENGOBAT
 Electro Convulsive Therapy (ECT)
 Psikoterapi

AN YANG  Relaksasi

LAIN
 Terapi Spiritual
 Terapi Sosial
 Konvensional

ELECTRO  Premedikasi

CONVULS Indikasi

IVE
 Akut, gaduh gelisah
 Medikamentosa tidak ada perubahan

THERAPY  Tentamen suicide


 Reassurance meyakinkan pasien akan
PSIKOTERA kemampuannya, misal memberi dukungan & umpan
balik terhadap hal positif

PI  Sugesti saran/dorongan untuk mengatasi masalah


yang dihadapi pasien
SUPORTIF  Ventilasiperawat bertindak sbg pendengar yg
baik
Efektif untuk mengurangi
stres

Menggunakan beberapa
RELAKSASI bentuk latihan pernafasan

Digunakan pada pasien


dengan masalah/problem
emosional
 Berbaring di ruangan yang tenang , dimana
anda tidak akan terganggu
 Tutup mata anda & konsentrasikan pikiran
anda pada ritme pernafasan anda
RELAKSASI  Cobalah bernafas lambat, teratur, dan penuh
melalui hidung, bernafas yang dalam
 Kemudian hembuskan nafas pelan-pelan
 Cobalah latihan ini 10 menit setiap hari
TERAPI SOSIAL

01 02 03
Terapi yang Lingkungan keluarga Lingkungan
dilakukan terhadap dan sekitar tempat sekolah/tempat kerja
lingkungan agar tinggal pasien
kondusif dalam
membantu proses
perbaikan pasien
 Occupational : kegiatan, aktifitas atau pekerjaaan

TERAPI  Therapy : upaya penyembuhan, pemulihan atau


pengobatan
OKUPASI  Makna  dalam melakukan pengobatan menggunakan
aktivitas/pekerjaan sebagai media
 Suatu aktivitas baik mental/fisik sebagai
bantuan untuk suatu penyembuhan akibat
penyakit/luka.
TERAPI  Melalui berbagai aktivitas yang
diprogramkan untuk dilakukan oleh ABK,
OKUPASI diharapkan dapat mengembalikan atau
mengoptimalkan kondisi mental/fisik
yang mengalami gangguan sesuai potensi
atau kemampuan yang dimilikinya.
 Usaha penyembuhan terhadap
seseorang yang mengalami kelainan
TERAPI mental, fisik dengan jalan memberikan
suatu keaktifan kerja, dimana
OKUPAS keaktifan tersebut untuk mengurangi
rasa penderitaan yang dialami oleh
I penderita.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai